Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 4

Nama :
Nina Nur Aini (23101960177)
Nur Alfi Aulia Julita (23101960009)
Risia Hanifa Ramadhani (23101960073)
Rizki Amelia (23101960176)
Satria Afriza (23101960091)

TUGAS DISKUSI PPDP

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif,


dan teori konstruktivisme di dalam kelas!
Jawab:
Teori behavioristik, teori kognitif sosial, dan teori konstruktivisme adalah tiga
pendekatan pendidikan dan psikologis berbeda yang menginformasikan praktik pengajaran
di kelas. Adapun penerapan ketiga teori tersebut di dalam kelas sebagai berikut.
a. Teori Behavioristik
Menurut B.F. Skinner dan John Watson, teori behavioristik menekankan perilaku yang
dapat diamati dan peran penguatan dan hukuman dalam membentuk perilaku tersebut.

Penerapan di kelas:
 Penguatan Positif
Guru dapat menggunakan penguatan positif, seperti pujian, stiker, atau token, untuk
menghargai perilaku yang diinginkan seperti partisipasi aktif, menyelesaikan tugas,
atau membantu teman sekelas.
 Kontrak Perilaku
Kontrak yang menguraikan perilaku dan penghargaan yang diharapkan dapat
digunakan untuk memotivasi siswa memenuhi harapan kelas.
 Umpan Balik Segera
Memberikan umpan balik segera untuk perilaku yang benar atau diinginkan akan
memperkuat mereka. Misalnya, segera mengakui jawaban siswa yang benar dapat
mendorong partisipasi aktif.
 Respons terhadap Intervensi (RTI)
Prinsip-prinsip behavioris dapat memberikan masukan bagi siswa yang memiliki
perilaku menantang dengan mengidentifikasi pemicu dan menerapkan konsekuensi
yang sesuai.

b. Teori Kognitif Sosial


Teori kognitif sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura berfokus pada peran
interaksi sosial dan pemodelan dalam pembelajaran. Ini menekankan bahwa individu
belajar dengan mengamati orang lain dan konsekuensinya.

Penerapan di kelas:
 Pemodelan
Guru dapat memodelkan perilaku yang diinginkan, teknik pemecahan masalah, dan
keterampilan komunikasi untuk diamati dan dipelajari oleh siswa.
 Pembelajaran Sejawat
Mendorong pembelajaran kolaboratif dan kegiatan kelompok memungkinkan siswa
mengamati dan belajar dari teman sebayanya.
 Pengaturan Diri
Guru dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan pengaturan diri, seperti
menetapkan tujuan, memantau kemajuan, dan menilai diri sendiri pekerjaan mereka.
 Strategi Perilaku Kognitif
Teknik perilaku kognitif, seperti pembicaraan diri sendiri dan refleksi diri, dapat
diajarkan untuk membantu siswa mengelola emosi dan perilaku.

c. Teori Konstruktivisme:
Jean Piaget dan Lev Vygotsky, berpendapat bahwa pembelajar secara aktif membangun
pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungannya dan membangun pengalaman
sebelumnya.

Penerapan di kelas:
 Scaffolding
Guru dapat memberikan scaffolding, atau dukungan sementara, untuk membantu
siswa memahami konsep atau tugas yang menantang. Ketika siswa memperoleh
kompetensi, dukungan dapat dikurangi secara bertahap.
 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
PBL mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah dunia nyata,
mendorong pembelajaran aktif dan berpikir kritis.
 Refleksi dan Metakognisi
Mendorong siswa untuk merefleksikan proses belajarnya dan memikirkan
pemikirannya (metakognisi) membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih sadar
diri dan efektif.
 Aktivitas Praktis
Memberikan pengalaman langsung memungkinkan siswa membangun pengetahuan
melalui interaksi langsung dengan materi dan konsep.

Referensi:
Bandura, A. (1986). Landasan sosial pemikiran dan tindakan: Sebuah teori kognitif sosial.
Prentice-Hall.
Skinner, BF (1954). Ilmu belajar dan seni mengajar. Tinjauan Pendidikan Harvard, 24(2),
86-97.
Vygotsky, LS (1978). Pikiran dalam masyarakat: Perkembangan proses psikologis yang
lebih tinggi. Pers Universitas Harvard.

2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk


berdasarkan prinsip kontruktivisme!
Jawab:
Prinsip- prinsip kontruktivisme menurut (Nurhidayati, 2017) :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik individu maupun sosial
2. Pengetahuan tidak dapat berpindah dari guru ke murid kecuali keaktifan murid itu
sendiri
3. Murid aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan secara terus menerus sehingga selalu
terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa
berjalan dengan baik
Model pembelajaran yang terbentuk berdasarkan prinsip- prinsip kontruktivisme:
1. Model discovery learning
Model discovery learning menerapkan prinsip- prinsip kontruktivisme karena pada
model pembelajaran ini siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri untuk
membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mereka temukan dan guru juga
mendorong siswa untuk menghubungkan antara satu pengalaman dengan pengalaman
lain untuk menemukan prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri. Pada model discovery
learning pembelajaran akan berpusat kepada siswa (student centered) dan mengubah
modus ekspositori yaitu siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus discovery yaitu siswa menemukan informasi secara mandiri. Selain itu, dalam
mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif.
Sintaks model discovery learning:
a. Stimulation
Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b. Problem statement
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Data collection
Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
d. Data processing
Siswa mengolah data dan membentuk konsep sehingga siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
e. Verification
Siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan dihubungkan
dengan hasil pengolahan data.
f. Generalization
Siswa menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi

2. Model Inquiry learning


Model inquiry learning menerapkan prinsip- prinsip kontruktivisme karena pada
model pembelajaran ini seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
serta menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan atau belum dipastikan suatu
kebenarannya artinya siswa berperan sebagai subjek belajar. Dalam pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru tetapi
juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari suatu materi.
Sintaks inquiry Learning:
a. Orientasi
b. Merumuskan masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Menguji hipotesis
f. Merumuskan kesimpulan

3. Model Problem Based Learning (PBL)


Model PBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah secara kontekstual sehingga siswa dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Saputro dan Pakpahan (2021), Model PBL
didasari oleh teori belajar konstruktivisme dengan ciri-ciri:
a. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan
belajar.
b. Proses inkuiri untuk pemecahan masalah yang dapat menstimulasi belajar
c. Proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap suatu sudut pandang dapat
menghasilkan pengetahuan

Tahapan model PBL (Rosidah, 2018):


a. Orientasi siswa pada masalah
b. Mengorganisasi siswa dalam belajar
c. Bimbingan penyelidikan
d. Pengembangan dan penyajian hasil karya
e. Analisis evaluasi proses pemecahan masalah

4. Model Project Based Learning (PjBL)


Model PjBL merupakan model pembelajaran berbasis proyek, yang menciptakan
lingkungan “konstruktivis” dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dan
guru menjadi fasilitator (Medriati et al., 2023). Siswa membangun sendiri konsep
melalui pengalaman mereka dalam mengerjakan proyek.
Tahapan model PjBL:
a. Perencanaan, merupakan tahapan yang sangat penting dalam setiap proses
pembelajaran.
b. Pelaksanaan, yang terdiri dari menyiapkan sumber belajar yang diperlukan,
menjelaskan penugasan proyek, mengelompokkan siswa sesuai tugasnya, dan
mengerjakan proyek.
c. Evaluasi perencanaan dan implementasi, merupakan langkah penting dalam
mempelajari strategi proyek dan memungkinkan guru menentukan ketercapaian
tujuan pembelajaran melalui evaluasi.

Referensi:
JURNAL MathEdu(Mathematic Education Journal), 5(1): 13-18
Medriati, R.; Risdianto, E.; & Purwanto. (2023). Penerapan Pendekatan Konstruktivis
Menggunakan Model Project Based Learning (PjBL) pada Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Kritis
Mahasiswa. Jurnal Kumparan Fisika, 5(3): 93-200
Nurhidayati, E. (2017). Pedagogi konstruktivisme dalam praksis pendidikan
Indonesia. Indonesian Journal of Educational Counseling, 1(1), 1-14.
Rosidah, C. T. (2018). Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Menumbuhkembangkan Higher Order Thinking Skill Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Inventa, 2(1): 62-71
Saputro, M. N. A. & Pakpahan, P. L. (2021). Mengukur Keefektifan Teori Konstruktivisme
dalam Pembelajaran. JOEAI (Journal of Education and Instruction, 4(1): 24-39

3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para


siswa yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk sukses.
Jawab:
Untuk meningkatkan kemampuan dan keinginana sukses anak, dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain bisa dengan meningkatkan minat baca anak. Banyak
pengetahuan dan ilmu yang bisa meningkatkan kemampuan sukses anak dengan
membaca, akan tetapi karena Tania masih berusia 7 tahun dan mungkin belum lancar
membaca, bisa dengan dibacakan dongeng motivasi atau-kisah-kisah yang mampu
meningkatkan motivasi sukses anak.
Cara lain yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat komunikasi yang terbuka
dengan anak. Dorongan atau motivasi perlu diungkapkan kepada anak, kita bisa
menciptakan suasana terbuka dimana anak bisa mengekspresikan emosinya serta
menyampaikan pendapatnya.
Kita juga bisa mengenalkan anak dengangaya belajar. Hal ini juga bisa disertai
dengan mengajari anak untuk menjadi lebih teratur dan disiplin sehingga secara alami
akan meningkatkan kemampuan dan keinginan sukses. Kita juga harus sering
memberikan apresiasi pada pencapaian anak supaya anak akan merasa terus terpacu
untuk melakukan sesuatu.
b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat tinggi,
tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat.
Jawab:
Seorang anak yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat tinggi
biasanya cenderung memiliki rasa takut akan gagal yang kuat. Hal ini dikarenakan,
anak akan merasa harga dirinya jatuh apabila dia mengalami kegagalan atau ketika
sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Hal ini perlu diatasi sejak dini dengan
menekankan bahwa upaya itu lebih penting dari kemampuan. Hindari menghibur anak
karena memiliki kemampuan cukup. Kita harus menunjukkan bahwa kinerja bukan
semata tentang kemampuan, tetapi usaha, latihan, strategi, tekad, dan sikap pantang
menyerah, sehingga anak akan merasa bahwa apabila dia gagal, masalahnya bukan
pada kemampuannya, tetapi masalahnya berada pada strategi atau usahanya yang
mungkin kurang tepat.
Kita juga bisa mempraktikkan cinta tak bersyarat, takut gagal langsung terkait dengan
harga diri, juga keyakinan bahwa seseorang berharga sebagai pribadi. Anak mungkin
mengikat harga dirinya dengan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka, itulah
yang menyebabkan mereka takut gagal.
Kita juga bisa membantu anak untuk fokus pada solusi bukannya pada kegagalannya,
bantu mereka untuk belajar mencari alasan kegagalan dan mencari solusi. Kita juga
dapat memberikan apresiasi, motivasi, dan inspirasi secara terus menerus terhadap
anak.
c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka.
Rencana yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dari Sandra yaitu menggali
permasalahan yang dialami Sandra hingga mengetahui penyebab kenapa dia banyak
diam dan meremehkan orang lain, memberikan pemahaman bahwa setiap anak terlahir
unik dengan kelebihan masing-masing sesuai dengan minat dan bakatnya, memberikan
pembelajaran berbasis kelompok agar Sandra bisa menghargai kemampuan siswa
lainnya dan memberitahukan dampak positif dari proses kerja sama kelompok
d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal
Bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya)
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui permasalahan dari Robert
adalah menggali permasalahan yang dialami nya hingga mengetahui penyebab kenapa
dia kurang berminat dalam menjalani proses pembelajaran, memberikan semangat dan
membesarkan hatinya terkait dengan kondisi keluarga yang dialaminya, juga
memberikan penguatan secara mental, memberikan stimulus yang postif secara
berulang agar menumbuhkan rasa minatnya dalam belajar, berkomunikasi dengan
keluarga bibinya terkait dengan permasalahan yang di alami Robert, serta memberikan
pengertian agar keluarga saling proaktif satu sama lain, bekerja sama dengan wali kelas
dan guru BK untuk memonitoring perkembangan Robert.

Anda mungkin juga menyukai