Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang memfokuskan kepada perubahan tingkah laku siswa karena adanya stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Stimulus yang berupa masukan atau input, dan respon berupa keluaran atau output dapat diamati dan diukur untuk meraih keberhasilan belajar. Tujuan pembelajaran behaviroristik yaitu siswa menunjukkan tingkah laku atau kompetensi yang telah dirumuskan. Guru perlu menyiapkan dua hal, yaitu: (1) Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik siswa. (2) Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan. Penerapan teori Pavlov pada proses pembelajaran Ketika pembelajaran berlangsung, guru memberika hadiah kepada siswa, siswa secara otomatis akan senang dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketika guru memberikan tugas kepada siswa, sebagian besar siswa kehilangan semangatnya. Akan tetapi, saat itu guru menjanjikan akan memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas. Setelah lama mengajar, guru tidak lagi memberikan hadiah, akan tetapi siswa tetap bersemangat dengan harapan akan mendapatkan hadiah. Jika guru tidak lagi memberi hadiah, maka siswa tidak lagi bersemangat mengerjakan tugas. Penerapan teori Edward Lee Thorndike Pembelajaran dilakukan dengan konsep mencoba dan mengulang. Siswa diajarkan dengan berlatih soal secara berulang-ulang. Penerapan teori Burrhus Frederic Skinner Pendidik atau guru lebih diarahkan untuk mengapresiasi dan menghargai setiap peserta didik. Menghargai dan mengapresiasi peserta didik ini dapat dilihat dengan dihilangkannya sistem hukuman. 2. Teori belajar sosial kognitif Teori belajar sosial kognitif adalah suatu proses belajar melalui proses peniruan dan pengamatan. Individu bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model dan akibat yang ditimbulkannya. Contoh penerapan teori kognitif sosial dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi teks berita. Berikut langkah-langkah pembelajaran kognitif antara lain: Guru meminta salah satu siswa untuk membaca teks berita di depan kelas sebagai model dalam pembelajaran. Guru mengarahkan siswa lain untuk mengamati siswa yang berpresentasi. Guru meminta siswa berdiskusi berdasarkan apa yang mereka amati dan apa yang bisa mereka tiru dari pembacaan teks berita. Guru meminta siswa lain untuk menunjukkan kemampuan atau perilaku yang telah dipelajarinya. 3. Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme beranggapan bahwa tumbuh dan berkembangnya pengetahuan individu tidak hanya dipengarui oleh kognitif tetapi juga dipengaruhi oleh pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman merupakan stimulus dari lingkungan yang ditangkap oleh panca indra dan informasi itu diterima serta dikelolah oleh otak sebagai dasar belajar. Peserta didik belajar secara mandiri dengan berperan aktif dalam kegiatan dan aktif berpikir. Berdasarkan hal tersebut karakteristik teori konstruktivisme antara lain: a. Peserta didik membangun sendiri pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang telah diperoleh. b. Pembelajaran berfokus kepada peserta didik, guru sebagai fasilitator untuk mengoptimalkan ide peserta didik. c. Pembelajaran berkonsep pada pemecahan masalah. Berikut ini salah satu contoh penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu menulis karangan narasi yang sesuai dengan pengalaman pribadi semasa sekolah. Pendidik memberikan stimulus kepada siswa dengan memberikan pertanyaan “anak-anak, pernahkah kalian pergi ke kebun binatang?” Peserta didik menggali ide-ide yang dimilikinya dan berdiskusi bersama teman sebaya kemudian menuangkannya dalam bentuk kerangka karangan. Peserta didik menyusun kerangka karangan yang telah dibuatnya menjadi sebuah karangan narasi utuh.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu