Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keperawatan HIV – AIDS
Dosen Pembimbing: Cucu Rokayah , M.Kep., Ns.Sp.Kep.J

Disusun oleh:

Ananda Ega M (191FK03006) Revita Puspa S (191FK03084)


Ariani Sukmadiwanti (191FK03030) Rijan Apriana (191FK03145)
Muhammad Ramdani (191FK03001) Sri Dewi Mey A (191FK03037)
Nurwilitinisa (191FK03014) Sinta Anggraeni (191FK03022)

Tingkat 3A
Kelompok 1

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat tentang Risiko dan Hazard Dalam Implementasi dan
Evaluasi Asuhan Keperawatan. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna
tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Sumedang, 30 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

KONSEP TEORI...........................................................................................................4

1.1 Definisi............................................................................................................4

1.2 Penggolongan ARV........................................................................................4

1.3 Tujuan Terapi ARV........................................................................................5

1.4 Manfaat Terapi ARV......................................................................................5

1.5 Kelebihan dan Kekurangan.............................................................................5

TELAAH JURNAL.......................................................................................................7

a. Telaah jurnal...................................................................................................7

b. Pembahasan.....................................................................................................9

c. Kesimpulan...................................................................................................11

d. Referensi.......................................................................................................12

3
KONSEP TEORI

1.1 Definisi

Antiretroviral (ARV) adalah obat yang menghambat replikasi Human


Immnodeficiency Virus (HIV). Terapi dengan ARV adalah strategi yang
secara klinis paling berhasil hingga saat ini.

1.2 Penggolongan ARV

Ada tiga golongan utama ARV, yaitu :


a. Penghambat masuknya virus yaitu bekerja dengan cara berikatan dengan
subunit GP41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke target sel
dihambat. Satu – satunya obat penghambat fusi ini adalah enfuvirtid.
b. Penghambat reverse trancriptase Inhibitor (RTI), terdiri dari 3 bagian ,
yaitu :
1. Analog nukleosida (NRTI), NRTI diubah secara intraseluler dalam 3
tahap penambahan atau 3 gugus fosfat dan selanjutnya berkompetisi
dengan natural nukleotida menghambat RT sehingga perubahan RNA
menjadi DNA terhambat. Selain itu, NRTI juga menghentikan
pemanjangan DNA.
2. Analog nukleotida (NtRTI), mekanisme kerjanya pada penghambatan
replikasi HIV sama dengan NRTI tetapi hanya memerlukan 2 tahapan
proses fosforilasi.
3. Non nukleosida (NNRTI), mekanisme kerjanya tidak melalui tahapan
fosforilasi intraseluler tetapi berikatan langsung dengan reseptor pada
RT dan tidak berkompetisi dengan nukleotida natural. Aktivitas
antiviral terhadap HIV – 2 tidak kuat.
c. Protease inhibitor (PI), berikatan secara reversible dengan enzim protease
yang mengkatalisa pembentukan protein yang dibutuhkan untuk proses

4
akhir pematangan virus. Akibatnya virus yang terbentuk tidak masuk dan
tidak mampu menginfeksi sel lain.

1.3 Tujuan Terapi ARV

Adapun tujuan dari terapi ARV sebagai berikut :


a. Mengurangi laju penularan HIV dimasyarakat;
b. Memulihkan dan/atau memelihara fungsi imunologis
(stabilisasi/peningkatan sel CD4);
c. Menurunkan komplikasi akibat HIV;
d. Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus – menerus;
e. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
HIV.

1.4 Manfaat Terapi ARV

Manfaat terapi antiretroviral adalah sebagai berikut :


a. Menurunkan morbiditas dan mortalitas;
b. Pasien yang ARV tetap produktif;
c. Memulihkan sistem kekebalan tubuh sehingga kebutuhan profilaksis
infeksi oportunistik berkurang atau tidak perlu lagi;
d. Mengurangi penularan karena viral load menjadi rendah atau tidak
terdeteksi, namun ODHA dengan viral load tidak terdeteksi, namun harus
dipandang tetap menular;
e. Mengurangi biaya rawat inap dan terjadinya yatim piatu;
f. Mendorong ODHA untuk meminta tes HIV atau mengungkapkan status
HIV – nya secara sukarela.

1.5 Kelebihan dan Kekurangan

a. Kelebihan : kelebihan pada jurnal ini menjelaskan secara detail dan sangat
rinci terhadap hasil penelitian yang dilakukan, bisa dilihat secara jelas

5
penyusunannya tertata dan pembahasan yang cukup jelas dan mudah
dimengerti.
b. Kekurangan : Kekurangan pada jurnal ini yaitu dalam pemilihan sampel
yang tidak terfokus kedapa 1 arah, karena pada samplenya banyak dari
segala kalangan, jenis usia dan juga kelamin. Ada dari pasutri, anak sma,
dll. Jadi kurang terfokus kepada 1 sampel yang searah.
(Martoni, 2012)

6
TELAAH JURNAL

a. Telaah jurnal
No Judul Tahun Negara Sasaran Metode Hasil
1 Terapi 2017 Indonesia Perempua Desian : Data pada
Antiretroviral n dan laki- Deskriptif penelitian ini
Pada Pasien laki usia Evaluatif, menunjukkan
HIV/AIDS Di
18 – 65 bahwa
RSUP. Dr. M.
tahun Sample dan mayoritas
Djamil Padang:
jumlah sample : penderita
Kajian
89 diantaranya HIV/AIDS
Sosiodemograf
i Dan Evaluasi
memenuhi adalah pasien

Obat kriteria berjenis


kelamin laki-
Instrument : laki, yaitu
- Penelitian mencapai
dilakukan 76,40%. Data
melalui ini pada
pengambilan dasarnya
data secara bertolak
retrospektif belakang
melalui dengan
rekam medis persentase
pasien penderita
HIV/AIDS HIV/AIDS
sepanjang global
tahun 2015 dimana
pada instalasi jumlah

7
CVT di penderita
RSUP Dr. M. perempuan
Djamil adalah dua
Padang. kali lebih
banyak
Analisis : dibandingkan
- Dikaji dengan laki-
melalui laki [3].
perbandingan Meskipun
dengan demikian,
literatur temuan pada
penelitian
ini
memperlihat
kan
kesesuaian
dengan data
HIV/
AIDS
nasional
tahun 2016
yang dirilis
oleh Yayasan
Spiritia,
dimana
penderita
laki-laki
merupakan

8
penderita
mayoritas
dengan
persentase
64% [4].
Perbedaan
tren
ini sangat
mungkin
terjadi
sebagai
dampak dari
aspek
sosiodemogr
afis yang
sangat
bervariasi
antar negara
dan
wilayah.

(Yuliandra et al., 2017)

b. Pembahasan
1. Di setiap negara dan wilayah memiliki perbedaan antara penularan dan
perkembangan hiv/aids, meski strategi dan program penanggulangannya
sama secara global. Pada kasus ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
seperti aspek Sosio demografis tiap daerah. Selain itu pengkajian terhadap
masyarakat serta kajian dan evaluasi terhadap penggunaan obat
antiretrovial menjadi penting untuk meningkatkan efektivitas terapi.

9
2. Dampak dari aspek Sosio demografis dari tiap negara berbeda dan
bervariasi, sehingga menimbulkan perbedaan juga tentang mayoritas
penderita. Seperti di Indonesia mayoritas penderita HIV/AIDS adalah laki-
laki. Pada laki-laki memiliki faktor resiko dua hingga tiga kali lebih besar
dibanding perempuan.
3. Penularan HIV/AIDS pada laki-laki tertinggi terjadi melalui pekerja seks
komersial (PSK) dimana setiap PSK akan menularkan kepada setiap
partner seks nya. Selain itu juga peningkatan kecenderungan praktek lelaki
sex lelaki (lsl)/homoseksual.
4. Mayoritas penderita berada pada usia produktif yaitu rentang usia 26-35
tahun dan 36-45 tahun dan juga penularan HIV/AIDS terjadi pada usia
muda yaitu rentang usia 17-25 tahun.
5. Factor penularan pada wanita muda di antaranya adalah kecenderungan
wanita untuk memiliki pasangan yang lebih tua dan pengaruh dari
penyakit infeksi herpes simpleks tipe 2 yang lebih sering menyerang
wanita.
6. Keberhasilan penggunaan antiretrovial pada penderita dapat diketahui
melalui proses evaluasi obat dimana ternyata masih ada faktor
ketidaktepatan di dalam terapi antiretrovial yang digunakan. Salah satunya
yaitu ketidaktepatan memilih obat.
7. Untuk terapi lini pertama, regimen yang disarankan oleh 2 obat dari
golongan NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) yang
dikombinasi dengan salah satu obat dari golongan NNRTI (Non-
nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor). Panduan pengobatan dari
WHO menyatakan bahwa pengobatan lini pertama, ke dua, maupun ke
tiga harus menggunakan tiga kombinasi obat antiretroviral dengan
komposisi yang sudah ditentukan.
8. Resiten yang sudah terjadi pada obat-obat antiretroviral merupakan salah
satu tantangan dimana hal ini membutuhkan penanganan segera berupa

10
optimalisasi kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, melakukan
kajian resistensi obat, dan monitoring yang baik terhadap hasil
pengobatan.
9. Tinjauan sistematis terhadap hasil studi efektivitas dan keamanan obat-
obat antiretroviral juga menyarankan regimen baru yang lebih baik,
misalnya dua obat dari golongan NRTI yang dikombinasikan dengan satu
obat dari golongan Integrase Strand Transfer Inhibitor (INSTI) memiliki
efektivitas dan tingkat toleransi yang jauh lebih baik dibandingkan
kombinasi dengan efavirenz.
10. Penggunaan kombinasi obat antiretroviral memiliki risiko potensi
interaksi yang besar. Potensi interaksi yang merugikan dapat terjadi
sesama obat antiretroviral dan dengan obat lain yang juga sering
digunakan oleh pasien HIV/AIDS, khususnya mereka yang sudah
menderita penyakit infeksi oportunistik. Pasien yang menggunakan
kombinasi obat yang memiliki potensi interaksi merugikan dengan jenis
interaksi yang tergolong moderat. Dampak dari interaksi tersebut sangat
potensial untuk menyebabkan penurunan efektivitas obat, kegagalan
terapi, dan berkontribusi dalam menyebabkan terjadinya resistensi
terhadap obat antiretroviral.
11. Secara global maupun nasional penyimpangan seks merupakan tantangan
terbesar dalam penularan HIV/AIDS, namun keberhasilan pengobatan
terapi antiretroviral juga menjadi kunci upaya pengobatan HIV/AIDS.

c. Kesimpulan
Salah satu ketidak berhasilan dalam pemberian ARV pada pasien adalah
adanya perbedaan pada aspek sosio demografis klien hiv, Keberhasilan
penggunaan ARV pada penderita mengalami hambatan nyaitu tidak tepatnya
dalam memilih obat, oleh karena itu resiten yang sudah terjadi perlu adanya
penanganan khusus.

11
d. Referensi
Martoni. (2012). Beberapa Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Terapi Antiretroviral (Arv) Pada Pasien Hiv/Aids (Studi Kasus Di Rsud
Abepura). 1–75. http://repository.poltekeskupang.ac.id/610/1/Vivi
Anggriani Ga Ngara_KTI.pdf
Yuliandra, Y., Nosa, U. S., Raveinal, R., & Almasdy, D. (2017). Terapi
Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di RSUP. Dr. M. Djamil Padang:
Kajian Sosiodemografi dan Evaluasi Obat. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 4(1), 1. https://doi.org/10.29208/jsfk.2017.4.1.173

12

Anda mungkin juga menyukai