Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPO

MODEL KONSEP KEPERAWATAN JIWA

PSYCHOANALITTYCAL (Freud, Erickson)

KELOMPOK 1 :

ARDIYANSYAH (19031005)
NISSA HIDAYAH (19031013)
REZA KURNIAWAN S (19031018)
LIZA ERMITA (19031029)
LYDIA PRASTIKA PRATAMI Y (19031034)
WIDYA APRILIA NINGSIH (19031035)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Dewi Kurnia Putri, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah- SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait Model Konsep Keperawatan
Jiwa tentang “Model Psikoanalisa (Freud, Erickson)”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
dalam mata kuliah “Keperawatan Kesehatan Jiwa I”.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Semoga apa yang dituangkan dalam
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya teman-teman yang
membaca. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 31 Maret 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................5

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah ................................................................5

1.4 Manfaat....................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Model Konseptual Keperawatan Jiwa ..................................................6

2.2 Model Konseptual Psikoanalisa..............................................................8

2.3 Konsep-Konsep Utama Teori Psikoanalisa..........................................10

2.4 Prinsip-Prinsip Model Psikoanalisa......................................................13

2.5 Proses Terapi Model Psikoanalisa........................................................14

2.6 Peran Perawat & Klien dalam Model Psikoanalisa............................15

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kasus........................................................................................................16

3.2 Penyelesain Menggunakan Model Psikoanalisa..................................16

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................17

4.2 Saran........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Brockopp, 1999 : 73 ).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan
atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif
baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan
upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk  menolong seseorang dalam mempertahankan
keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang
dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Model psikoanalisa adalah pandangan pada manusia yang pada  hakikatnya adalah
makhluk dorongan nafsu. Psikoanalisa merupakan model yang pertama dikemukakan oleh
Sigmund Freud, sehingga beliau di kenal dengan bapak Psikoanalisa. Psikoanalisa meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada
masa anak ( Kohnstamn & Palland, 1984 : 66 ).
Model psikoanalisa tidak dapat terpisahkan dalam praktik keperawatan khususnya
dalam lingkup keperawatan jiwa. Model psikoanalisa memandang bahwa perilaku yang
ditunjukkan oleh setiap manusia tidak terlepas dari proses tumbuh kembang yang dialaminya.
Sehingga kegagalan seseorang dalam fase tumbuh kembangnya dapat menyebabkan
seseorang melakukan perilaku yang maladaptive.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk membahas model konseptual
keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model psikoanalisa.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini ialah “bagaimana model konsep
keperawatan jiwa khususnya model Psychoanalittycal?”

1.3 TUJUAN

Adapun manfaat yang dapat di ambil dari pembuatan makalah ini ialah :

1. Tujuan umum
Mampu mengetahui tentang model konsep tual keperawatan jiwa ( model
psikoanalisa )
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b. Mengidentifikasi model konseptual psikoanalisa
c. Menjelaskan aplikasi model psikoanalisa
1.4 MANFAAT

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah menambah
pemahaman dan wawasan penulisan maupun pembaca terkait tentang model konsep
keperawatan khususnya model psikoanalisa dan agar perawat dapat mengaplikasikannya.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA

2.1.1 Definisi
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model
konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau
kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi
dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual
keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan
informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang
terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 :
73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk
mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54)

2.1.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Jiwa


Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul
pada tahun 1950 an. Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen (1995) peran
perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni :
a. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi
pada klien.
b. Mendemonstrasi penerimaan.
c. Respek
d. Memahami klien.
e. Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Sedangkan menurut Peplau dikutip dari Yosep ( 2009 : 16 ), peran perawat
meliputi :

3
a. Sebagai pendidik.
b. Sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat local, nasional dan
internasional.
c. Sebagai “surrogate .
d. parent”.
e. Sebagai konselor
Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa,
mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara
terapeutik untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan
meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
Dan sebagai tambahan dari perawat ( Yosep, 2009 : 16 ) adalah :
a. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
b. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
c. Memberi pelayanan kepada klien diluar klinik
d. Aktif melakukan penelitian
e. Membantu pendidikan masyarakat

2.1.3 Model Konseptual Keperawatan Jiwa Model Psikoanalisa (Freud,Erickson)


Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata
tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).
Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi dan
transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free association : mencurahkan seluruh
pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area
yang secara tidak sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist
tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik. konflik yang dihindari klien dianggap
hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi gambaran konflik intra
psikis yang menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi
dianalisa dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist
menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.

4
2.2 MODEL KONSEPTUAL PSIKOANLISA

Psikoanalisa adalah pandangan evolusionistis-naturalistis: pada hakikatnya manusia


itu adalah makhluk dorongan nafsu. Yang asli adalah Das Es, sedangkan yang lebih tinggi
(Das Ich dan Ueber Ich) hanyalah timbul dari das Es. Semua adalah alam dan perkembangan
timbul dari alam yang tinggi yang rohaniah tidak berdiri sendiri dan diterangkan dari sudut
lapisan bawah, dari alam. Tetapi setelah orang menerima bahwa rohaniah itu berdiri sendiri
dan bahwa ada norma-norma kebenaran, kebaikan, kemurnian dan yang umum serta abadi,
maka orang tidak dapat menerima ajaran psikoanalisa ( Kohnstamn & Palland, 1984 : 66 ).
Menurut Kaplan & Sadock ( 2010 ), psikoanalisa merupakan model yang pertama
dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku
pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan
symbol dari konflik. Gangguan jiwa terjadi akibat :
a. Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan
seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat
masa lalu.
b. Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi
karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik,
sehingga muncul ketidakpuasan
c. Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan
kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi. Psikoanalisa sampai saat ini
dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang psikologi. Hipotesis psikoanalisis
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak
sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran
manusia. Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama.
Konsep ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Menurut Maramis (2009 : 34 )
fokusnya pada perkembangan psikoseksual dari fase – fase Oral, Anal, Phalik, Laten,
Genitikal yang penuh konflik-konflik pada masa penyelesaian tugas setiap fase.
a. Fase oral (usia 0;0 - 1;0)
Daerah pokok aktivitas dinamik: mulut àmakan sebagai sumber kenikmatan.
Bentuk rangsangan: rangsangan terhadap bibir, rongga mulut, kerongkongan,

5
menggigit dan mengunyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan
memuntahkan makanan (kalau makanan tidak memuaskan).
1) Oral incorporation
Kenikmatan diperoleh dari aktivitas menyuap/menelan Kepribadian
oral incorporation membuiat orang menjadi senang/fiksasi
mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau
gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain).
2) Oral aggression
Kenikmatan diperoleh dari aktivitas dan menggigit Kepribadian oral
agression ditandai oleh kesenangan berdebat dan sikap sarkastik.

b. Fase anal (usia 1;0 - 2/3;0)


Daerah pokok aktivitas dinamik: dubur àpembuangan kotoran sebagai sumber
kenikmatan Bentuk rangsang: bebas dari tegangan anal. Semua bentuk kontrol
diri (self control) dan penguasaan diri (self masery) berasal dari fase anal.
Dampak toilet training terhadap kepribadian di masa depan, tergantung kepada
sikap dan metoda orang tua dalam melatih.
c. Fase Phalik (usia 2/3;0 - 5/6;0)
Daerah pokok aktivitas dinamik: alat kelamin. Sumber kenikmatan: 
Masturbasi dan peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya.
d. Fase latency (usia 5/6;0 - 12/13;0)
Perasaan takut kepada pembalasan orangtua menimbulkan represi terhadap
dorongan seksual pada anak, sehingga impuls seksual dan agresi pada fase
awal (pregenital impuls) mereda. Pada fase laten ini anak mengembangkan
kemampuan sublimasi dan mulai merasa peduli dengan orang lain. Anak
menjadi lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebeum dan
sesudahnya (masa pubertas).
e. Fase Genital (usia 12/13;0 - dewasa)
Fase ini dimulai  dengan perubahan fisiologik dari sistem reproduksi, yakni
fase pubertas. Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas
dinamis yang harus diadaptasi, untuk mencapai perkembangan kepribadian
yang stabil.  Pada fase phalik, cathexis genital mempunyai sifat narcistik; Pada
fase genital narcisme itu mulai disalurkan ke objek di luar seperti berpartisipasi

6
dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan
keluarga.

2.3 KONSEP-KONSEP UTAMA TEORI PSIKOANALISA


2.3.1 Tingkat Kehidupan Mental
Menurut freud dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan Gregory J.
Feist, 2008: 22), kehidupan mental dibagi menjadi dua tingkatan yaitu alam bawah
sadar (unconscious) dan alam sadar (conscious). Alam sadar sendiri memiliki dua lagi
tingkatan yang berbeda, yakni alam bawah sadar sesungguhnya dan ambang-kesadaran
(preconscious).
Latipun (2010; 47) menyatakan bahwa tingkat kehidupan mental dapat disebut
juga teori topografi yaitu merupakan teori psikonalisis yang menjelaskan tentang
kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi freud kepribadian manusia
berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga
tingkatan, yaitu:
1. Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat,
menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang
yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di
sekitar kita.
2. Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan
yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar
jika kita berusaha mengingatnya kembali.

3. Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan
sebagian besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan
perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan
tersimpan didalamnya.

2.3.2 Struktur Kepribadian


Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai stuktur yang terdiri dari
tiga unsur atau sistem, yaitu id, ego, dan superego (Supratiknya, 1993: 32). Ketiga unsur
atau sistem tersebut adalah sebagai berikut :
 Id
Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem
yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id

7
adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau atau penyalur energi yang
dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-
kegiatan yang dilakukannya.
Merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan naluri dasar atau bawaan,
seperti perilaki mencari kesenangan, agresi dan impuls seksual. Id mencari
kesenangan instan, menyebabkan perilaku impulsif dan tidak dipikirkan, dan tidak
mematuhi aturan atau konvensi sosial. (Videbeck,2008)
 Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada
dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip
kenyataan. Apabila dikaitkan dengan contoh orang yang sedang lapar, maka bisa
diterapkan bahwa ego bertindak sebagai penunjuk atau pengarah kepada orang
yang sedang lapar ini kepada makanan.
Ego merupakan kekuatan pengimbang atau penengah antara id dan superego.
(Videbeck,2008)
 Superego
Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem kepribadian yang berisikan
nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Menurut Freud, superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-
aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti
bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru (Supratiknya, 1993: 35).
Superego merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan konsep moral dan
etis, nilai, serta harapan sosial dan orang tua. Oleh karena itu, superego secara
langsung berlawanan dengan id.

2.3.3 Dinamika Kepribadian


 Dorongan-Dorongan ( Drives )
Menurut Freud ( 1933/1964 ) dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan
Gregory J. Feist, 2008: 29), beragam dorongan dapat dikelompokkan menjadi dua
kubu utama : seks atau Eros, dan agresif, distraksi atau Thanatos. Dorongan-
dorongan ini berakar dalam Id. Namun, mereka tunduk pada pengontrolan Ego.
Dorongan memiliki bentuk energy psikisnya sendiri : Freud menggunakan kata
Libido untuk energy dorongan seksual. Namun, energy bagi dorongan agresif masih
belum dinamainya.
8
 Seks
Tujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun, kesenangan ini tidak
terbatas hanya pada kesenangan genital semata. Tujuan akhir dorongan seksual
( pengurangan tegangan seksual ) tidak dapat diubah namun, jalan untuk mencapai
tujuan ini bisa beragam.
Fleksibilitas objek seksual atau pribadi seksual dapat mengenakan samara Eros
yang lebih jauh. Objek erotis dapat ditransformasikan atau dipindahkan dengan
mudah. Sebagai contoh, seorang bayi yang dipaksa terlalu cepat untuk lepas dari
putting ibunya sebagai objek seksual mungkin akan menggantinya dengan jempol
tangan sebagai objek kesenangannya. Namun, seks sendiri dapat mangambil
banyak bentuk yang lain, seperti Narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme. Dua
yang terakhir ini memiliki komponen dorongan agresif.
 Agresi
Tujuan dari dorongan destruktif, menurut Freud, adalah mengembalikan organism
pada kondisi anorganis. Dorongan agresif juga menjelaskan kebutuhan atas
penghalang-penghalang yang sudah dibangun manusia untuk mengendalikan agresi.
Contohnya perintah seperti “kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu
sendiri”.
 Kecemasan ( anxiety )
Kecamasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat
sesuatu. Freud ( 1933/1964 ) menekankan bahwa ini adalah kondisi yang tidak
menyenangkan, bersifat emosional, dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang
mendekat.
Ada tiga macam kecemasan :
1. Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah ketakutran terhadap tidak terkendalinya naluri-
naluri yang menyebabkan seseorang melalkukan suatu tindakan yang bisa
mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri. Contohnya adalah seseorang
akan mengalami kecemasan ini karena kehadiran seorang guru, majikan,
atau figure otoritas lain.

9
2. Kecemasan Moralistis
Kecemasan moralistis adalah katekutan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan ini bersal dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
moralistis contohnya, akan muncul dari godaan seksual jika seorang anak
percaya bahwa menyerah pada godaan akan membuat dirinya keliru secara
moral. Namun, kecemasan moralistis juga bisa muncul akibat kegagalan
untuk bersikap secara konsisten dengan apa yang dianggap benar secara
moral, contohnya gagal merawat orang tua yang sudah lanjut usia.
3. Kecemasan Realiatis
Kecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia
eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang
ada. Contohnya, kita dapat mengalami kecemasan realistis ketika
berkendara di lalu lintas yang padat dan bergerak cepat di sebuah kota
yang belum kita kenal. Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takut
karena rasa takut tidak perlu malibatkan suatu objek spesifik yang
menakutkan, contohnya jika sepeda motor kita tiba-tiba terpeleseta dan
lepas kendali di atas sebuah jalan tol yang bersalju.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme penjagaan ego karena dia
memberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang mendekat ( Freud,
1933/1945 ). Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi sinyal
kepada sensor kita mengenai bahaya yang sedang mendekat akan
mengambil bentuk samaran imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya.

2.4 PRINSIP-PRINSIP MODEL PSIKOANALISA


Menurut Stuart (1995), prinsip-prinsip psikoanalisa dikelompokkan menjadi :
a. Prinsip konstansi
Prinsip konstansi artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk
mempertahankan kuantitas konflik psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau
setidak-tidaknya taraf yang stabil. Dengan perkataan lain bahwa kondisi psikis
manusia cenderung dalam keadaan konflik yang permanen (tetap).
b. Prinsip kesenangan
Prinsip kesenangan artinya kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan
ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan (pleasure
principle).
10
c. Prinsip realitas
yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata.

2.5 PROSES TERAPI MODEL PSIKOANALISA


Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen, interpretasi serta analisa resistensi untuk memperbaiki traumatik masa lalu
( Yosep, 2009 : 13 ).
a. Asosiasi Bebas
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan
dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau
penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada
dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika
penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus
mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.
b. Analisa Mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul
akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan
yang selama ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh
pasien. Dengan mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat
ditemukan dan diselesaikan.
c. Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu Peran pasien dan perawat Klien
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya Perawat melakukan assessment atau
pengkajian tentang keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada
masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada masa kanak – kanak,
ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin trust
(saling percaya).
d. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi,
analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan
analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan
dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi
interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat
proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. mengungkap apa yang terkandung di
11
balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi klien.
e. Analisa Resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang
mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi
konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan
timbulnya resistensi. teknik yang digunakan untuk menyadarkan klien terhadap
alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi).

2.6 PERAN PERAWAT DAN KLIEN DALAM MODEL PSIKOANALISA

Stuart (1995) mengatakan peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa adalah
sebagai berikut.
a. Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secara kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
b. Peran klien dalam model psikoanalisa
Peran yang dapat dilakukan oleh klien meliputi :
1) Mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya agar bisa diartikan
therapistnya.
2) Mengkuti perjanjian jangka panjang atau kontrak yang telah disepakati.
3) Mendorong transfer, menginterprestasi pikiran dan mimpi.

12
BAB III

APLIKASI MODEL PSIKOANALISA DALAM KEPERAWATAN JIWA


3.1 KASUS

Seseorang mengalami ketidakpuasan pada fase oral antara usia 0-2 tahun, dimana anak
tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup,
sehingga cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
konvensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya.Ketidakpercayaan yang sudah
melekat pada dirinya akan membentuk pribadi orang tersebut agresif dan mudah marah dalam
menghadapi kehidupannya.

3.2 PENYELESAIN MENGGUNAKAN MODEL PSIKOANALISA

Model psikoanalisa merupakan salah satu alternatif yang  yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah. Pada kasus diatas, perawat mengkaji perilaku yang maladaptif
menggunakan model psikoanalisa dengan melihat didasari sudut tumbuh kembang yang
dialami klien.

Setelah terbina trust (saling percaya), klien akan lebih rileks untuk mengungkapkan
perasaannya. Seorang  perawat harus memberikan  tanggapan terhadap respon klien
misalnya sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Sikap yang akan ditimbulkan klien dapat
berupa suka marah-marah  dan  protektif  diri terhadap dunia luar. Selain sebagai konselor,
perawat juga dapat perawat dapat memberikan teknik keperawatann seperti mengontrol
marahnya dengan teknik distarksi dan mengajarkan cara marah yang produktif dengan cara
mengalihkan marah pada hal lain.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi suatu
pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual keperawatan jiwa
digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar dapat menghadapi stressor
melalui meksnisme koping yang positif.
Model psikoanalisa mempunyai pandangan bahwa manusia adalah makhluk dorongan
nafsu. Selain itu, psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku yang terjadi pada
masa dewasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan pada masa anak. Oleh karena itu,
kejadian pada masa lalu (masa kecil) akan sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian
seseorang.
Perawat dapat menerapkan model psikoanalisa dalam praktik keperawatan untuk
mengungkapkan masalah yang dialami seseorang. Perawat dapat berperan sebagai konselor
yang dapat memberikan pemecahan masalah pada seseorang yang mengalami pengalaman
buruk baik dimasa lalu maupun yang sedang dialaminya. Contohnya seseorang yang tidak
dapat mengontrol dirinya ketika marah, dapat di ajarkan untuk melakukan marah produktif
atau diajarkan teknik distraksi, sehingga selain sebagai konselor peran perawat promotif.
4.2 SARAN
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan  jiwa khususnya
model psikoanalisa dalam merespon setiap perilaku yang maladaptif yang ditunjukkan
oleh klien melalui  pendekatan terapeutik dengan cara menjalin rasa saling percaya
untuk mendapatkan pemecahan dari masalah klien. 
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas diharapkan
mampu menerapkan model psikoanalisa pada setiap perawat yang ada melalui
pendekatan terapeutik  dalam mengatasi masalah yang timbul.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam
mengenai model konseptual khususnya model psikoanalisa sehingga mahasiswa dapat
menjadikan model psikoanalisa sebagai salahsatu alternatif yang dapat digunakan untuk
mengkaji penyebab timbulnya perilaku  maladaptif yang kelak akan ditemui dilapangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Perry & potter. 1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC


Suliswati, Dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai