Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN HIV/AIDS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Dosen Pembimbing: Lia Nurlianawati, S. Kep., Ners., M. Kep

Disusun Oleh:

Muhammad Ramdani 191FK03001 Sri Dewi Mey 191FK03037


Ananda Ega M 191FK03006 Revita Puspa S 191FK03084
Nurwilitinisa 191FK03014 Dinar Agustin 191FK03142
Sinta Anggraeni 191FK03022 Rijan Apriana 191FK03145
Ariani Sukmadiwanti 191FK03030

3A-Keperawatan (Kelompok 1)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2021
SATUAN ACARA PENYULUAHAN

Topik : Sistem Imunologi (HIV/AIDS)


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan HIV/AIDS (Primer, Sekunder,Tersier)
Sasaran : Masyarakat
Target : Masyarakat
Hari/Tanggal : Kamis, 09 Desember 2021
Waktu : 10.00-10.45 WIB
Tempat : Balai RW 01 Panyileukan
Penyuluh : Mahasiswa Universitas Bhakti Kencana

A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit
retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang
menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan menisfetasi neurologis.
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia. Saat
ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. Epidemiologi HIV pertama di
identifikasi pada tahun1983. Derajat kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh
HIV dan dampak global dari infeksi HIV terhadap sumber daya penyedia kesehatan
dan ekonomi sudah meluas dan terus berkembang. HIV telah menginfeksi 50-60
juta orang dan menyebabkan kematian pada orang dewasa dan anak-anak lebih dari
22 juta orang. Lebih dari 42 juta orang hidup dengan infeksi HIV dan AIDS, yang
kira-kira 70% berada di Afrika dan 20% berada di Asia, dan hampir 3 juta orang
meninggal setiap tahun. Penyakit ini sangat berbahaya karena sekitar setengah dari
5 juta kasus baru setiap tahun terjadi pada dewasa muda, yaitu 15 – 24 tahun
(Murtiastutik, 2008). HIV/AIDS dimata dunia dipandang sebagai penyakit yang
mematikan, menjijikkan dan menakutkan sehingga banyak orang takut akan
penyakit tersebut, termasuk untuk merawat orang dengan penyakit HIV/AIDS.
Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting pada perawatan pasien
dengan HIV/AIDS khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien
yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya dan pemberian
dukungan sosial, berupa dukungan emosional, perawatan pasien,dan pemberian
informasi kepada pasien.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan mengenai Pencegahan HIV/AIDS Selama 45
menit diharapkan sasaran dapat mengetahui, memahami, serta dapat
mengimplementasikan cara pencegahan penularan demam berdarah.

C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan mengenai Pencegahan HIV/AIDS
selama 45 menit, di harapkan sasaran dapat:
1. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS
2. Menjelaskan penyebab HIV/AIDS
3. Menjelaskan tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Menjelaskan cara penularan HIV/AIDS
5. Menjelaskan bagaimana cara Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier dari
HIV/AIDS

D. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS
3. Tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Cara Penularan HIV/AIDS
5. Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier dari HIV/AIDS
E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab

F. MEDIA
1. Leaflet

G. EVALUASI
1. Apakah pengertian dari penyakit HIV/AIDS?
2. Apakah penyebab penyakit HIV/AIDS?
3. Apa saja tanda gejala penyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana cara penularan penyakit HIV/AIDS?
5. Bagaimana cara Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier penyakit
HIV/AIDS?

H. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS


1. Protokol/Pembawa Acara : Rijan Apriana
- Membuka dan menutup acara
- Memperkenalkan diri
- Menetapkan tata tertib penyuluhan
- Menjaga kelancaran acara
- Memimpin diskusi
2. Penyuluh/Pengajar 1 : Nurwilitinisa
Penyuluh/Pengajar 2 : Sinta Anngareni
Penyuluh/Pengajar 3 : Ananda Ega Meliyanti
- Menyajikan materi penyuluhan
- Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
3. Fasilitator 1 : Muhammad Ramdani
Fasilitator 2 : Dinar Agustin
Fasilitator 3 : Sri Dewi Mey
- Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
penyuluhan.
- Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
- Menjadi contoh dalam kegiatan.
4. Observer 1 : Ariani Sukmadiwanti
Observer 2 : Revita Puspa S
- Mengamati jalannya kegiatan.
- Mengevaluasi kegiatan.
- Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.

I. PROSES PELAKSAAAN
No. Tahap Waktu Kegiatan Audience
1. Pembukaan 10.00-10.05 1. Salam 1. Menjawab
WIB 2. Perkenalan salam
3. Menjelaskan 2. Memperhatikan
maksud dan
tujuan pertemuan
4. Kontrak waktu 3. Menyepakati
5. Apersepsi kontrak waktu
2. Pelaksanaan 10.05-10.35 Menyampaikan
WIB materi tentang :
1. Pengertian 1. Memperhatikan
HIV/AIDS
2. Penyebab
HIV/AIDS
3. Memberi 2. Memberikan
kesempatan pertanyaan
untuk bertanya
4. Mengajukan 3. Menjawab
pertanyaan pertanyaan
5. Tanda dan 4. Memperhatikan
Gejala
HIV/AIDS
6. Cara penularan
HIV/AIDS
7. Pencegahan
HIV/AIDS
secara Primer,
Sekunder dan
Tersier
8. Memberi 5. Bertanya pada
kesempatan penyuluh
untuk bertanya
3. Penutup 10.35-10.45 1. Mengajukan 1. Menjawab
WIB pertanyaan pada Pertanyaan
audiens
2. Memberikan
reinforcemen
positif atas
jawaban yang
diberikan
3. Menyimpulkan 2. Mendengarkan
dan memberi dan
penguatan memperhatikan
4. Menganjurkan
untuk mencari
referensi lain
untuk
menguatkan
pengetahuan
5. Menutup 3. Menjawab
penyuluhan Salam
dengan salam

J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
- Pemberitahuan kepada warga masyarakat bahwa akan dilaksanakan
Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan HIV/AIDS 1 hari sebelumnya.
- Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet
- Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan sebelumnya
- Preplanning dikonsultasikan ke pembimbing 1 hari sebelum Pendidikan
Kesehatan.
- Tempat Pendidikan Kesehatan di Balai RW.
2. Evaluasi Proses
- Warga masyarakat kooperatif selama dilakukan Pendidikan Kesehatan.
- Pendidikan Kesehatan dilakukan sesuai materi dan waktu yang telah
ditetapkan.
- Mahasiswa bertugas sesuai perannya.
- Warga masyarakat aktif dalam diskusi atau tanya jawab
- Sebagian sasaran hadir dari jumlah keseluruhan
3. Evaluasi Hasil
- Warga RW 01 mampu menyebutkan pengertian HIV/AIDS
- Warga RW 01 mampu menyebutkan penyebab HIV/AIDS
- Warga RW 01 mampu menyebutkan tanda dan gejala HIV/AIDS
- Warga RW 01 mampu menyebutkan cara penularan HIV/AIDS
- Warga RW 01 mampu menyebutkan pencegahan HIV/AIDS

K. SETTING TEMPAT

PENYULUH/PEMATE
RI

AUDIENS
FASILIT FASILIT
ATOR ATOR

FASILIT
ATOR

OBSE OBSE
RVER RVER
L. SUMBER
Aids, H. I. V, & Ramdani, N. (n.d.). Pencegahan primer, sekunder, tersier HIV/AIDS
dan penyalahgunaan NAPZA.

Darti, N. A., & Imelda, F. (2019). Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Hiv/Aids
Melalui Peningkatan Pengetahuan Dan Screening Hiv/Aids Pada Kelompok
Wanita Beresiko Di Belawan Sumatera Utara. Jurnal Riset Hesti Medan Akper
Kesdam I/BB Medan, 4(1), 13. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v4i1.56

Iswandi, F. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan HIV AIDS Di IRNA
non Bedah Penyakit dalam RSUP DR. M. Djamal Padang. Pustaka.Poltekkes-
Pdg.Ac.Id, 15–192.

Septarini, N. W. (2017). Metode Pengendalian Penyakit Menular. Fakultas


Kedokteran, Universitas Udayana, 121–125.

Tupan Tupan. (1996). PENULARAN DAN PENCEGAHAN AIDS Dl INDONESIA.


Baca: Jurnal Dokumentasi Dan Informasi, 21(5), 2–8.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14203/j.baca.v21i5.130

M. MATERI
1. Pengengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang dapat
menurunkan kekebalan tubuh (BKKBN, 2007). Menurut Depkes RI (2008)
menyatakan bahwa HIV adalah sejenis retro virus-RNA yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala penyakit yang didapat
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV.
HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil
akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia &Wilson, 2005).
AIDS adalah kehilangan kekebalan tubuh manusia karena dirusak oleh virus
HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena
berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat
oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan,
khususnya sarkoma kaposi dan limpoma yang hanya menyerang otak (Djuanda,
2007).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa HIV/AIDS adalah suatu
syndrom atau kumpulan tanda dan gejala yang terjadi akibat penurunan dan
kekebalan tubuh yang didapat atau tertular atau terinfeksi virus HIV.(Septarini,
2017)

2. Etiologi HIV/AIDS
HIV disebabkan oleh virus yang dapat membentuk DNA dari RNA virus, sebab
mempunyai enzim transkiptase reverse. Enzim tersebut yang akan menggunakan
RNA virus untuk tempat membentuk DNA sehingga beriteraksi di dalam
kromosom inang kemudian menjadi dasar untuk replikasi HIV atau dapat juga
dikatakan mempunyai kemampuan untuk mengikuti atau menyerupai denetik diri
dalam genetic sel-sel yang ditumpanginya sehingga melalu proses ini HIV dapat
mematikan sel-sel T4. HIV dikenal sebagai kelompok retrovirus. Retrovirus
ditularkan oleh darah melalui kontak intim seksual dan mempunyai afinitas yang
kuat terhadap limfosit T (Desmawati, 2013).
Penyebab dari HIV/AIDS adalah golongan virus retro yang bisa disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1 - 2 minggu dengan gejala flu.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1 – 15 atau lebih setahun dengan gejala tidak
ada.
d. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan demam, keringat malam
hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, ras, limfa denopati, lesi
mulut.
e. AIDS, lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologis (Wahyuny & Susanti, 2019).
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a) Lelaki homoseksual atau biseks.
b) Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c) Orang yang ketagihan obat intravena
d) Partner seks dari penderita AIDS
e) Penerima darah atau produk darah (transfusi) (Wahyuny & Susanti, 2019)
Bentuk HIV secara struktural morfologinya terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar dan melebar. Pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. Pada HIV memiliki 3 gen yang merupakan komponen
fungsional dan struktural. Tiga gen itu yaitu gag, pol, dan anv. Gag yang artinya
group antigen, pol mewakili polymerase, dan env kepanjangan dari envelope.
Gen gag bertugas mengode protein inti. Gen pol bertugas mengode enzim reverse
transcriptase, protase, dan integrase. Gen env bertugas mengode komponen
structural HIV yang dikenal dengan sebagai glikoprotein (Kurnia & Nursalam,
2015).
Siklus hidup HIV, pada siklus ini sel penjamu atau sel yang terinfeksi oleh HIV
memiliki jangka waktu hidup yang sangat pendek. Jadi dalam hal ini HIV akan
terus-menerus menggunakan sel penjamu yang baru ini untuk mereplikasi diri,
terdapat 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Pada saat serangan pertama
HIV lalu akan tertangkap oleh sel dendrit pada membrane mukosa dan kulit
selama 24 jam pertama setelah terpapar virus. Setelah itu sel yang terinfeksi akan
membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer
selama 5 hari setelah paparan, dan replica virus menjadi semakin cepat (Kurnia
& Nursalam, 2015). Siklus hidup HIV dibagi menjadi 5 fase, masuk dan
mengikat, reverse transcriptase, replikasi, budding, dan maturase. (Aids &
Ramdani, n.d.)

3. Manisfestasi Klinis HIV/AIDS


Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis
meliputi:

a. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai pada
laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%), tetapi jarang
pada orang dewasa lain (kurang dari 2%) dan sangat jarang pada anak. Tanda
lesi berupa bercak-bercak merah kekuningan di kulit,tetapi warna juga
mungkin bervariasi dari ungu tua, merah muda, sampai merah coklat. Gejala
demam, penurunan berat badan, dan keringat malam
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup nyeri
kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,kelumpuhan syaraf kranialis,
hemiparesis, dan perubahan kepribadian
c. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non produktif,
rasa lemah, dan sesak nafas.
d. Gastro Intestinal
Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera
makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare kronis
e. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi
progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
f. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks
akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas
kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan
indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga dapat
memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang
kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti exzema atau
psoriasis. (Darti & Imelda, 2019)

4. Cara Penularan HIV/AIDS


Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Limfosit T dan sel otak
sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh
sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan
kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti
menularkan di antaranya semen, cairan vagina atau servik dan darah penderita.
Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini
cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui:
a. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupun
heteroseksual merupakan penularan infeksi yang paling sering terjadi.
Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau servik.
Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan
seksnya. AIDS menular jika terjadi perpindahan virus dari sperma atau cairan
vagina ke darah.
b. Transmisi Nonseksual
Penularan secara nonseksual ini dapat terjadi melalui:
1) Transmisi parental
Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tato) yang telah
terkontaminasi, terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan
mempergunakan jarum suntik yang telah tercemar secara bersama-sama.
Penularan parenteral lainnya, melalui transfusi darah atau pemakai
produk dari donor dengan HIV positif, mengandung risiko yang sangat
tinggi.
2) Transmisi Transplasental
Transmisi ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke
anak, mempunyai risiko sebesar 50%. Contoh penularanya bisa saat
dalam Rahim/kandungan, saat persalinan bahkan melalui air susu. (Tupan
Tupan, 1996)

5. Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier HIV/AIDS


A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan garda terdepan dimana
pencegahan ini bertujuan untuk mengurangi insiden dari suatu penyakit.
Pencegahan ini lebih mensasar pada pendekatan perseorangan dan
komunitas seperti promosi kesehatan dan upaya proteksi spesifik (Porta
2008). Pencegahan ini hanya dapat efektif apabila dilakukan dan dipatuhi
dengan komitmen masyarakat dan dukungan politik yang tinggi.

Dalam permasalahan HIV/AIDS , pencegahan primer sangatlah


diharapkan untuk menjadi upaya terbaik dalam menekan peningkatan
kejadian kasus HIV/AIDS. Biasanya pencegahan primer lebih
menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
seseorang dan komunitas terhadap penyakit HIV/AIDS dan metode
penularannya. Berikut contoh upaya pencegahan primer untuk penyakit
HIV/AIDS yang dapat dilakukan :

1. Promosi Kesehatan
a. Penyuluhan Kesehatan menjadi upaya yang sering dilaksanakan
dalam pencegahan HIV/AIDS. Upaya ini sebagai upaya pencerdasan
bagi sasaran komunitas untuk memperbaiki pengetahuan dan
persepsi tentang penyakit,Faktor risiko,metode penularan dan
pencegahan dari Penyakit HIV/AIDS (Chin & Editor 2000).
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan pada kelompok yang berisiko
tinggi terinfeksi virus HIV yaitu anak-anak, remaja, kelompok
Penasun ( pengguna Narkoba dan suntik ), Kelompok pekerja seks,
berganti-ganti pasangan seks dan lain lain. Hampir seluruh kelompok
umur berisiko untuk penyakit ini. Akan tetapi sekitar 40% kelompok
yang berisiko adalah kelompok remaja usia 20 – 29 tahun (K et al.
2010).
b. Beberapa survei menyebutkan adanya pemahaman masyarakat yang
masih minim terkait penyakit HIV/AIDS, sehingga upaya
penyuluhan ini menjadi langkah awal dalam pengendalian penyakit
HIV/AIDS. Metode penyuluhan sangat bervariasi diantaranya
melalui ceramah dengan media poster dan leaflet, diskusi, Forum
Group Discussion dan membentuk KSPAN ( Kelompok Siswa
Peduli HIV/AIDS ) pada tiap sekolah yang dilatih dan dibina untuk
menjadi edukator untuk melakukan penyuluhan kepada temanteman
sekolah (S et al. 2012).
c. Pada negara afrika tepatnya di morogoro, ada sebuah program sosial
yang bersinergi dengan puskesmas setempat untuk memberikan
penyuluhan terkait penyakit HIV/AIDS kepada kelompok ibu-ibu
khususnya ibu hamil pada program Integrated maternal and newborn
health care. Program ini diimplementasikan oleh kementerian
kesehatan dan keadilan sosial negara melalui Jhpiego, dan seluruh 18
departemen kesehatan di 4 wilayah rural dan peri-urban. Jadi
program ini dilakukan pada daerah rural dan periurban. Jadi program
ini diintegrasikan dengan dilakukannya tes HIV dan dilanjutkan pada
upaya edukasi (An et al. 2015).
2. Proteksi Kesehatan
Penularan virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan
orang yang berisiko, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan
bebarengan, dan penularan dari ibu hamil ke janinnya. Adapun upaya
proteksi spesifik yang sudah direkomendasikan untuk pengendalian
penyakit HIV/AIDS sebagai berikut :
a. Menurut permenkes nomor 21 tahun 2013 telah dijelaskan
penanggulangan HIV/AIDS pada pasal 14 tentang pencegahan
HIV/AIDS melalui hubungan seksual dilakukan melalui :
− Tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang
berisiko. - Setia dengan pasangan
− Menggunakan kondom secara konsisten pada saat berhubungan
Menghindari penyalahgunaan obat atau zat adiktif narkoba
− Melakukan pencegahan lain seperti melakukan sirkumsisi.
− Dalam melakukan hubungan seksual, proteksi penularan
HIV/AIDS dapat efektif dilakukan untuk mengurangi risiko
melalui (Men & Estimate 2015) : Mempunyai satu pasangan
seks yang berisiko rendah, Pasangan seks sesama ODHA (
Orang dengan HIV/AIDS ) dan tidak melakukan hubungan seks.
b. Adapun proteksi penularan HIV/AIDS yang tidak melalui
hubungan seksual diantaranya pembuatan program layanan alat
suntik steril dan tes darah sebelum melakukan transfusi darah.
(Iswandi, 2017)
B. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan lini kedua dari teori


pencegahan penyakit. Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi
dan meminimalisir prevalensi penyakit dengan durasi waktu yang cukup
singkat. Pencegahan sekunder terdiri dari deteksi dini dan pengobatan tepat
(Porta 2008). Berikut salah satu contoh upaya pencegahan sekunder sebagai
berikut :

1. Deteksi Dini
Salah satu deteksi dini yang dapat diupayakan adalah perlindungan buruh
migran Indonesia khususnya BMI ( Buruh Migran Indonesia ) melalui
upaya deteksi dini di bandara dan pelabuhan. Deteksi dini yang
dilakukan berupa mencermati aktivitas oleh BMI ketika proses
pemberangkatan dan kedatangan di bandara dan pelabuhan di Surabaya
Jawa timur. Pengamatan dilakukan dengan pemberian pertanyaan terkait
permasalahan kesehatan dan cek kesehatan berdasarkan risiko
HIV/AIDS yang ada. Selanjutnya hasil dari pengamatan tersebut di
laporkan oleh petugas di Gedung Pendataan Kepulangan Khusus Tenaga
Kerja Indonesia ( GPKTKI ). Harapannya hasil dari pengamatan tersebut
bisa menjadi dasa ran utama untuk intervensi dini dan pengaturan
langkah selanjutnya untuk pengobatan lebih dini (Kinasih et al. 2015).
Contoh dalam upaya deteksi dini HIV/AIDS adalah pada sasaran
kelompok berisiko tinggi yaitu kelompok pekerja seks. Upaya yang
dilakukan hampir sama pada penjelasan sebelumnya. Beda nya dalam
pemantauan ini , pihak dari puskesmas setempat yang berwewenang
untuk melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mendata
tempat-tempat yang digunakan sebagai lokalisasi masyarakat (Kakaire et
al. 2015).
2. Pengobatan Tepat
Pengobatan yang spesifik merupakan upaya tepat setelah mendapatkan
pelaporan dari deteksi dini. Walaupun HIV/AIDS sampai saat ini belum
ditemukan obat paten untuk menyembuhkan HIV/AIDS, namun peranan
obat ini dapat menjadi penghambat dan memperpanjang perkembangan
virus HIV di dalam tubuh.
Sebelum ditemukan pengobatan ARV ( Anti Retrovirus ) yang ada saat
ini, pengobatan yang ada hanya disasarkan pada penyakit opportunistik
yang diakibatkan oleh infeksi HIV. Berikut macam-macam pengobatan
yang digunakan :
− Penggunaan TMP-SMX oral untuk profilaktif
− Pentamidin aerosol untuk mencegah pneumonia P. Carinii.
− Tes tuberkulin pada penderita TBC aktif.
Pada tahun 1999, telah ditemukan satu-satunya obat yang dapat
mengurangi risiko penularan HIV/AIDS perinatal dengan penggunaan
AZT. Obat ini diberikan sesuai dengan panduan yang sesuai.
Akhirnya WHO merekomendasikan untuk penggunaan Anti retroviral
bagi para penderita HIV/AIDS. Keputusan untuk memulai dan merubah
terapi ARV harus dipantau dengan memonitor hasil pemeriksaan lab baik
plasma HIV RNA ( Viral load ) maupun jumlah sel CD4 + T (Rumah &
Sanglah 2011).
C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan lini terakhir dari tahap pencegahan
penyakit. Pencegahan tersier bertujuan untuk membatasi akibat dari penyakit
yang dapat terjadi pada jangka waktu yang relatif lama dan juga memperbaiki
kualitas hidup seseorang untuk bisa lebih membaik (Porta 2008).
Dalam topik penyakit HIV/AIDS hampir dipastikan orang yang
terinfeksi HIV/AIDS akan berujung pada kematian. Beberapa contoh yang
bisa diterapkan adalah penggunaan terapi ARV. Hingga sampai saat ini,
hanya ARV yang masih menjadi terapi efektif untuk menghambat
perkembangan virus HIV dalam menyerang CD4+T. Keterlambatan dalam
penggunaan terapi ARV akan meningkatkan mortalitas (Rumah & Sanglah
2011).

N. DOKUMENTASI PENYULUHAN : FOTO/VIDEO, BERITA ACARA,


ABSENSI

a. Foto Kegiatan

b. Video

c. Absensi
No. Nama Peserta Usia Keterangan

d. Berita Acara

BERITA ACARA
PENYULUHAN KESEHATAN
DESA PANYILEUKAN

Berkaitan dengan pentingnya menjaga kesehatan dari segala jenis penyakit


terutama HIV/AIDS , maka pada hari ini:
Hari dan tanggal : Kamis, 09 Desember 2021
Jam : 10.00 – 10.45 WIB
Tempat : Balai RW 01 Panyileukan
Telah dilaksanakan Penyuluhan yang dihadiri oleh warga masyarkat RW 01
Panyileukan. Materi atau pembahasan yang dibahas dalam penyuluhan ini
sebagai berikut :
1. Membahas Pengertian HIV/AIDS
2. Membahas Penyebab HIV/AIDS
3. Membahas Tanda dan gejala HIV/AIDS4.
4. Membahas Cara Penularan HIV/AIDS
5. Membahas Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier dari HIV/AIDS

Demikian berita acara ini dibuat dan dengan penuh tanggung jawab agar
mayarakat bisa memahami dan melakukan pencegahan yang telah kami
sampaikan.

Bandung, 09 Desember 2021

Tim Penyuluh

Anda mungkin juga menyukai