Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN MENYUSUN

PUZZLE
DI RUANG HAMKA
RS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU

DISUSUN OLEH :
NURJANNAH SETYANINGRUM
1702112

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk melengkapi
tugas pada program praktik DIII Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten.

Klaten, 12 februari 2019

Mahasiswa

(Nurjannah Setyaningrum)

Mengetahui,

Pembimbing klinik Pembimbing akademik

( ) ( Setianingsih, S.Kep.,Ns,MPH)
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

POKOK BAHASAN : Terapi Bermain pada Anak Di Rumah Sakit


SUB POKOK BAHASAN : Terapi Bermain “ Menyusun Puzzle”
PENSTALAKSANAAN

1. Tanggal : Sabtu, 16 Februari 2019


2. Waktu : 10.00 WIB
3. Tempat : Ruang Hamka RS PKU Muhammadiyah Delanggu

A. SASARAN
1. Anak usia 2-4 tahun
2. Anak yang dirawat di ruang Hamka
3. Tidak mempunyai keterbatasan ( fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghambat proses terapi bermain.
4. Anak dapat menyusun puzzle
5. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Terapi Bermain pada anak di ruang perawatan anak Hamka
RS PKU Muhammadiyah Delanggu selama 40 menit, diharapkan dapat
menurunkan kecemasan yang dirasakan anak selama dirawat di RS.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Terapi Bermain 1 kali diharapkan anak mampu:
a. Anak merasa senang dan tidak takut lagi dengan Dokter dan perawat.
b. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
c. Melatih ketrampilan anak.
d. Melatih konsentrasi anak.
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang
dirawat di ruang yang sama.

C. MATERI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE


1. Definisi
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil,2010) kata puzzle berasal
dari bahasa inggris yang berarti teka – teki atau bongkar pasang, media puzzle
merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Menyusun puzzle merupkan proses belajar anak yang dilakukan
melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Untuk merangsang kecerdasan
anak dan melatih kemampuan anak serta ketelitian anak.
2. Manfaat:
a. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
b. Membantu untuk mengurangi stress.
c. Memberi tempat distraksi dan relaksasi.
d. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan asing.
e. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan untuk mengekspresikan
perasaan.
f. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
g. Memberi cara mencapai tujuan – tujuan terapeutik.

3. Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
b. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap Bermain Sungguhan.
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap Melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
4. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan
a. Bayi (1 bulan)
1) Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm),
gantungkan benda yang terang dan menyolok.
2) Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
3) Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
4) Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.
b. Bayi (2-3 bulan)
1) Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok,
bawa bayi ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang
disekitar.
2) Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan
dalam pertemuan keluarga.
3) Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan
lembut, gosok dengan lotion/bedak.
4) Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
c. Bayi (4-6 bulan)
1) Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan
warna terang.
2) Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama,
remas kertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat
telinga.
3) Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
4) Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
d. Bayi (6-9 bulan)
1) Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”,
beri kertas untuk dirobek-robek.
2) Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan
bagian tubuh, beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan
beri perintah sederhana.
3) Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air
mengalir, berenang.
4) Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk
mengambilnya.
e. Bayi (9-12 bulan)
1) Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai
tempat, bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
2) Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan
suara binatang.
3) Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas
dan hangat.
4) Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a) Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b) Buku dengan gambar menarik.
c) Balon, cangkir dan sendok.
d) Boneka bayi.
e) Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
f)
f. Todler (2-3 tahun)
1) Mulai berjalan, memanjat, berlari.
2) Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
3) Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
4) Perhatiannya singkat.
5) Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
6) Karakteristik bermain “Paralel Play”
7) Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
8) Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
a) Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
b) Alat masak.
c) Malam, lilin.
d) Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang
dapat dipukul, krayon, kertas.
g. Pra Sekolah (4-5 tahun)
1) Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
2) Sangat energik dan imaginatif.
3) Mulai terbentuk perkembangan moral.
4) Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
5) Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
6) Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
1) Peralatan rumah tangga.
2) Sepeda roda tiga.
3) Papan tulis/kapur.
4) Lilin, boneka, kertas.
5) Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
h. Usia Sekolah (6-12 tahun)
1) Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.
2) Dapat belajar dengan aturan kelompok.
3) Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
4) Karakteristik “Cooperative Play”.
5) Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.
Mainan untuk anak usia sekolah:
a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis,
mencatat, sepeda.
b. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan,
kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.
c. Remaja ( 13-18 tahun)
i. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket,
bulutangkis.
ii. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan
radio.
iii. Membaca majalah, buku.

D. MEDIA
Puzzle (Bongkar Pasang)
E. SETTING TEMPAT

KETERANGAN :

Pasien anak Terapi Bermain

Meja

Mahasiswa
F. STRATEGI PELAKSANAAN

TERAPIS WAKTU SUBJEK TERAPI


Persiapan (pra interaksi ) 5 menit Ruangan, alat – alat
Persiapan pasien permainan, anak dan
a. Anak dan orang tua diberi tahu keluarga sudah siap.
tujuan bermain.
b. Melakukan kontrak waktu dan
tempat pelaksanaan.
c. Mengecek kesiapan dan kondisi
anak untuk bermain (anak tidak
mengantuk, anak tidak rewel,
kondisi anak memungkinkan
untuk diajak bermain, keadaan
umum anak membaik).
d. Bermain dapat dilakukan di
tempat tidur atau duduk
disesuaikan dengan kondisi
anak.
Persiapan peralatan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan seperti puzzle.
b. Mengecek kembali kelengkapan
yang akan digunakan.
Pembukaan (Orientasi ) 5 menit Anak dan keluarga
a. Mengucapkan salam menjawab salam, anak
b. Memperkenalkan diri saling berkenalan, anak
c. Memanggil anak dengan nama dan keluarga
panggilan yang dia senangi. memperhatikan terapis.
d. Menjelaskan tujuan dan langkah
– langkah pelaksanaan Terapi
Bermain menyusun puzzle pada
orang tua dan anak.
e. Memberikan kesempatan pada
anak dan orang tua untuk
bertanya kalau ada hal yang
belum jelas.
f. Menanyakan kesiapan anak
sebelum kegiatan dilakukan.
Kerja (menyusun puzzle) 25 menit Anak dan keluarga
memperhatikan penjelasan
terapis, anak melakukan
a. Memberi petunjuk pada anak kegiatan yang diberikan
tentang prosedur menyusun oleh terapis, anak dan
puzzle. keluarga memberikan
b. Memotivasi keterlibatan anak respon yang baik.
dan orang tua.
c. Mempersilakan anak untuk
memilih tempat duduk yang
disenangi.
d. Anak mulai menyusun puzzle
didampingi oleh orang tua anak.
e. Mengobservasi emosi dan
hubungan interpersonal anak.
f. Menanyakan perasaan anak
apakah sudah merasa bosan.
g. Memberi pujian ketika anak
berhasil menyusun puzzle
dengan benar.
h. Memberikan reward kepada para
pemenang.
Terminasi 5 menit Anak dan keluarga tampak
a. Menanyakan perasaan anak senang, menjawab salam.
setelah menyusun puzzle.
b. Menanyakan perasaan dan
pendapat orang tua tentang
bermain menyusun puzzle.
c. Berpamitan dengan anak dan
orang tua.
d. Membereskan peralatan.
e. Mengembalikan alat ke tempat
semula.
f. Mencuci tangan
g. Mencatat respon anak dan orang
tua.
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar.
c. Orang tua dan anak sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi yang baik.
2. Evaluasi Proses
a. Anak mampu mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Anak antusias dalam kegiatan menyusun puzzle

3. Kriteria Hasil
a. Anak tampak senang saat dilakukan terapi bermain.
b. Anak mampu mencocokkan puzzle dengan arahan terapis dan orang tua.
DAFTAR PUSTAKA

Erlita , dr. (2006). Pengaruh Permainan Terhadap Perkembangan Anak. EGC : Jakarta.

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC : Jakarta.

Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. EGC: Jakarta.

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.

Wardhani, H. Terapi Bermain : cooperative play dengan puzzle meningkatkan kemampuan


sosialisasi anak. 20112. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai