Anda di halaman 1dari 17

PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN

PEMBELAJARANNYA

Dibuat oleh:
KELOMPOK 2
1. MARIAH ULFAH ABD. RAHMAN
2. MEIKELIN HURSEPUNY
3. NUR’AINI RISKI AMALIA OHORELLA
4. NURFAZRIA
5. SELCE PATTIPEILOHY
6. YULIANTI BEATA KILMAS

PPG PRAJABATAN RUMPUN MIPA


UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan
teori konsruktivisme di dalam kelas !

Jawaban:
1. Teori Behavioristik
Dalam teori belajar behavioristik, semua tingkah laku manusia dapat dilihat dan ditelusuri
dari bentuk refleks. Secara psikologi, teori belajar behavioristik dikenal sebagai sebuah teori
pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan.
Implikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti;
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.

Contoh penerapan Teori Belajar behavioristik di Kelas


Beberapa kegiatan di kelas yang dapat dikategorikan sebagai penerapan teori belajar
behavioristik antara lain:

1) Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi sederhana
sampai kompleks.
2) Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
3) Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru akan
segera diperbaiki.
4) Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau pembiasaan
seperti yang diinginkan.
5) Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6) Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi
positif dan negatif.
Teori behavioristik lebih mementingkan pengaruh lingkungan, sedangkan teori
kognitif lebih fokus pada apa yang ada dalam diri. Jika teori behavioristik mementingkan
pada bagian-bagian, teori kognitif memandang secara keseluruhan. Perbedaan lainnya
adalah dalam teori belajar behavioristik hasil belajar terbentuk secara mekanis, sedangkan
dalam teori kognitif terjadi kesinambunagan dalam diri.
Pada jaman modern ini, aplikasi teori behavioristik berkembang pada pembelajaran
dengan power point dan multimedia. Pembelajaran dengan power point, cenderung terjadi
satu arah. Materi yang disampaikan dalam bentuk power point disusun secara rinci dan
bagian-bagian kecil. Sementara itu pada pembelajaran dengan multimedia, peserta didik
diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan pengembang, materi disusun dengan
perencanaan yang rinci dan ketat dengan urutan yang jelas, latihan yang diberikan pun
cenderung memiliki satu jawaban benar. Feedback pada pembelajaran dengan multimedia
cenderung diberikan sebagai penguatan dalam setiap soal, hal ini serupa dengan program
pembelajaran yang pernah dikembangkan Skinner (Collin, 2012). Skinner mengembangkan
model pembelajaran yang disebut “teaching machine” yang memberikan feedback kepada
peserta didik bila memberikan jawaban benar dalam setiap tahapan dari pertanyaan test,
bukan sekedar feedback pada akhir test. Anda untuk lebih mengetahui tentang penerapan
implikasi toeri belajar behavioristik dalam proses pembelajaran.
a. Teori Sosial Kognitif
Teori belajar sosial kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
tingkah laku, dan keterampilan.
Penerapan Teori Belajar Sosial Kognitif di dalam Kelas
Dalam menerapkan teori belajar sosial kognitif, seorang guru perlu fokus pada proses
berpikir peserta didk dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitif
mereka. Libatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi
mereka untuk bertanya, merefleksikan diri agar dapat membantu mereka dalam memahami
proses mental. Di bawah ini terdapat beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan seorang
guru dalam pembelajaran kognitif, antara lain:
1) Minta peserta didik untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal
atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
2) Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta peserta didik untuk
menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan
pertanyaan.
3) Membantu peserta didik menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk
mengembangkan cara berpikir kritis.
4) Minta peserta didik untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka
miliki.
5) Membantu peserta didik dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa
terhubung.
6) Meningkatkan pemahaman dan ingatan peserta didik melalui penggunaan visualisasi dan
permainan dalam menyampaikan materi.
b. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang meyakini bahwa
orang secara aktif membangun atau menyusun pengetahuannya sendiri dan realitas
ditentukan oleh pengalamannya sendiri pula. Menurut aliran konstruktivis, pengetahuan
merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesutau (skemata). Setiap orang
mempunyai skemata sendiri tentang apa yang diketahuinya.
Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di dalam Kelas
1) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan menghargai gagasan
atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah
membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah
mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi
pemecah masalah (problem solvers).
2) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan
seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru
mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespons atau menjawabnya akan mendorong
siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan atas informasi
yang diterimanya.
3) Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang
menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk
mampu menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. Guru
mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui
analisis, prediksi, justifikasi dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
4) Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya.
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan
sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk
mengemukakan gagasan-gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna akan
tercipta di dalam kelas.
5) Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. Jika
diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, sering kali siswa
menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian yang sedang dialaminya.
Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi
kelompok dan pengalaman nyata.
6) Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para
siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru
kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran
tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
2. Berikan penjelasan model pembelajaran apa saja yang terbentuk berdasarkan prinsip
kontruktivisme di dalam kelas!
1. Discovery Learning:
Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpengaruh adalah discovery
learning oleh Jerome Bruner, yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri.
Siswa belajar melalui aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong
siswa untuk mempunyai pengalaman-pengalaman dan menghubungkan pengalaman-
pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri.
Discovery learning memiliki beberapa kelebihan dalam belajar, antara lain siswa memiliki
motivasi dari dalam diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan sampai mereka menemukan
jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi mereka. Selain itu siswa juga belajar untuk
mandiri dalam memecahkan problem dan memiliki keterampilan berpikir kritis, karena mereka
harus menganalisis dan mengelola informasi.
Langkah-langkah pembelajaran discovery learning yang bisa dirancang oleh guru adalah
sebagai berikut:
Langkah Kerja Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
Pemberian Guru memulai  Peserta didik dihadapkan pada
rangsangan kegiatan pembelajaran sesuatu yang enimbulkan
dengan mengajukan kebingungannya, kemudian
(stimulation)
pertanyaan, anjuran dilanjutkan untuk tidak memberi
membaca buku, dan generalisasi, agar timbul
aktivitas belajar lainnya keinginan untuk menyelidiki
yang mengarah pada sendiri.
persiapan pemecahan
 Stimulasi pada fase ini berfungsi
masalah.
untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu
peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan.

Pernyataan/identifik Guru memberi  Permasalahan yang dipilih itu


asi masalah kesempatankepada peserta selanjutnya harus dirumuskan
didik dalam bentuk pertanyaan, atau
(problem statement) hipotesis, yakni pernyataan
untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin sebagai jawaban sementara atas
agenda-agenda pertanyaan yang diajukan.

Masalah yang relevan


dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk
Hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan
masalah).
Pengumpulan data Ketika eksplorasi Tahap ini berfungsi untuk
berlangsungguru juga menjawab pertanyaan atau
(data collection) memberi kesempatan membuktikan benar
kepada para peserta didik tidaknyahipotesis.
untuk mengumpulkan
informasi yang relevan Dengan demikian peserta didik
sebanyak-banyaknya diberi kesempatan untuk
untuk membuktikan benar mengumpulkan (collection)
atau tidaknya hipotesis.
 Berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya.
Pengolahan data Guru melakukan  Pengolahan data merupakan
(data processing) bimbingan pada saat kegiatan mengolah data dan
peserta didik melakukan informasi baik melalui
pengolahan data. wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan.semua
informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya
diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
Pembuktian Verifikasi bertujuan  Peserta didik melakukan
agarproses belajar akan pemeriksaan secara cermat untuk
(verification) berjalan dengan baik dan membuktikan benar atau tidaknya
kreatif jika guru hipotesis yang ditetapkan
memberikan kesempatan tadidengan temuan alternatif,
kepada peserta didik untuk dihubungkan dengan hasil
menemukan suatu konsep, pengolahan data.
teori, aturan atau
pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia
jumpai dalam
kehidupannya.
Menarik Proses menarik  Berdasarkan hasil verifikasi maka
simpulan/generalisas sebuahkesimpulan yang dirumuskan prinsip-prinsip yang
i dapat dijadikan prinsip mendasari generalisasi.
umum dan berlaku untuk
(generalization) semua kejadian atau
masalah yang sama,
dengan memperhatikan
hasil verifikasi.

2. Problem based learning (PBL)

Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah umum yang lazim terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning),
pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses atau upaya untuk mendapatkan suatu
penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar nyata sebagai masalah dengan menggunakan
aturan-aturan yang sudah diketahui. Jadi, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based
Learning) lebih memfokuskan pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa. model
pembelajaran dengan pendekatan problem based learning, peserta didik diharapkan untuk
terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan,
mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk melakukan pemecahan masalah.

Prosedur Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Langkah-langkah Kegiatan Guru


Orientasi masalah  Menginformasikan tujuan pembelajaran
 Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan
terjadi pertukaran ide yang terbuka
 Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah
 Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara
terbuka
Mengorganisasikan siswa  Membantu siswa menemukan konsep berdasar
untuk belajar masalah
 Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi
dan cara belajar siswa aktif
 Menguji pemahaman siswa atas konsep yang
ditemukan
Membantu menyelidiki  Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam
secara mandiri atau mengerjakan/menyelesaikan masalah
kelompok  Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas
 Mendorong dialog, diskusi dengan teman
 Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
berkaitan dengan masalah
 Membantu siswa merumuskan hipotesis
 Membantu siswa dalam memberikan solusi
Mengembangkan dan  Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan
menyajikan hasil kerja siswa (LKP)
 Membimbing siswa menyajikan hasil kerja
Menganalisa dan  Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan
mengevaluasi hasil masalah
pemecahan  Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemcahan
masalah
 Mengevaluasi materi

3. Project Based Learning (PjBL)


Project based learning adalah pembelajaran berbasis proyek yang model pembelajarannya
berpusat pada peserta didik dalam melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu
topik. Secara konstruktif, peserta didik melakukan eksplorasi atau pendalaman pembelajaran
dengan melakukan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang
berbobot, nyata, dan relevan.

Brandon Goodman dan J. Stiver mendefinisikan Project Based Learning sebagai sebuah
pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang
memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk
dipecahkan secara berkelompok.

Model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) ini tidak hanya fokus pada hasil akhirnya,
namun lebih menekankan pada proses bagaimana siswa dapat memecahkan masalahnya dan
akhirnya dapat menghasilkan sebuah produk. Pendekatan ini membuat siswa mendapatkan
pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam pengerjakan proyeknya.
Hal ini tentu saja lebih menantang daripada hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru
atau membaca buku kemudian mengerjakan kuis atau tes.
Langkah-langkah pembelajaran project based learning sebagai berikut
Langkah Kerja Aktivitas Aktivitas Peserta Didik
Pelatih/Guru/Pembimbing/Tutor
Pertanyaan Pelatih Menyusun dan menyampaikan Peserta mengajukan
mendasar tema atau topik pertanyaan terkait pertanyaan mendasar
sebuah permasalahan dan mengajak tentang apa yang harus
peserta untuk berdiskusi mencari solusi. dilakukan untuk
memecahkan masalah
tersebut.
Menyusun Pelatih memastikan setiap peserta Peserta berdiskusi dan
rencana proyek terbagi dalam kelompok dan mulai Menyusun rencana
mengetahui prosedur pembuatan pembuatan proyek. Ada
proyek. pembagian peran dalam
kelompok dan mencatat
hal-hal yang perlu
disiapkan untuk proyek.
Membuat jadwal Pelatih menyusun jadwal pembuatan Peserta menyepakati
proyek dan membaginya dalam jadwal dan mulai
tahapan-tahapan untuk memudahkan memperhatikan tenggat
pelaksanaan. waktu pembuatan proyek.
Memonitor Pelatih memantau partisipasi dan Peserta membuat proyek
pelaksanaan keterlibatan peserta. Pelatih juga dan memastikan
pembelajaran mengamati perkembangan proyek yang pelaksanaannya telah
berbasis proyek dirancang. Jika memiliki kendala, sesuai dengan jadwal.
(project based pelatih turun langsung membimbing. Peserta menulis tahapan
learning) dan mencatat
perkembangan yang
nantinya akan dituangkan
dalam laporan.
Menguji dan Pelatih mendiskusikan tentang proyek Membahas kelayakan
memberikan yang dijalankan peserta kemudian proyek yang dijalankan
penilaian atas menilainya. Penilaian dibuat secara dan mengajukan laporan
proyek yang terukur berdasarkan standar yang telah akhir kepada
dibuat ditentukan. penguji/pelatih
Evaluasi Pelatih melakukan evaluasi dan Peserta didik memaparkan
pembelajaran memberikan masukan atau arahan hasil proyek dan menerima
berbasis proyek tindak lanjut terkait proyek yang tanggapan serta arahan dari
dijalankan oleh peserta. pelatih. Peserta juga
mencatat hal-hal yang
sebaiknya dilakukan untuk
perbaikan proyeknya.

4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelejaran inkuiri dengan bimbingan dari
guru, yakni suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat
pencarian secara kritis, analitis, dan argumentatif secara ilmiah dengan menggunakan langkah-
langkah tertentu menuju suatu kesimpulan. Guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang
jelas kepada siswa. Langkah-langkah yang dimaksud adalah orientasi, perumusan masalah,
perumusan hipotesis, dan menarik kesimpulan jawaban.
Dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa dituntut
untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru. Petunjuk-
petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Selain
pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada
saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan tentang cara-cara melakukan
percobaan. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit
bimbingan itu dikurangi.
Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No Langkah Kegiatan Pembelajaran


 Guru mengkondisikan siswa supaya siap untuk
melaksanakan proses pembelajaran
1 Orientasi
 Guru memaparkan topik yang akan dikaji,tujuan
belajar,motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai
 Guru memberikan pertanyaan berupa teka-teki yang
menantang siswa untuk memecahkannya
2 Merumuskan masalah  Siswa merumuskan sendiri masalah yang akan
dipecahkan berdasarkan teka-teki yang diberikan guru

 Guru mengembangkan kemampuan menebak siswa


(menduga/berhipotesis) mengenai pemecahan masalah
3 Merumuskan hipotesis  Guru mendorong siswa untuk merumuskan jawaban
pemecahan masalah

 Guru memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan data


dalam pemecahan masalah
 Siswa berperan aktif dalam mengumpulan data atau
4 Mengumpulkan data
informasi yang berkaitan dengan masalah untuk dapat
dipecahkan

 Guru menggiring siswa untuk menguji dugaan yang


dirumuskan siswa
 Guru memberikan keyakinan siswa akan pemecahan
5 Menguji hipotesis masalah yang siswa temukan adalah benar
 Siswa menganalisis kecocokan masalah dan pemecahan
masalah yang dipilih (siswa memverfikasi jawaban)

 Guru mengarahkan siswa merumuskan kesimpulan yang


dapat diambil dari masalah yang dipecahkan
 Guru melakukan refleksi
6 Merumuskan kesimpulan  Siswa menyimpulkan sendiri hasil dari pemecahan
masalah dan kaitannya terhadap konsep materi
pembelajaran yang diberikan
5. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengelola, dan menemukan
pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret dan mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa.
Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) bertujuan untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat ditransfer dari satu permasalahan ke
permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks yang lain.

Pembelajaran CTL sebagai suatu pendekatan memiliki 7 asas atau komponen yang melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism); adalah proses pembelajaran yang menekankan


terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
2. Menemukan (Inquiri); artinya proses pembelajaran didasarkan pencarian dan penemuan.
Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-
kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat
fakta, akan tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya
3. Bertanya (Questioning). Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam pembelajaran
melalui CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar
siswa dapat menemukan sendiri.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa
pengetahuan dan pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang
lain. Konsep masyarakat belajar (Learning Comunity) dalam CTL hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antar kelompok,
5. Pemodelan (Modeling); Konsep pemodelan (modeling), dalam CTL menyarankan bahwa
pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru
siswa. Cara pembelajaran seperti ini, akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya
bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukan model atau
contohnya.
6. Refleksi (Reflection); adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan
cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa
yang telah dipelajarinya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment); merupakan proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman
belajar siswa.
Langkah Pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Perilaku Guru


1. Kegiatan  Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk
Awal/Pendahuluan mengikuti proses pembelajaran.
 Apersepsi sebagai penggalian pengetahuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok
materi yang akan dipelajari.
 Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar

2. Kegiatan Inti  Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan


yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk memandu proses
penyelesaian permasalahan.
 Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian
dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru.
 Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang
diajukan guru.
 Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan
memfasilitasi kerjasama.
 Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok dan kelompok yang lain menanggapi hasil kerja
kelompok yang mendapat tugas.
 Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab
guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang
tepat.
 Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa
tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum
dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti
pembelajaran.

3. Kegiatan  Guru dan siswa membuat kesimpulan cara menyelesaikan


Akhir/Penutup soal cerita.
 Siswa mengerjakan lembar tugas.
 Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain,
lembar tugas sekaligus memberi nilai pada lembar tugas
sesuai kesepakatan yang telah diambil (ini dapat dilakukan
apabila waktu masih tersedia).
3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para
siswa yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk
sukses
b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat
tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
c. Sandra, 13 tahun, yang tenang d kelas dan meremehkan keterampilan mereka
d. Robert, 16 tahun, yang menunjukan sedikit minat di sekolah saat ini tinggal
bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orang tuanya)

Jawaban :

a. Rencana untuk meningkatkan motivasi untuk meningkatkan motivasi Tania, siswa yang
memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk sukses adalah :
1. Mengenal masalah yang dihadapi
Guru harus memahami dengan benar kondisi Tania dengan mendengarkan dan memberi
keleluasaaan bagi Tania untuk memilih. Jadi guru tidak menjadi diktator di kelas, tetapi
memberi pilihan kepada Tania memilih dan guru tetap memonitor atau mengawasi.
2. Memberi pujian
Memberi pujian yang dimaksud adalah memberi apresiasi secara verbal. Dan bukan
hanya dilakukan saat Tania berhasil, tetapi saat Tania sudah berani mencoba walaupun
gagal atau salah. Karena dengan guru memberikan pujian dan apresiasi, Tania akan
merasa dihargai atas apa yang dilakukannya juga membuatnya berani menjawab baik
benar atau salah.
3. Memberi kata-kata motivasi
Ini menjadi salah satu bentuk komunikasi dan menunjukkan rasa peduli kepada Tania
juga siswa yang lain yaitu dengan guru menceritakan cerita sukses guru sendiri atau
tokoh-tokoh yang bisa dicontohi. Agar saat Tania mendengar hal ini akan menumbuhkan
kesadarannya dan meningkatkan motivasinya untuk belajar dan mengejar mimpi.
4. Pilih metode pembelajaran yang tepat dan beragam
Guru memilih metode pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan kondisi Tania,
dan kondisi kelas. Yang mana guru dapat mengemas metode pembelajaran lebih
menyenangkan dan menarik. Guru juga dapat memanfaatkan media belajar seoptimal
mungkin untuk metode yang digunakan.
5. Melakukan evaluasi pembelajaran
Evaluasi ini dilakukan untuk melihat keefektifan kegiatan belajar mengajar dalam kelas.
b. Rencana menngkatkan motivasi Samuel dalam menghadapi rasa takut gagal yang
kuat, yaitu:
1. Mencari tahu penyebab Samuel merasa takut gagal yang kuat, artinya sebagai pendidik
harus terlebih dulu mengetahui apa yang menyebabkan siswa tersebut merasa seperti
itu.
2. Berkolaborasi dengan orang tua siswa, dalam hal ini untuk meningkatkan motivasi
siswa peran orang tua juga sangat penting.
3. Berani untuk memulai sesuatu, dan jangan pernah takut untuk berbuat salah dan jangan
takut gagal.
4. Memberikan semangat kepada siswa agar tetap berpikir positif, tetap optimis dan
percaya diri.
5. Menjelaskan kepada siswa bahwa kegagalan bukan sesuatu yang memalukan, artinya
jika kita telah merugikan orang lain, maka kita tidak perlu merasa malu untuk gagal.
Kegagalan tidak mendefenisikan seseorang, tetapi karakternya,
6. Menjelaskan kepada siswa jadikan kegagalan sebagai pelajaran, artinya belajar dari
kesalahan itu dan terapkan pembelajaran itu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik di
lain waktu.
7. Memberikan contoh kisah-kisah orang sukses, agar dijadikan pelajaran juga bagi siswa.

c. rencana untuk meningkatkan motivasi Sandra, 13 tahun, yang tenang d kelas dan
meremehkan keterampilan mereka
Para siswa pasti mempunya motivasi yang berbeda dalam belajar, baik secara intrinsik
maupun ekstrinsik. Maka sebagai guru kita harus berusaha untuk menjaga dan menambah
motivasi siswa – siswa tersebut. Ada cara – cara yang bisa kita lakukan, tetapi kita harus tahu
terlebih dahulu bagaimana karakteristik dari peserta didik kita. Misalnya, Sandra, 13 tahun
yang memiliki sifat tenang tetapi meremehkan keterampilan teman – teman yang lain. Ketika
seorang siswa memiliki sifat yang tenang, berarti kita harus tetap menjaga ketenangan dari
siswa tersebut, misalnya kita bisa memberikan Sandra kesempatan untuk belajar secara
mandiri agar dia tidak merasa risih atau terganggu dengan teman – teman yang lain. Namun
tidak menutup kemungkinan kita juga harus memberikan Sandra kesempatan agar dapat
bergabung dengan teman – teman yang lain dalam bentuk kelompok, dan saling bertukar
pikiran, serta memberi pemahaman kepada Sandra untuk saling menghargai setiap pendapat,
atau bahkan hasil dari teman – teman yang lain untuk menambah atau melengkapi apa yang
telah dia ketahui dan kita diciptakan sebagai makhluk sosial yang harus bersosialisasi dan
saling menghargai satu dengan yang lain, agar Sandra mampu menjadi siswa yang
mencitrakan profil pelajar Pancasila.
d. Rencana untuk meningkatkan motivasi Robert, 16 tahun, yang menunjukan sedikit
minat di sekolah saat ini tinggal bersama dengan bibinya:

Keluarga mempunyai peranan yang penting bagi seorang siswa. Dimana lingkungan
keluarga adalah Pendidikan utama bagi seorang anak, termasuk peran orang tua. Tidak bisa
dipungkiri bahwa peranan orang tua terlebih penting di bandingkan apapun. Anak – anak yang
bertumbuh dengan pendampingan orang tua akan memiliki karakter yang berbeda dengan
anak – anak yang bertumbuh tanpa pendampingan orang tua. Salah satu karakter yang
dipengaruhi adalah motivasi belajar dari anak tersebut. Contohnya Robert, 16 tahun yang
tinggal dengan bibinya yang menunjukan sedikit motivasi belajar. Dalam situasi seperti ini
kita sebagai guru dituntut untuk bagaimana kita mampu memposisikan diri kita sebagai guru
maupun sebagai orang tua bagi para siswa kita. Kita harus melakukan pendekatan secara
pribadi dengan Robert, kita harus memahami kehidupan pribadinya, mengetahui apa yang
menjadi penyebab sehingga motivasi dia dalam belajar kurang menonjol. Kita bisa
menciptakan sebuah situasi yang hangat bagi Robert seperti menjadi pendengar yang setia
atau tempat dia berbagi, dengan begitu kita mampu membawa peran kita sebagai orang tua
bagi Robert di lingkungan sekolah. Kemudian kita bisa menjadi sosok yang menginspirasi
Robert untuk belajar lewat cerita – cerita pengalaman pribadi maupun memberikan kekuatan
serta dorongan dan bahkan memberikan motivasi berupa harapan kita sebagai guru sekaligus
orang tua bagi Robert di lingkungan sekolah untuk melihat keberhasil Robert di masa depan.
HASIL DISKUSI ANTAR KELOMPOK

Pertanyaan dari Kelompok 1


1. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing guru mengembangkan kemampuan menebak
siswa dan guru menggiring siswa untuk menguji dugaan. Berikan contoh konkrit dalam
pembelajaran terkait tahap ini!
Jawaban :
Contoh konkrit guru menggiring siswa untuk menguji dugaan dalam pembelajaran
Fisika (materi gaya magnet)
a. Guru memberi pertanyaan untuk menggiring siswa menguji dugaan:
- Benda-benda apa saja yang dapat ditarik oleh magnet?
- Pada bagian mana pada magnet yang memiliki gaya kemagnetannya paling besar?
b. Guru membagikan LKPD serta memberikan bahan-bahan yang akan digunakan peserta
didik untuk melakukan percobaan.
c. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan dan menuangkan hasilnya pada LKPD
yang telah disediakan.
Contoh konkrit guru mengembangkan kemampuan menebak peserta didik dalam
pembelajaran Fisika (materi gaya magnet)
Guru menunjukkan dua kotak dengan bungkus yang sama akan tetapi isinya berbeda. Kotak
yang satu isinya kosong dan kotak yang satunya lagi berisi magnet. Selanjutnya guru
menunjukkan dua kotak itu dan menempelkan klip kertas pada dua kotak itu secara bergantian.
Selanjutnya guru menugaskan siswa untuk mengamati salah satu kotak yang dapat
menempelkan klip kertas tersebut. Siswa ditugaskan untuk menebaknya tentang isi kotak yang
bisa menempelkan klip kertas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai