21 OKTOBER 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tugas dan Ciri Khas Perkembangan Remaja”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari beberapa pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi serta ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
PENUTUP................................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dalam rentang kehidupannya melalui beberapa fase yang memiliki tugas-tugas
perkembangannya masing-masing. Salah satu fase kehidupan manusia adalah masa remaja.
Hurlock (2003) mengartikam remaja sebagai usia transisi, seorang individu telah
meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum
mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun
masyarakat. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja karena ia harus
mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat yang banyak dan
tuntutannya Hurlock (2003). Remaja menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas,
2002) adalah usia muda atau mulai dewasa, sedangkan remaja menurut William (2002)
merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
Menurut WHO (2018), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10- 19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) tentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2012).
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai
batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa
transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa
setengah baya dan masa tua. Masa remaja identik dengan pencapaian anak menuju tingkat
kematangan (maturity) yang meliputi aspek biologis, sosio emosional, dan kognitif anak.
Meskipun demikian, remaja belum dapat diartikan telah mencapai titik kematangan yang
sempurna terhadap aspek-aspek perkembangan yang ada dalam dirinya. Periode ini adalah
tahapan yang sangat penting tetapi rumit, karena dalam proses pemenuhan tugas
perkembangannya remaja perlu melewati berbagai macam permasalahan baru yang belum
pernah dihadapi sebelumnya.
Dewasa ini banyak permasalahan baru yang muncul di kalangan masyarakat terutama
dalam konteks permasalahan remaja. Sebagai inidividu masa transisi, remaja yang
4
sebelumnya menghadapi permasalahan dengan bantuan orang-orang terdekat, kini perlu
menghadapai permasalahan-permasalahan tersebut dengan lebih mandiri oleh segenap
kemampuan yang dimilikinya. Namun, terkadang remaja dan dirinya sendiri belum paham
dengan konsep perkembangan di usianya sehingga remaja cenderung kesulitan ketika
menghadapi konflik.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman terhadap konsep perkembangan remaja
terutama untuk dirinya sendiri. Pemahaman tersebut bertujuan agar nantinya remaja dapat
mengerti, memahami, dan memenuhi apa yang menjadi tugas-tugas perkembangannya.
Dengan demikian remaja diharapkan lebih siap serta mampu menghadapi konflik dan
memenuhi tuntutan-tuntutan tertentu dalam kehidupannya baik dari luar maupun dari dalam
dirinya. Pada pembahasan kali ini, penulis akan mengkaji tentang tugas dan ciri khas
perkembangan remaja
1. Apa yang menjadi tugas perkembangan yang harus terlaksana di usia remaja?
2. Apa yang menjadi ciri khas perkembangan anak di usia remaja?
3. Apa yang menjadi kebutuhan anak di usia remaja?
4. Bagaimana implikasinya dalam pelayanan bimbingan dan konseling?
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Masa remaja menurut teori Jean Piaget adalah masa operasional formal dengan rentang
usia 12 tahun ke atas yang memiliki karakteristik mampu berpikir logis mengenai soal
abstrak dan dapat menguji hipotesis secara sistematis. Tugas-tugas perkembangan remaja
adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan sekitarnya. Perubahan
yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri
dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya. Tugas-tugas perkembangan
pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-
harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa
gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan,
kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan
kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Menurut Karl C.Garrison dalam Al-Mighwar (2006) ada enam kelompok pembagian
tugas perkembangan yang berbeda yaitu :
Pada periode pra-remaja (periode pubertas), anak tumbuh cepat yang mengarahkannya
pada bentuk orang dewasa. Pertumbuhan ini diiringi juga oleh perkembangan sikap dan citra
diri. Mereka memiliki gambaran diri seolah-olah sebagai model pujaannya. Mereka sering
membandingkan dirinya dengan teman-teman sebayanya, sehingga akan cemas bila
kondisinya tidak seperti model pujaannya atau teman-teman sebayanya. Pada masa remaja,
hal itu semakin berkurang, dan mereka mulai menerima kondisi jasmaninya, serta
memelihara dan memanfaatkannya seoptimal mungkin.
Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk
menjalin hubungan sosial, terutama dengan lawan jenis. Remaja diharapkan bisa mencari dan
mendapatkan teman baru yang berlainan jenis. Mereka ingin mendapat penerimaan dari
kelompok teman sebaya lawan jenis ataupun sesama jenis agar merasa dibutuhkan dan
dihargai. Kematangan fisik dan psikis banyak mempengaruhi penerimaan teman-teman
6
sekelompok remaja dalam pergaulannya. Tanpa penerimaan teman sebaya, dia akan
mengalami berbagai gangguan perkembangan psikis dan social, seperti membentuk geng
sendiri yang berperilaku mengganggu orang lain.
Sejak masa puber, apabila bentuk tubuhnya tidak memuaskan, mereka menyesali diri
sebagai laki-laki atau wanita. Padahal, mereka seharusnya menerima kondisinya dengan
penuh tanggung jawab. Remaja laki-laki harus bersifat maskulin, lebih banyak memikirkan
soal pekerjaan sedangkan remaja wanita harus bersifat feminine, memikirkan pekerjaan yang
berkaitan dengan urusan rumah tangga dan pola asuh anak.
Bebas dari kebergantungan emosional dari orang tua maupun orang dewasa lainya
merupakan tugas perkembangan penting yang dihadapi remaja. Apabila tidak memiliki
kebebasan emosional, mereka akan menemui berbagai kesukaran dalam masa dewasa.
Misalnya ia tidak dapat membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang
ditempuhnya.
Tugas lainnya adalah kesanggupan berdiri sendiri dalam maslah ekonomi karena kelak
mereka akan hidup sebagai orang dewasa. Kesanggupan di sini mencakup dua tugas yang
meliputi; (1) Mampu mencari sumber keuangan atau pemasukan, dan (2) Mampu mengelola
keuangan.
7
Demikian pula seorang psikolog bernama William W. Wattenberg dalam Al-Mighwar
(2006) membagi masa remaja atas remaja awal dan akhir. Menurutnya, tugas-tugas
perkembangan remaja awal adalah :
2. Mendapat Kebebasan
Rasa simpati, rasa tertarik untuk selalu bersama-sama dengan lawan jenisnya mulai di
dasari oleh remaja awal, meskipun mereka masih meragukan apakah lawan jenisnya tertarik
kepadanya, merasa malu untuk saling mendekat dan saling bergaul, merasa bimbang pada
daya tarfik dirinya sendiri bagi lawan jenisnya, sehingga tidak sedikkit remaja yang tidak
mau berpacaran.
Remaja awal juga dihaarapkan mampu menilai kondisi dirinya secara apa adanya.
Maksudnya, mampu mengukur kelebihan dan kekurangannya serta dapat menerima,
memelihara dan memanfaatkannya semaksimal mungkin, dan mampu memngukur apa saja
yang disenangi atau tidak disenangi oleh teman-teman sebayanya.
William Kay sebagaimana dikutip oleh Yudrik Jahja (2011:238) mengemukakan tugas-
tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut :
8
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman
sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai,
prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan
sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun
orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika (2010) dalam (Putro,2017:26) kesulitan itu berangkat
dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus, yakni :
Dari berbagai penjelasan di atas Putro (2017:6) menyimpulkan tentang ciri yang
menjadi kekhasan remaja yaitu:
9
1. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah
penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan
mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya
penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa. Kalau
remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai dengan umurnya.
Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana orang dewasa, remaja seringkali dituduh
terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain
pihak,status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan
sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat
perubahan fisik. Selama awalmasa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka
perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,
seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang
10
menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas ego pada
remaja.
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri, yang tidak
dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk
meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah
hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup.
Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obatobatan, dan terlibat
dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku
yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.
11
1. Kebutuhan Mendapat Status
Remaja membutuhkan perasaan bahwa dirinya berguna, penting, dibutuhkan orang lain
atau memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri. Remaja butuh kebanggaan untuk dikenal
dan diterima sebagai individu yang berarti dalam kelompok teman sebayanya.Penerimaan
dan dibanggakan oleh kelompok sangat penting bagi remaja dalam mencari kepercayaan diri
dan kemandirian sebagai persiapan awal untuk menempuh kehidupan pada periode dewasa.
2. Kebutuhan Kemandirian
Remaja ingin lepas dari pembatasan atau aturan orang tua dan mencoba mengarahkan
atau mendisiplinkan diri sendiri.Remaja ingin bebas dari tingkah laku orang tuanya yang
terlalu mencampuri kegiatannya.Remaja ingin mengatur kehidupannya sendiri.
3. Kebutuhan Berprestasi
Remaja ingin dirinya dihargai dan dibanggakan atas usaha dan prestasinya dalam
belajar.
4. Kebutuhan Diakrabi
Remaja butuh ide atau pemikirannya, kebutuhan atau masalahnya didengarkan dan
ditanggapi secara akrab (penuh perhatian) oleh orang tua, guru, dan teman sebayanya.
Remaja butuh pegangan hidup mengenai kebenaran agar mereka memiliki kepribadian
yang stabil dan terintegrasi.
12
2. Kebutuhan rasa aman dan tentram adalah kebutuhan untuk terbebas dari gangguan
dan ancaman serta permasalahan yang dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang.
Contohnya adalah bebas dari penjajahan, ancaman, dll.
3. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk bergaul dan berhubungan dengan
lingkungan sekitar. Contohnya memiliki teman, keluarga, dll.
4. Kebutuhan penghargaan dibagi menjadi dua jenis yaitu kebutuhan eksternal dan
internal. Kebutuhan eksternal meliputi; pujian, piagam, tanda jasa, dll. Sedangkan
kebutuhan internal meliputi; kepuasan yang didapat tanpa memerlukan pujian atau
penghargaan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi dari kebutuhan lainnya,
dimana kebutuhan ini sebagai pembuktian dari tingkatan daya pikir seseorang dan
hanya didapat jika empat kebutuhan sebelumnya sudah didapatkan.
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri khas remaja diharapkan para
orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri dapat memahami hal-hal yang harus dilalui pada
periode perkembangannya tersebut. Sehingga apabila mereka (remaja) dapat melalui tahap ini
dengan baik, maka mereka akan siap untuk melalui periode perkembangan selanjutnya dan
didukung dengan kondisi fisik maupun psikologis yang sehat.
13
1. Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan
lokal pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan social
kemasyarakatan yang perlu dilakukan.
2. Lembaga pendidikan / sekolah perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-
kegiatan non-akademis melalui berbagai perkumpulan yang ada di sekolah, seperti
perkumpulan penggemar olah raga sejenis, kesenian dan lain-lain yang bertujuan agar
peserta didik dapat memilih dan mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya.
Konselor dalam hal ini diharapkan dapat membantu kliennya (remaja sebagai peserta
didik) untuk menemukan hal-hal yang berhubungan dengan minat klien serta dapat
membantu untuk menyalurkan bakat tersebut. Pelayanan tersebut dapat dipahami
sebagai pelayanan penempatan dan penyaluran dalam Bimbingan dan Konseling.
3. Konselor sebagai penanggung jawab layanan BK di sekolah dapat melakukan
penempatan dan penyaluran yang sesuai terhadap diri klien dengan karakteristiknya
yang unik, seperti penempatan dalam kelas, kelompok belajar, dan kegiatan lainnya.
4. Bagi peserta didik yang kurang aktif dan tidak dapat menyesuaikan diri secara cepat
terhadap lingkungan pendidikannya (terutama yang baru dimasukinya). Maka layanan
BK dapat berperan untuk membantu mereka agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikannya melalui program layanan orientasi di sekolah. Di samping
itu, perlu diperhatikan bagi peserta didik yang berasal dari kelas sosio-ekonomi
menenengah ke bawah karena mereka cenderung lebih sulit untuk menyesuaikan diri
dibandingkan dengan peserta didik dari kelas sosio-ekonomi menengah ke atas.
5. Apabila ada remaja putra atau putri bertingkah laku tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya, mereka perlu diberi bantuan melalui bimbingan dan konseling. Guru BK
atau konselor dapat memberikan layanan informasi terkait perananan gender serta
memotivasi peserta didik agar lebih memahami diri dan dapat menerima diri seutuhnya.
6. Guru BK atau Konselor di sekolah dapat memberikan penyuluhan tentang tugas-tugas
perkembangan remaja dan permasalahan-permasalahan yang sering dihadapinya. Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan sejumlah informasi untuk menambah wawasan
mereka dalam pemahaman perkembangan di usianya serta konflik-konflik yang identik
dengan usia mereka. Penyuluhan yang dimaksud seperti pentingnya self concept,
bahayanya NAPZA, pergaulan bebas, HIV/AIDS, dan masih banyak lagi.
7. Selain itu, Guru BK diharapkan dapat memberikan bantuan kepada peserta didik untuk
dapat merencanakan masa depannya. Mulai dari penentuan jurusan di jenjang
pendidikan berikutnya serta perencanaan karier. Peserta didik diharapkan dapat
14
memilih jurusan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan serta minatnya, hal ini
akan menjadi penunjang penentuan karier peserta didik itu sendiri. Semua ini
hendaknya dilakukan oleh semua personil sekolah, terutama guru BK selaku konselor
yang bertanggung jawab atas layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa
setengah baya dan masa tua. Masa remaja identik dengan pencapaian anak menuju tingkat
kematangan (maturity) yang meliputi aspek biologis, sosio emosional, dan kognitif anak.
Masa remaja dikatakan juga sebagai masa operasional formal yang memiliki karakteristik
mampu berpikir logis mengenai soal abstrak dan dapat menguji hipotesis secara sistematis.
Remaja juga memiliki tugas-tugas perkembangan yang diartikan sebagai sikap dan perilaku
dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik
maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan
tantangan hidup yang ada dihadapannya. Dalam pemenuhan tugas perkembangannya remaja
juga memiliki kebutuhan, kebutuhan perkembangan remaja didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang dibutuhkan remaja dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Selain dari
dukungan orangtua dan teman sebaya, guru BK sebagai konselor turut berperan penting
dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling kepada remaja khususnya di sekolah.
3.2 Saran
Mengingat dan menimbang pentingnya peranan orangtua dan tenaga pendidik (terutama
konselor) dalam membantu pemenuhan tugas-tugas perkembangan anak, maka orangtua dan
tenaga pendidik hendaklah perduli terhadap anak terutama mereka yang memasuki periode
remaja. Karena remaja cenderung memiliki sikap sosio emosional yang tidak stabil ketika
menghadapi konflik, sehingga disinilah peranan orangtua serta tenaga pendidik agar dapat
membantu remaja memiliki kepribadian yang jauh lebih baik disertai kondisi mental yang
sehat pula.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja : Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua.
Bandung Pustaka Setia.
Putro, Khamim Zarkasih. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
APLIKASIA : Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol. 17, No. 1, Halaman 26-28,
diambil dari laman
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia/article/viewFile/1362/1180, pada 16
Oktober 2021 pukul 20.42.
Sahputra, Dika. Syahniar & Marjohan. (2016). Kontribusi Kepercayaan Diri dan
Kecerdasan Emosi Terhadap Komunikasi Internasional Interpersonal Siswa Serta
Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling. KONSELOR : Jurnal,
Volome 5, Number 3, pp 182-193, Halaman 184, Dari laman
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/6554/5133, pada 16
Oktober 2021 pukul 21.17
16