Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN MATERNITA II

TUGAS INDIVIDU

 EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE


(EPDS)

Oleh :

NISSA HIDAYAH 19031013

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Vella Yovinna T., M.Kep., Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Edinburgh postnatal depression scale (epds) ialah salah satu metode untuk mendeteksi
depresi pasca persalinan. walaupun tidak umum, epds dapat dengan mudah digunakan
selama 6 minggu pasca persalinan. edps berupa kuisioner yang terdiri dari dari 10
pertanyaan mengenai bagaimana perasaan pasien dalam satu minggu terakhir. (perfetti j,
clark l dan fillmore cm, 2005; bloch dkk, 2005; cohen dan nonacs, 2005; elvira 2006;
klainin dan arthur, 2009; muhdi, 2009; o'hara dkk, 1991).

The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dikembangkan pada tahun1987


untuk skrining wanita postpartum di rawat jalan. pengaturan rumah mengunjungi, atau
pada pemeriksaan postpartum 6-8 minggu. ini telah digunakandi antara banyak populasi,
Skala sejak itu telah divalidasi, dan bukti dari sejumlah studi penelitian telah
mengkonfirmasi alat untuk menjadi handal dan sensitif dalam mendeteksi depresi.

EPDS terdiri dari 10 pertanyaan dan biasanya dapat diselesaikan dalamwaktu kurang
dari 5 menit. Studi validasi telah digunakan berbagai nilai ambang batas dalam
menentukan perempuan positif dan membutuhkan rujukan. ,cut-off skor berkisar 9-13
poin. Seorang wanita mencetak 9 atau lebih poin atau menunjukkan setiap keinginan
bunuh diri – yaitu, ia skor 1 atau lebih tinggi pada pertanyaan 10 harus dirujuk segera
untuk ditindaklanjuti.

EPDS skor tidak harus mengesampingkan penilaian klinis, Sebuah penilaian klinis
yang cermat harus dilakukan untuk memastikan diagnosa. Skala menunjukkan bagaimana
ibu telah dirasakan selama minggu sebelumnnya. Dalam kasus yang meragukan hal itu
mungkin berguna untuk mengulang alat setelah 2 minggu. Skala tidak akan mendeteksi
ibu dengan neurosis kecemasan, fobia, atau gangguan kepribadian.

Keuntungan EPDS

1. Mudah dihitung (oleh perawat, bidan, petugas kesehatan lain)


2. Sederhana
3. Cepat dikerjakan (membutuhkan waktu 5-10 menit bagi ibu untuk menyelesaikan
epds)
4. Mendeteksi dini terhadap adanya depresi pasca persalinan
5. Lebih diterima oleh pasien
Tidak memerlukan biaya
Kekurangan EPDS
1. Tidak bias mendiagnosis depresi pasca persalinan
2. Tidak bisa mengetahui penyebab dari depresi pasca persalinan
Belum divalidasi di indonesia

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan paper ini ialah untuk mengetahui apakah pasien post
partum mengalami depresi atau tidak.

1.3 MANFAAT

Manfaat dari pembuatan paper ini adalah agar memudahkan kita dalam penghitungan
EPDS pada ibu post partum.

Nama Ibu: Ny. Susi Efrianti Persalinan Ke*: 2


Usia Ibu: 23 Tahun Tanggal Lahir Bayi*: 24 Mei 2021
Pekerjaan: Bidan Proses Kelahiran bayi*: Normal
Pendidikan: D3 Kebidanan Alamat (Kabupaten): Rambah Samo Barat,
Kec. Rambah Samo, Kab. Rokan Hulu
*Persalinan saat ini

Sebagaimana kehamilan atau proses persalinan yang baru saja anda alami, kami ingin
mengetahui bagaimana perasaan anda saat ini. Mohon memilih jawaban yang paling
mendekati keadaan perasaan anda DALAM 7 HARI TERAKHIR, bukan hanya perasaan
anda hari ini.
Dibawah ini ialah contoh pertanyaan yang telah disertai oleh jawabannya.
Saya merasa bahagia:
 Ya, setiap saat
× Ya, hampir setiap saat
 Tidak, tidak terlalu sering
 Tidak pernah sama sekali
Arti jawaban diatas ialah: “saya merasa bahagia di hampir setiap saat” dalam satu minggu
terakhir ini.

Mohon dilengkapi pertanyaan lain dibawah ini dengan cara yang sama. Dalam 7 hari terakhir:

1. Saya mampu tertawa dan merasakan hal-hal yang menyenangkan


x Sebanyak yang saya bisa (0)
 Tidak terlalu banyak (1)
 Tidak banyak (2)
 Tidak sama sekali (3)

2. Saya melihat segala sesuatunya kedepan sangat menyenangkan


x Sebanyak sebelumnya (0)
 Agak sedikit kurang dibandingkan dengan sebelumnya (1)
 Kurang dibandingkan dengan sebelumnya (2)
 Tidak pernah sama sekali (3)

3. * Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagaimana mestinya
 Ya, setiap saat (3)
 Ya, kadang-kadang (2)
 Tidak terlalu sering (1)
x Tidak pernah sama sekali (0)

4. Saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang jelas
 Tidaak pernah sama sekali (0)
x Jarang-jarang (1)
 Ya, kadang-kadang (2)
 Ya, sering sekali (3)

5. * Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas


 Ya, cukup sering (3)
 Ya, kadang-kadang (2)
x Tidak terlalu sering (1)
 Tidak pernah sama sekali (0)

6. * Segala sesuatunya terasa sulit untuk dikerjakan


 Ya, hampir setiap saat saya tidak mampu menanganinya (3)
 Ya, kadang-kadang saya tidak mampu menangani seperti biasanya (2)
x Tidak terlalu, sebagian besar berhasil saya tangani (1)
 Tidak pernah, saya mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik (0)

7. * Saya merasa tidak bahagia sehingga mengalami kesulitan untuk tidur


 Ya, setiap saat (3)
 Ya, kadang-kadang (2)
 Tidak terlalu sering (1)
x Tidak pernah sama sekali (0)

8. * Saya merasa sedih dan merasa diri saya menyedihkan


 Ya, setiap saat (3)
 Ya, cukup sering (2)
x Tidak terlalu sering (1)
 Tidak pernah sama sekali (0)

9. * Saya merasa tidak bahagia sehingga menyebabkan saya menangis


 Ya, setiap saat (3)
 Ya, cukup sering (2)
x Disaat tertentu saja (1)
 Tidak pernah sama sekali (0)

10. *Muncul pikiran untuk menyakiti diri saya sendiri


 Ya, cukup sering (3)
 Kadang-kadang (2)
 Jarang sekali (1)
x Tidak pernah sama sekali (0)

Diperiksa/ditelaah oleh : NISSA HIDAYAH Tanggal : 15 Juni 2021


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTERPRETASI

Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam
tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah faktor hormonal,
faktor demografik yaitu umur dan paritas, pengalaman dalam proses kehamilan dan
persalinan, takut kehilangan bayi, bayi sakit (kuning, dll), takut untuk memulai hubungan
suami istri (ML), anak akan terganggu, dan latar belakang psikososial wanita yang
bersangkutan.

Dari Pengisian atau Penilaian Skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
pada Post Partum Blues didapatkan hasil penjumlahan/nilai : 5 (Lima). Dimana dari hasil
Penilaian Skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) pada Post Partum Blues
tersebut dinyatakan Normal. Nilai maksimal : 30 dan kemungkinan depresi : nilai 10 atau
lebih.

2.2 PEMBAHASAN

Ibu yang mengalami gangguan pasca persalinan dapat berpengaruh negative terhadap
bayinya. Apabila hal ini tidak di obati akanmenimbulkan efek buruk, baik itu jangka
panjang ataupun jangka pendek terhadap ibu dan pada perkembangan bayinya. Karena
bayi yang dibesarkan dari ibu yang mengalami depresi akan cenderung beresiko memiliki
prilaku kasar atau nakal, terutama bila anak sudah mencapai umur 11 tahun (Ayu &
Lailatushifah, 2008).
Selain itu, dapat mempengaruhi antara tali kasih ibu dan anak, karena pada kondisi
mental ibu yang terganggu dapat mengakibatkan kurangnya perhatian ibu dalam merawat,
mengasuh serta membesarkan anak. Sehingga dampak yang terjadi, bisa saja anak
memiliki kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan anak-anak dari ibu yang tidak
mengalami gangguan depresi postpartum dan kemampuan mereka untuk berinteraksi
dengan anak-anak lain juga akan berpengaruh (Latifah & Hartati, 2006).
Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami perubahan perasaan yang
tidak menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang mempengaruhi
kepekaan seorang ibu pasca melahirkan yang biasanya terjadi pada ibu primi. Berikut ini
beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko terjadinya PPB yaitu,
1. Pelajari diri sendri yaitu pelajari dan mencari informasi mengenai pospatum
blues sehingga ibu sadarr terhadap kondisinya,
2. tidur dan makan yang cukup merupakan diet nutrisi cukup penting untuk
kesehatan maka lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup,
3. olahraga merupakan kunci mengurangi terjadinya PPB, sehingga membuat ibu
merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri ibu,
4. dukungan keluarga dan orang lain diperlukan, dukungan keluarga atau orang
yang ibu cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. yakinkan diri ibu, bahwa
merekan akan selalu berada disisiibu setiap mengalami kesulitan,
5. persiapan diri dengan baik yaitu persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan
untuk kesiapan diri sebagai seorang ibu dengan peran barunya,
6. dukungan emosional, yaitu dukungan emosional dari lingkungan dan juga
keluarga, akan membantu ibu dalam mengatasi PPB sehingga ibu merasa akan
lebih baik.
Perempuan pada umumnya, mereka tidak mau bercerita bahwa mereka mengalami
postpartum blues atau gangguan depresi ringan, karena merasa malu dan takut
mendapatkan anggapan bahwa mereka tidak mampu untuk menjadi seorang ibu (Latifah
& Hartati, 2006).

Sehingga peran perawat maternitas disini sangat diperlukan untuk melakukan deteksi
dan pencegahan terhadap kejadian postpartum blues agar tidak berkembang kedalam
depresi postpartum dan postpartum psykosis (Soep, 2009).

Ada beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ibu yang mengalami
gangguan setelah melahirkan dalam (Bobak, 2005; Soep, 2009);

1. Mengidentifikasi gangguan suasana hati postpartum dengan cara waspada


terhadap tanda-tanda dan gejala gangguan suasana hati,
2. Bantulah ibu untuk bersikap terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain,
seperti menceritakan tentang apa yang di alaminya terutama terhadap orang yang
berpengalaman,
3. Libatkan ayah atau pasangan untuk membantu dalam merawat bayi,
4. Upayakan untuk banyak istirahat dan tidur selama bayitidur,
5. Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendirian, kerjakan
apa yang dapat dilakukan saja dan berhenti ketika merasa lelah,
6. Jangan sendirian dalam waktu yang lama, pergilah keluar rumah untuk merubah
suasana hati,
7. Mintalah bantuan untuk mengerjakan rumah tangga dan mintalah pada suami
untuk mengangkat bayi untuk disusui pada malam hari,
8. Mendukung dan memberikan terapi klien dan keluarganya dengan cara melibatkan
keluarga dalam rencana perawatan dan bantu untuk membuat jadwal rencana
rujukan,
Mendukung upaya ikatan orang tua dan bayi dengan cara beri dukungan untuk
perawatan lanjutan ibu kepada bayinya.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai