Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA

TERAPI SUPPORTIF

Dosen Pembingbing:
Retno Yuli Hastuti, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Jiwa

Disusun Oleh:
1. Asri Palupi ()
2. Hanik Sisca H ()
3. Kunto Wardoyo ()
4. Nurjannah Setyaningrum ()
5. Wulan Winahyusiwi ()

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat,
hidayahnya serta kesempatan kepada kelompok kami, sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah keperawatan Jiwa “Makalah Model Konseptual Keperawatan Jiwa
Terapi Supportif” ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak terimakasih kepada Dosen Pembimbing
kami yaitu ibu Retno Yuli Hastuti, M.kep.,Ns.,Sp.Kep.Jiwa yang telah membimbing serta
mengajarkan kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Demikian makalah yang kami buat apabila ada kekurangan dalam menyusun makalah
ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi penyempurnaan makalah
ini . Akhir kata kami sampaikan , semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi para siswa, terutama bagi kami seorang penyusun.

Klaten, 28 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupukan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga,
masyarakat dan juga merupakan perwujudan pada tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu, kesehatan mempunyai arti yang strategis
dalam pembangunan dan juga modal dasar dalam pembangunan. Hanya masyarakat
yang sehat memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi, yakni manusia yang amat
dibutuhkan dalam pembangunan.
Masalah kejiwaan itu begitu luas, kompleks, mengandung banyak misteri dan
hal-hal yang menarik sehingga selalu saja menantang manusia untuk mengadakan
study intensif terhadapnya. Luas dan kompleksitasnya tidak hanya disebabkan oleh
tidak mampunya orang mengkuantifisir gejala-gejala kejiwaan yang misteri itu, akan
tetapi oleh sebab faktor-faktor penyebabnya bersifat multifaktor sehingga gejala-
gejala yang bisa didekati dari berbagai macam perspektif.
Seiring perubahan jaman , peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada
tahun 1950-an . weiss (1947) mengambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan
perawatan umum yaitu adanya terapi sikap. Perawat menggunakan sikap yang baik
dalam menyembuhkan pasien.
Dalam mengimplementasikan terapi ini, perawat mendemonstrasikan
penerimaan, pengertian tentang klien, meningkatkan interest dan partisipasi. Pada
realiata, klien diperlukan secara individual dan unik, jadi sikap perawat harus sesuai
dengan masalah yang dihadapi pasien.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II
KONSEP TEORI

A. Model Konseptual
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang
fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol
dan diafragma, dan Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu
obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi
seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model konsepadalah rangkaian
konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-
fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah. (Hidayat, 2006,
hal.42)
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual
memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang
dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk
menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Christensen &
Kenny, 2009, hal. 29).

B. Model Konseptual dalam Keperawatan


Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi
dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual
keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan
informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa
yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan
(Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang
utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan
sumber awal masalah tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu.
Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran
sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat
adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor
penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien)
(Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010)
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :
a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk


biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain
termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada
skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti
penenkanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek
komplementer (Marriner-Tomey , 2004, dalam Nurrachmah, 2010).

C. Keperawatan Jiwa
a. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa( Yosep, 2010, hal. 1-2 )
1) Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
(American Nurses Associations).
2) Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung,
komunikasi dan management, bersifat positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadian yang bersangkutan.
3) Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional
secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan


pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas ).Keperawatan jiwa adalah proses
interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan
perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia (Sulistiawati
dkk , 2005, hal. 5).

b. Komponen Paradigma Keperawatan Jiwa


Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan(Sulistiawati dkk,  2005, hal. 5-6)
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi
dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu
mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu
mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh,
sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai
kemampuan untuk berubahdan keinginan untuk mengejar tujuan personal.
Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua
perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi,
pikiran, perasaan dan tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam
berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui
perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan
jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya
interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya
dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien
bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk
mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah kehidupan.

D. Model keperawatan jiwa


Terdapat enam model keperawatan, yaitu sebagai berikut
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang
apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau
insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
2.  Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul
dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang
lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya
ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan
sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh
klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and
relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa
yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong
rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental
factors create stress, which cause anxiety and symptom).Prinsip proses terapi yang
sangat penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and
social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Bodi-image-nya.
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain
yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and
control behavior).
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan
respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering
sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak
keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu,
pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik
diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan
sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.

E. Peran perawat kesehatan jiwa


1) Pengkajian yg mempertimbangkan budaya dan Memberikan pedoman pelayana
kesehatan serta Berperan dalam pengelolaan kasus.
2) Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan.
3) Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit
mental - penyuluhan dan konseling.
4) Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Terapi Supportif

Menurut Rockland (dalam Setyoadi & Kusharyadi, 2011), terapi suportif


(relationship oriented psychotherapy) merupakan jenis psikoterapi individual yang
lazim dilakukan dan terdapat dalam orientasi yang berpusat pada penyampaian
pemahaman.
Terapi supportif menjadi terapi keperawatan terhadap klien dengan kemampuan
bersosialisasi yang rendah dan merupakan salah satu tindakan terapi yang efektif pada
klien Skizofrenia (Angriani, dkk, 2013)
Lebih lanjut menurut Kaplan, Sadock & Grebb (2010), Psikoterapi suportif
menawarkan dukungan kepada pasien dari terapis selama periode penyakit, kekacauan
atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk memulihkan dan
memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu.
Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang
membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu, dan kecemasan dan
dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk di
hadapi.
Adapun hal penting dalam terapi suportif menurut Peterson & Zderad (dalam
Setyoadi & Kusharyadi, 2011) antara lain:
1. Kongruen
2. Penghargaan positif yang terkondisi
3. Empati
Cara ini menggunakan teknik membantu klien agar merasa diterima, terlindungi,
terdorong dan aman serta tidak merasa cemas (Kaplan, Sadock & Grebb, 2010). Klien
memerlukan terapi soportif karena kurang dapat mengekspresikan dirinya dalam
menghadapi tekanan eksternal yang membuat klien mengalami gangguan.
Lingkungan membuat klien menjadi individu yang tertutup dan tidak terbiasa untuk
menjalin hubungan sosial dengan orang lain sehingga klien mengalami kesulitan saat
berada di dalam lingkungan. Klien akan merasa tidak nyaman saat berada
dikeramaian karena ia tidak percaya diri dan rendah diri. Dengan terapi suportif
diharapkan klien akan mendapatkan kepercayaan diri dan dapat meningkatkan harga
dirinya saat berada dalam lingkungan sosial serta mencari jalan keluar mengenai
masalah yang dihadapi klien.
Tujuan psikoterapi suportif:
1. Menguatkan daya tahan mental yang dimiliki nya
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik
untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan
4. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pasien, untuk membantu melakukan
perubahan yang realistik sehingga berfungsi lebih baik

Penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa dalam model ini adalah faktor
biopsikososial dan respon maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah
seperti : sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami
banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percara diri, perasaan bersalah, ragu-
ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik
diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dsb. Semua hal
tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul
akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat
ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.

Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu


diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya,
kekuatan mana saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Tahapan dalam memberikan penanganan terapi suportif yaitu:
1. Ventilasi/ katarsis
Ventilasi merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif yang
membiarkan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk mengemukakan
apa yang ada di dalam hatinya, dan sebagai hasilnya klien merasa lebih lega
karena keluhan yang dirasakannya sudah berkurang. Sikap terapis saat
berhadapan dengan klien adalah menjadi pendengar yang baik, menunjukkan
adanya empati sehingga klien akan merasa tenang dan mempercayai terapis.
Topik pembincaraan yang dibahas yaitu permasalahan yang menjadi stres
utamanya.
2. Persuasi
Suatu bentuk psikoterapi suportif yang dilakukan dengan memberikan
penjelasan secara masuk akal tentang gejala penyakit yang timbul akibat dari
cara berpikir, perasaan dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya yang
diinterpretasikan secara negatif. Dalam memberikan terapi, terapis berusaha
untuk membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu yang ada pada
klien serta berusaha menyakinkan klien bahwa gejalanya akan hilang dan
membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dengan
tidak menyinggung perasaan klien.
3. Sugestif
Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menanamkan
kepercayaan pada pasien bahwa gejala dari gangguannya akan hilang, dengan
sikap terapis yang menyakinkan secara tegas bahwa gejala yang dialaminya
pasti akan hilang. Pada terapi ini, terapis menjelaskan kepada klien bahwa
gejala yang muncul merupakan hasil dari pemikiran yang salah terhadap diri
sendiri dan orang lain.
4. Reassurance
Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menyakinkan klien
bahwa klien memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi. Sikap terapis adalah dengan menyakinkan dengan menunjukkan
hasil-hasil yang pernah dicapai klien sebelum gangguan. Topik pembicaraan
adalah pengalaman klien yang berhasil secara nyata.
5. Bimbingan dan Penyuluhan
Suatu bentuk psikoterapi suportif dimana saat terapis menyampaikan
dan memberi nasihat atau masukan secara halus, lugas dan mudah dimengerti
oleh klien. Terapis mencoba memberikan pandangan tentang cara berfikir,
menentukan sikap, cara menjalin relasi dan cara komunikasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai