Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HIPERTIROID


DAN HIPOTIROID

DISUSUN OLEH :
IKA NERI ASTUTI (1702106)
M. ABU TAUHID (1702110)
NURJANNAH SETYANINGRUM (1702112)
PENGERTIAN

Hipotiroidisme adalah
Hipertiroidisme (hipersekresi penurunan sekresi hormon
hormon tiroid) adalah kelenjar tiroid sebagai akibat
peningkatan produksi dan kegagalan mekanisme
sekresi hormon tiroid oleh kompensasi kelenjar tiroid
kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh.
Etiologi

Hipertioroid hipotiroid

1. Adenoma hipofisis 1. Hipotiroid primer


2. Penyakit Graves 2. Hipotiroid sekunder
3. Tiroiditis 3. Hipotroid tersier
4. Terapi hipertiroid
5. Struma toksik multinodular
Tanda dan Gejala

Hipertiroid hipotiroid

1. Peningkatan heart rate 1. Berpikir dan bicara lambat


2. Mudah lelah 2. Penurunan heart rate
3. Kelemahan otot 3. Penurunan jumlah pernafasan
4. Nafsu makan meningkat 4. Kelemahan otot pernafasan
5. Berat badan turun 5. Pembengkakan dan edema kulit,
6. palpitasi terutama diabwah mata dan
7. Gemetaran dipergelangan kaki.
8. Kulit lembab 6. Intoleransi terhadap sushu dingin.
9. Keringat berlebihan 7. Kulit kering bersisik, rambut tipis
10.Takikardi 8. Penurunan laju metabolisme
11.Mata melotot 9. Perubahan fungsi reproduksi.
(eksoftalmus),kedipan mata
berkurang
Patofsiologi

Hipertiroid Hipotiroid
Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan Hipotiroidisme dapat terjadi secara primer atau sekunder.
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Penyebab primer meliputi defek kongenital, pengangkatan
Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan jaringan tiroid setelah terapi hipertiroidisme, tidak
produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak sempurnanya sintesis hormon akibat proses autoimun, dan
keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju pemberian antitiroid atau defisiensi iodin. Penyebab
metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan sekundernya adalah resistansi perifer terhadap hormon
kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan tiroid, infark hipofisis, dan gangguan hipotalamus.
berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Hipotiroidisme sementara dapat terjadi setelah penghentian
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada terapi T4 atau T3 jangka panjang. Hipotiroidisme biasanya
sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Hipotiroidisme biasanya
reseptor beta adrenergik sehingga denyut nadi lebih cepat, ditandai dengan laju metabolisme basal (BMR) yang rendah
peningkatan cardiak output serta respon adrenergik lainnya. dan penurunan metabolisme energy serta produksi panas.
Peningkatan hormon tiorid juga berpengaruh terhadap Pasien hipotiroidisme kronis dapat mengalami miksedemia,
sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam suatu perubahan komposisi dermis dan jaringan lain. Serabut
mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang ikat dipisahkan oleh peningkatan jumlah protein dan
belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi mukopolisakarida. Serabut ini mengikat air, menyebabkan
seksual. edema lunak tanpa tekanan, terutama di sekitar tangan,
mata, dan kaki.
Pemeriksaan Diagnostik

Hipertiroid Hipotiroid
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium
1. T3 dan T4 serum : meningkat, nilai normal (T3 : 1. T3 dan T4 serum : meningkat, nilai normal (T3 :
70-220 ug/dl , T4 : 4,5-11,5 ug/dl). 70-220 ug/dl , T4 : 4,5-11,5 ug/dl).
2. T3 dan T4 bebas serum : meningkat, nilai 2. T3 dan T4 bebas serum : meningkat, nilai
normal ( T4: 0,7-1,9 ug/dl , T3 : 230-619 ug/dl). normal ( T4: 0,7-1,9 ug/dl , T3 : 230-619 ug/dl).
3. TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH 3. Pemeriksaan TSH ( pada klien dengan
(tiroid releasing hormon) hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan
Penunjang lainnya TSH serum, sedangkan pada yang sekunder
4. CT Scan tiroid kadar TSH akan turun.
5. USG Penunjang lainnya
6. EKG 4. Radioaktive iodine uptake test : mengukur
afinitas dari kelenjar tiroid terhadap radioaktif
iodine
5. USG
Penatalaksanaan

Hipertiroid Hipotiroid
1. Obat – obatan antitiroid 1. Pemberian obat hipotiroid:
• Propylthiouracil (PTU) • Sodium levothroxine (synthroid), terapi
• Methimozole (Tapazole) pengganti T4
• Adrenargik bloker, seperti propanolol • Sodium liothyronine (cytomel), terapi
• Pada pasien graves yang pertama kali diberikan pengganti T3
OAT dosis tinggi PTU 300-400mg/hari atau 2. Support nutrisi, makanan yang banyak
Methimozole 40-45mg/hari. mengandung yodium seperti ikan laut, sayuran
2. Radio iod terapi hijau.
3. Bedah tiroid (tiroidektomi). 3. Operasi / pembedahan (tiroidektomi)
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi 4. Yodium radioaktif
kalori dan tinggi protein 300-400 kalori.
 
Komplikasi

Hipertiroid Hipotiroid

1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola 1. Koma miksedema


mata pasien menojol keluar. 2. Kretinisme
2. Penyakit jantung, terutama kardioditis 3. Goiter
dan gagal jantung. 4. Infertilitas
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada 5. Gagal jantung
periode akut pasien mengalami demam 6. Neurologis : depresi, demensia
tinggi, takikardi berat, derilium,
dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim.
PATHWAYS
HIPERTIROID
PATHWAYS
HIPOTIROID
Pengkajian keperawatan hipertiroid
1. Data biografi : nama, umur, alamat, status jenis kelamin, tgl MRS, diagnose medis, keluarga yang dapat
dihubungi, catatan kedatangan.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
 Keluhan utama : Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh gemetaran, badan terasa
lemas, mual, muntah, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.
 Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh gemetaran,
badan terasa lemas, mual, muntah, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.
 Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit bukan merupakan penyakit keturunan, dan bisa juga
ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasien
 Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya penyakit hipertiroid ini gejalanya timbul dalam waktu yang
lama dan belum di rasakan oleh pasien, dan merupakan penyakit yang sudah di sembuhkan dan
membutuhkan pengobatan yang kontinu
 Data Dasar :
1. Aktivitas istirahat: cepat lelah, gangguan koordinasi,insomnia
2. Sirkulasi : palpitasi, nyeri dada,takikardi
3. Integritas ego : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik (emosi labil)
4. Eliminasi : urine dalam jumalah yang banyak
5. Makan / minum : penurunan berat badan, nafsu makan meningkat, makan dalam porsi banyak atau sering.
6. sensori neural : hiperaktif, tremor halus pada tangan
7. Nyeri / kenyamanan : nyeri pada orbital
8. Respirasi : frekuensi pernafasan meningkat
9. Keamanan : tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebih
10. Seksualitas : amenorhea, penurunan libido.
Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan
1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (metabolisme basal meningkat )
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, status nutrisi adekuat dengan kriteria hasil :
1. Intake nutrisi baik
2. Intake makanan baik
3. Asupan cairan cukup energi meningkat
4. Berat badan normal
5. Hidrasi kuatPengelolaan nutrisi
Intervensi:
Pengelolaan Nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan untuk memenuhi nutrisi.
b. Identifikasi alergi makanan pada pasien.
c. Kaji makanan pilihan pasien.
d. Tentukan jumlah kalori dan tipe zat gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untukm pengaturan diet sesuai kebutuhan penyakit hipertiroid.
.
Pemantauan Nutrisi
a. Timbang berat badan pasien dan ukur IMT
b. Pantau kalori dan intake makanan
c. Pantau penurunan dan peningkatan berat badan
d. Pantau adanya mual dan muntah
e. Kaji pola makan
Manajemen Berat Badan
a. Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan serta peningkatan dan
penurunan BB
b. Dorong pasien untuk mengubah kebiasaan makan sesuai dengan status penyakit hipertiroid.
2. Kelelahan b.d fisiologis : status penyakit (hipertiroidisme)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan, tingkat kelelahan berkurang denga kriteria hasil:
1. Tidak terdapat kelelahan
2. Tidak terdapat kelemahan
3. Tidak terdapat kehilangan nafsu makan
4. Tidak terdapat penurunan mood
Intervensi :
Manajemen Energi
a. Kaji status fisiologis pasien yang mengakibatkan kelelahan dalam kontek usia dan perkembangan.
b. Tentukan persepsi pasien tentang penyebab kelelahan.
c. Pantau pasien untuk mengetahui kelebihan, kelelahan fisik, dan emosional.
d. Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardia, disritmia, dispnea dan jumlah respirasi).
e. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan makanan energi tinggi.
3. Penurunan curah jantung b.d Perubahan
kontraktilitas, perubahan frekuensi jantung,
perubahan perload.
b. Dorong peningkatan aktivitas secara bertahap pada
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
pompa jantung efektif dengan kriteria hasil: kondisi fisik stabil.
1.Tekanan darah sistoli dan diastolik dalam batas c. Evaluasi nyeri dada
normal.
d. Pantau EKG adanya perubahan ST
2. Denyut jantung apikal dan perifer dalam batas
e. Pantau tanda – tanda vital
normal.
f. Pantau status kardiovaskuler
3. Tidak terdapat disritmia.
g. Pantau adanya disritmia pada jantung termausk
4. Tidak terdapat dispnea saat istirahat.
gangguan dari kedua irama dan konduksi.
5. Tidak terdapat hepatomegali.
h. Catat tanda dan gejala dari penurunan curah
Intervensi : jantung.
Perawatan jantung i. Pantau status pernafasan yang merupakan tanda
dan gejala dari gagal jantung.
a. Pastikan tingkat aktivitas yang tidak memberatkan
curah jantung atau memenuhi kerja jantung.
4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit hipertiroid a. Tentukan harapan pasien akan citra tubuhnya
(eksoftalmus) sesuai dengan tahap perkembangannya.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
citra tubuh meningkat dengan kriteria hasil :
1. Gambar diri internal meningkat.
b. Gunakan panduan antisipatif untuk
2. Adanya kesesuaian antara realitas tubuh, tubuh mempersiapkan pasien dalam menerima
ideal, dan presentasi tubuh. perubahan citra tubuhnya.
3. Pasien dapat mendeskripsikan bagian tubuh c. Kaji adanya perasaan tidak suka pada beberapa
yang bermasalah. bagian tubuhnya yang dapat berakibat
terhambatnya hubungan sosial pada pasien
4. Pasien bersedia menunjukkan sikap menyentuh remaja.
bagian tubuh bermasalah.
d. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan
Intervensi : pada tubuhnya yang disebabkan oleh penyakit.
Peningkatan Citra Tubuh e. Bantun pasien untuk membahas stress yang
mempengaruhi citra tubuh.
Pengkajian keperawatan hipotiroid

1. Data biografi : nama, umur, alamat, status jenis kelamin, tgl MRS, diagnose medis, keluarga yang dapat
dihubungi, catatan kedatangan.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
 Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, adanya tumor, riwayat trauma
kepala.
 Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit bukan merupakan penyakit keturunan, dan bisa juga
ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasien
 Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya penyakit hipotiroid ini gejalanya timbul dalam waktu yang lama
dan belum di rasakan oleh pasien, dan merupakan penyakit yang sudah di sembuhkan dan membutuhkan
pengobatan yang kontinu
 Keluhan utama :
1. Kelelahan, paralisis
2. Peningkatan waktu tidur dan BB
3. Wajah bengkak
4. Tidak toleran terhadap cuaca dingin
5. Kulit kering bersisik dan rambut tipis
6. Denyut jantung lambat
7. Penurunan laju metabolisme
8. konstipasi
 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : penampilan umum, keadaan wajah, kesimetrisan wajah dan leher, perubahan warna kulit, bentuk
dada (adakah retraksi).
2. Palpasi : palpasi keadaan trakea, kelenjar tiroid adakah pembesaran
3. Auskultasi : bunyi jantung, paru-paru (adakah ronchi), bising usus
Diagnosan dan perencanaan
keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan
status pernafasan adekuat dengan kriteria hasil:
c. Pantau aliran oksigen secara periodik sesuai
1.Rata-rata pernafasan, kedalaman dan ritme dengan kebutuhan pasien.
pernafasan dalam batas normal.
d Pantau efektifitas terapi oksigen dengan
2.Auskultasi pernafasan dalam batas normal. memantau hasil gas darah arteri.
3.Jalan nafas paten e. Observasi adanya hipoventilasi.
4.Tidak terdapat retraksi dada. Monitor Pernafasan
5. Tidak menggubakan otot bantu pernafasan. a. Pantau rata-rata, ritme, kedalaman dan usaha
bernafas.
Intervensi :
b. Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan dan
Terapi Oksigen
penggunaan otot-otot tambahan.
a. Bersihkan mulut, hidung dan sekresi pada trakea.
c. Monitor pola nafas.
b. Jaga kepatenan jalan nafas.
d. Pantau tingkat saturasi.
2. Hipotermi b.d penurunan laju metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
termoregulasi adekuat dengan kriteria hasil:
1. Tidak menggigil
2. Tidak berkeringat
b. Pindahkan pasien jika berada pada lingkungan
3. Tidak terdapat penurunan suhu. dingin.
4. Suhu dalam batas normal. c. Gunakan penghangat tubuh.
5. Tidak terdapat perubahan warna kulit. d. Ganti pakaian pasien jika basah.
6. Tidak terdapat dehidrasi. e. Pantau adanya komplikas (acute respiratory
distress syndrome, penyakit ginjal akut, dan
Intervensi :
pneumonia).
Terapi Hipotermia
f. Kolaborasi pemberian obat-obatan.
a. Pantau temperatur suhu pasien.
g. Pantau adanya hipotermia ringan, sedang dan
berat.
h. Pantau suhu dan warna kulit.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d suplai darah ke jaringan menurun
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, perfusi jaringan perifer meningkat dengan kriteria hasil:
1. Capilary refil pada jari-jari tangan dan kaki dalam batas normal (<2 dtk)
2. Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam batas normal.
3. Nadi dalam batas normal
4. Tidak terjadi edema pada perifer.
Intervensi :
Circulation Care : Arterial Insufficiency
a. Melakukan penilaian komprehensif dari sirkulasi perifer.
b. Mengevaluasi edema perifer.
c. Mempertahankan hidrasi yang adekuat untuk menurunkan kekentalan darah.
d. Monitor status cairan, termasuk asupan dan keluaran.
e. Kolaborasi pemberian obat antiplatelet atau antikoagulan jika diperlukan.
Circulation Care : venous Insufficiency
a. Meninggikan daerah ekstremitas sebesar 20 derajat atau lebih diatas tingkat jantung, jika diperlukan.
4. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d suplai
darah ke jaringan otak menurun
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
perfusi jaringan cerebral meningkat dengan kriteria
hasil: b. Monitor status respirasi.
1. Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakraial c. Konsultasikan dengan dokter untuk
menentukan posisi kepala yang tepat (0,15
2. Tekanan darah dalam batas normal
atau 30 derajat) dan monitor respon pasien
3. Tidak ada sakit kepala terhadap posisi tersebut.
4. Tidak ada agitasi d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat-obatan neuroproktektor.
5. Tidak ada syincope
Oxygen Therapy
6. Tidak ada muntah
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
7. Tidak ada gangguan kognisi
b. Monitor aliran oksigen
Intervensi :
Vital Signs Monitoring
Cerebral Perfusion Promotion
a. Monitor tanda-tanda vital
a. Pantau tingkat kerusakan perfusi jaringan cerebral,
seperti status neurologi dan adanya penurunan
kesadaran.
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai