Anda di halaman 1dari 37

SATUAN AKTIVITAS BERMAIN

TERAPI BERMAIN DENGAN METODE KOLASE

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Praktik Klinik Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Dian Nur Wulanningrum, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun Oleh :

1. Bagas Pandhu (SN)


2. Baruna Eko Saputro (SN201099)
3. Dwi Imrohatin (SN20114)
4. Gilang Yuangga Mukti (SN)
5. Nindi saputri (SN201180)
6. Titin Purnamasari (SN201218)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PRODI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020

[Type here]
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan
emosinya.Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya  
kurang mendapat kesempatan bermain.
Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah
satu cara yang efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan dirawat di rumah
sakit merupakan suatu krisis pada kehidupan anak dan sering menyebabkan
stress yang terbesar, dengan bermain ketakutan dan kecemasan dapat
diminimalkan
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang dengan
sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi, dilaksanakan,
diobservasi dan dievaluasi dalam hubungannya dengan objek yang dituju. Dalam
kaitannya dengan terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi didefinisikan
sebagai permainan yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi
ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan
dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada
Kolase merupakan teknik yang kaya akan aktivitas menempel, merobek,
mengunting serta melipat yang memungkinkan untuk dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus terutama kelenturan dalam menggunakan jari-
jarinya. Kolase juga jika dilihat dari sisi dana cukup murah, karena bisa dengan
memanfatkan bahanbahan yang ada di lingkungan sekitar, misalnya kertas, daun,
biji-bijian, plastik botol-botol bekas dan sebagainya. Aktivitas ini diawali
dengan penjelasan dan pemberian contoh dari guru tentang cara atau tehnik
pembuatan kolase serta pemaparan mengenai objek atau karya seni apa yang
akan dibuat. Bantuan diberikan jika anak menemui kesulitan, tapi berikan
kesempatan pula bagi anak untuk menyelesaikan masalah yang ditemuinya.
Aktivitas kolase ini merupakan aktivitas yang menyenangkan yang akan
mengembangkan otot-otot kecil (motorik halus) dan dapat melenturkan tangan
khususnya jari-jemari anak. Setiap orang sejak bayi hingga dewasa
membutuhkan aktivitas yang menyenangkan. Bagi anak pra sekolah usia 4-6
tahun, bermain sama maknanya dengan belajar dan bekerja pada orang dewasa.
Melalui aktivitas yang menyenangkan anak memperoleh pengalaman yang
mengandung aspek perkembangan fisik/motorik, kognitif, sosial dan emosi.
Dari jurnal yang di dapatkan aktivitas kolase ini bertujuan untuk anak usia
dini yaitu 4-6 tahun.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang membuat kelompok ingin menerapkan
aktivitas kolase dalam terapi aktivitas kelompok.
C. Tujuan
1 Tujuan Umum
Menurut jurnal yang telah di dapatkan aktivitas kolase ini bertujuan
untuk melihat pengaruh aktivitas kolase terhadap keterampilan motorik halus
pada anak usia dini usia 4-6 tahun.
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus dan kreatifitas
dalam seni menempel (kolase).
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan
bisa merasa tenang.

2 Tujuan Khusus:
a) Anak mampu menyeimbangkan kemampuan berpikir dengan kemampuan
motorik halus dalam berkreasi melalui aktivitas menghias suatu gambar
b) Anak mampu beradaptasi lebih efektif terhadap stres atau cemas
c) Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang
d) Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang tepat
e) Mengatasi konflik yang dialami anak
f) Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di
lingkungan asing
g) Penurunan tingkat kecemasan anak

D. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan adalah anak mampu meningkatkan tumbuh kembang pada
aspek sensorik motorik, intelektual, sosial,kreativitas dan kesadaran diri
khususnya mampu mengurangi stress pada anak dan menjadi lebih dekat dengan
perawat serta keluarga dan teman teman lainnya.
BAB II
TARGET DAN LUARAN KEGIATAN
A. Target
1. Kriteria Inklusi
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria :
a. Anak usia usia pre sekolah (4-6 tahun)
b. Tidak ada gangguan pada fungsi motorik ektremitas atas yang
mengganggu pergerakan
c. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
d. Keadaan umum : cukup baik, kooperatif, dan tidak berpenyakit menular
e. Menyetujui/bersedia
Proses seleksi  Peserta terdiri dari:
a. Merekrut anak yang berusia pra sekolah
b. Identifikasi anak yang termasuk kriteria anggota bermain
c. Membuat kontrak dengan anak dan orang tua yang menyetujui untuk
bermain
1) Mendahului dengan ajakan bermain
2) Setelah anak menyetujui bermain, baru kita laksanakan terapi
bermain di ruang yang telah ditentukan
Target : 2 - 4 orang
2. Kriteria eksklusi:
a. Anak masih lemah
b. Anak tidak mau diajak bermain

B. Luaran Kegiatan
BAB III
METEDEOLOGI PELAKSANAAN
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
1 Hari/ tanggal : Kamis, 17 Desember 2020
2 Waktu : 11.30 – selesai/ ± 30 menit
3 Tempat : Ruang Anak

B. Metode, Alat, dan Bahan


1. Ceramah
2. Demonstrasi
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase
membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan
peningkatan dari latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
a. Merencanakan gambar / membuat pola
b. Menyediakan alat-alat dan bahan
c. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk
keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
d. Membimbing anak untuk menempelkan biji-bijian pada gambar dengan cara
menjimpit biji-bijian, memberikan perekat dengan lem lalu menempelkannya
dengan lem.
e. Menjelaskan posisi untuk menempelkan biji-bijian yang benar sesuai dengan
bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil tempelannya tidak
keluar garis.
f. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk dijadikan
rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Kolase yang belum dirangkai, yang terdiri dari alat dan bahan :
a. Buku bergambar
b. Kertas warna warni
c. Potongan kain flanel
d. Gunting
e. Lem kertas
f. Gambar yang di gunakan : sesui tema yang di angkat, misalkan hewan : seperti
kucing,ayam,bebek dan lain sebagainya

C. Tahap Kegiatan
No Waktu Terapy Subjek Ket
1 5 menit Persiapan
 Menyiapkan ruangan Ruang Anak siap
 Menyiapkan alat-alat. Alat dan bahan tersedia

 Menyiapkan anak dan keluarga Klien dan Keluarga siap

1 5 menit Pembukaan :
 Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri terap Mendengarkan
 Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan

 Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling


persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
 Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
Mendengarkan
 Mempersilahkan Penyaji
2 10 menit Kegiatan bermain :
 Penyaji menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
 Menanyakan pada anak, anak Menjawabpertanyaan
mau bermain atau tidak
 Menbagikan permainan Menerima permainan

 Leader, Observer dan Fasilitator Bermain


memotivasi anak
 Fasilitator mengobservasi anak Bermain
Mengungkapkan perasaan
 Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup :
Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan

Memberikan hadiah pada anak yang Senang


cepat menyelesaikan gambarnya
dan bagus
Membagikan souvenir/kenang- Senang
kenangan pada semua anak yang
bermain
Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
Mendengarkan
Leader menutup acara
Menjawab salam
Mengucapkan salam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh dari terapi bermain anak adalah anak mampu
menyeimbangkan kemampuan berpikir dengan kemampuan motorik halus dalam
berkreasi melalui aktivitas menghias suatu gambar, anak mampu beradaptasi
lebih efektif terhadap stres atau cemas, dapat melanjutkan proses tumbuh
kembang, dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang
tepat, mengatasi konflik yang dialami anak, membantu mengekspresikan
kemampuan anak agar merasa nyaman di lingkungan asing, penurunan tingkat
kecemasan anak.

B. Pembahasan

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan


merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain
merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu cara yang
efektif untuk mengurangi stress. Terapi bermain adalah bentuk-bentuk
pengalaman bermain yang dengan sengaja direncanakan dengan pertimbangan-
pertimbangan terapi, dilaksanakan, diobservasi dan dievaluasi dalam
hubungannya dengan objek yang dituju. Kolase merupakan teknik yang kaya
akan aktivitas menempel, merobek, mengunting serta melipat yang
memungkinkan untuk dapat mengembangkan keterampilan motorik halus
terutama kelenturan dalam menggunakan jari-jarinya. Aktivitas kolase ini
merupakan aktivitas yang menyenangkan yang akan mengembangkan otot-otot
kecil (motorik halus) dan dapat melenturkan tangan khususnya jari-jemari anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan


merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain
merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan salah satu cara yang
efektif untuk mengurangi stress. Terapi bermain adalah bentuk-bentuk
pengalaman bermain yang dengan sengaja direncanakan dengan pertimbangan-
pertimbangan terapi, dilaksanakan, diobservasi dan dievaluasi dalam
hubungannya dengan objek yang dituju. Kolase merupakan teknik yang kaya
akan aktivitas menempel, merobek, mengunting serta melipat yang
memungkinkan untuk dapat mengembangkan keterampilan motorik halus
terutama kelenturan dalam menggunakan jari-jarinya. Aktivitas kolase ini
merupakan aktivitas yang menyenangkan yang akan mengembangkan otot-otot
kecil (motorik halus) dan dapat melenturkan tangan khususnya jari-jemari anak.

Hasil yang diperoleh dari terapi bermain anak adalah anak mampu
menyeimbangkan kemampuan berpikir dengan kemampuan motorik halus dalam
berkreasi melalui aktivitas menghias suatu gambar, anak mampu beradaptasi
lebih efektif terhadap stres atau cemas, dapat melanjutkan proses tumbuh
kembang, dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang
tepat, mengatasi konflik yang dialami anak, membantu mengekspresikan
kemampuan anak agar merasa nyaman di lingkungan asing, penurunan tingkat
kecemasan anak.

B. Saran
Harus lebih sering dilakukan agar anak dapat menghindari stres mapun
kecemasan dan agar tidak ragu dalam melakukan hubungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Sri, Sumarno,& Suharno. (2018). pengaruh aktivitas kolase terhadap
keterampilan motorik halus anak kelas A TK Pembina. Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah,
Sosial, Budaya dan Kependidikan, 5(1), 2018: 38-53

Priyanto. 2010. Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Erlangga.


Soemiarti patmonodewo. 2015. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka cipta .

Whaley and wong . 2014.Buku Ajar keperawatan Pediatrik,Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wong,et al. 2010. Wong buku ajar keperawatan pediatrik.(ahli bahasa:andry


hartono,dkk). Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

SATUAN AKTIVITAS BERMAIN

Topik : Terapi Aktivitas Bermain Metode Kolase


Sub Topik : Pentingnya dan manfaat bermain kolase
Pelaksana : Mahasiswa Universitas Kusuma Husada Surakarta
Hari, tanggal : Kamis, 17 Desember 2020
Waktu : ± 30 menit
Tempat : Ruang Anak
Sasaran : Anak usia pre sekolah (4-6 tahun)

B. LATAR BELAKANG
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang dengan sengaja
direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi, dilaksanakan, diobservasi
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan objek yang dituju. Kolase merupakan
salah satu teknik yang kaya akan aktivitas menempel, merobek, mengunting serta
melipat yang memungkinkan untuk dapat mengembangkan keterampilan motorik
halus, aktivitas ini diawali dengan penjelasan dan pemberian contoh dari guru
tentang cara atau tehnik pembuatan kolase serta pemaparan mengenai objek atau
karya seni apa yang akan dibuat. Bantuan diberikan jika anak menemui kesulitan,
tapi berikan kesempatan pula bagi anak untuk menyelesaikan masalah yang
ditemuinya.
Aktivitas kolase terhadap keterampilan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun
melalui metode bermain terbukti dapat meningkatkan keterampilan motorik halus.
melalui pengolahan data jurnal yang di dapatan menerangkan bahwa dari
penelitiannya terlihat adanya perbedaan rata-rata antara antara keterampilan
motorik anak sebelum dan sesudah diberi perlakuan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang sugnifikan melalui pemberian aktivitas kolase
terhadap keterampilan motorik halus pada anak taman kanak-kanak usia 4-6 tahun.
C. TUJUAN
1 Tujuan Umum
Menurut jurnal yang telah di dapatkan aktivitas kolase ini bertujuan
untuk melihat pengaruh aktivitas kolase terhadap keterampilan motorik halus
pada anak usia dini usia 4-6 tahun.
2 Tujuan Khusus:
a) Anak mampu menyeimbangkan kemampuan berpikir dengan kemampuan
motorik halus dalam berkreasi melalui aktivitas menghias suatu gambar
b) Anak mampu beradaptasi lebih efektif terhadap stres atau cemas
c) Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang
d) Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang tepat
e) Mengatasi konflik yang dialami anak
f) Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di
lingkungan asing
g) Penurunan tingkat kecemasan anak

D. JENIS PRMAINAN
Terapi Bermain Metode Kolase
kata kolase yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “collage” yang berarti
merekat. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai
macam materi selain cat seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur, biji dan lain
sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik
lainnya.

E. MEDIA
1. Sarana:
a. Ruangan tempat bermain
b. Tikar untuk duduk
2. Media : Kolase yang belum dirangkai, yang terdiri dari alat dan bahan :
a. Buku bergambar
b. Kertas warna warni
c. Potongan kain flanel
d. Gunting
e. Lem kertas
f. Gambar yang di gunakan : sesui tema yang di angkat, misalkan hewan :
seperti kucing,ayam,bebek dan lain sebagainya

F. METODE
3. Ceramah
4. Demonstrasi
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase
membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan
peningkatan dari latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
g. Merencanakan gambar / membuat pola :
h. Menyediakan alat-alat dan bahan
i. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk
keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
j. Membimbing anak untuk menempelkan biji-bijian pada gambar dengan cara
menjimpit biji-bijian, memberikan perekat dengan lem lalu menempelkannya
dengan lem.
k. Menjelaskan posisi untuk menempelkan biji-bijian yang benar sesuai dengan
bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil tempelannya tidak
keluar garis.
l. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk dijadikan
rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

G. PESERTA
1. Kriteria Inklusi
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria :
f. Anak usia usia pre sekolah (4-6 tahun)
g. Tidak ada gangguan pada fungsi motorik ektremitas atas yang
mengganggu pergerakan
h. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
i. Keadaan umum : cukup baik, kooperatif, dan tidak berpenyakit menular
j. Menyetujui/bersedia
Proses seleksi  Peserta terdiri dari:
d. Merekrut anak yang berusia dini 4-6 tahun pra sekolah
e. Identifikasi anak yang termasuk kriteria anggota bermain
f. Membuat kontrak dengan anak dan orang tua yang menyetujui untuk
bermain
1) Mendahului dengan ajakan bermain
2) Setelah anak menyetujui bermain, baru kita laksanakan terapi
bermain di ruang yang telah ditentukan
Target : 2 - 4 orang
2. Kriteria eksklusi:
c. Anak masih lemah
d. Anak tidak mau diajak bermain

H. SETTING TEMPAT

Keterangan:
: Penyaji
: Audience
: Fasilitator
: Observer
: Orangtua Anak

I. WAKTU PELAKSANAAN
1. Hari/ tanggal : Kamis, 17 Desember 2020
2. Waktu : 11.30 – selesai/ ± 30 menit
3. Tempat : Ruang Anak

J. PENGORGANISASIAN
1. Struktur Organisasi
a. Leader : Gilang
b. Obserfator : Titin
c. Fasilitator : dwi imrohatin, nindi saputri, baruna dan bagas
2. Uraian Tugas
a. Peran Leader
1) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
2) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
3) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
b. Peran Fasilitator
1) Mempertahankan kehadiran peserta
2) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
c. Peran Observer
1) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
2) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
3) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
4) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
K. RENCANA PELKSANAAN
Susunan Acara
No Waktu Terapy Subjek Ket
1 5 menit Persiapan
 Menyiapkan ruangan Ruang Anak siap
 Menyiapkan alat-alat. Alat dan bahan tersedia

 Menyiapkan anak dan keluarga Klien dan Keluarga siap

1 5 menit Pembukaan :
 Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri terap Mendengarkan
 Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan

 Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling


persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
 Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
Mendengarkan
 Mempersilahkan Penyaji
2 10 menit Kegiatan bermain :
 Penyaji menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
 Menanyakan pada anak, anak Menjawabpertanyaan
mau bermain atau tidak
 Menbagikan permainan Menerima permainan

 Leader, Observer dan Fasilitator Bermain


memotivasi anak
 Fasilitator mengobservasi anak Bermain
Mengungkapkan perasaan
 Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup :
Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan

Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan

Memberikan hadiah pada anak yang Senang


cepat menyelesaikan gambarnya
dan bagus
Membagikan souvenir/kenang- Senang
kenangan pada semua anak yang
bermain
Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
Leader menutup acara Mendengarkan

Mengucapkan salam Menjawab salam

L. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Persiapan pasien
1) Keluarga bersedia mengikutsertakan anak dalam kelompok bermain
2) Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
3) Anak siap untuk melakukan permainan seni kolase
b. Lingkungan
1) Lingkungan bermain menunjang
2) Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa
ada gangguan
c. Media
Anak dapat menyobek kertas dengan ukuran secukupnya dan menghias
gambar sesuai kreatifitas dan imajinasinya
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain
b) Fasilitator memperagakan bagaimana cara menyobek kertas ke dalam ukuran
kecil-kecil
c) Anak mampu menyobek kertas berwarna sesuai yang
diperagakan/diinstruksikan
d) Anak dapat aktif menempel kertas sesuai kreatifitas dan imajinasinya sesuai
yang diinstruksikan oleh petugas
e) Anak mampu bertahan dalam permainan sampai permainan selesai
f) Terapi dapat berjalan dengan lancar
g) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
h) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
i) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
g) Anak mampu menempel kertas berwarna sesuai kreatifitas dan imajinasinya
yang difasilitasi oleh leader untuk menghias suatu gambar yang ada di
hadapannya

M. Daftar Peserta Penyuluhan


No Nama TTD
1
2
3
4
5
6
7

N. DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Sri, Sumarno,& Suharno. (2018). pengaruh aktivitas kolase terhadap
keterampilan motorik halus anak kelas A TK Pembina. Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah,
Sosial, Budaya dan Kependidikan, 5(1), 2018: 38-53

Priyanto. 2010. Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Erlangga.


Soemiarti patmonodewo. 2015. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka cipta .

Whaley and wong . 2014.Buku Ajar keperawatan Pediatrik,Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wong,et al. 2010. Wong buku ajar keperawatan pediatrik.(ahli bahasa:andry


hartono,dkk). Jakarta: EGC.

O. MATERI

TERAPI BERMAIN DENGAN METODE KOLASE

I. PENGERTIAN
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.Dalam usia ini
anak umumnya mengikuti program anak (3Tahun-5tahun) dan kelompok
bermain (Usia 3 Tahun), sedangkan padausia 4-6tahun biasanya mereka
mengikuti program Taman Kanak-Kanak, Patmonedowo (2015).
Menurut Noorlaila (2016), dalam perkembangan adabeberapa tahapan
yaitu:
a. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensories dan daya
pikir yang sudah mulaidapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui
sensorinya,usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai
memilikikepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan
bahasanya.
b. Masa usia 2-4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat di koordinasikan
dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin
dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari
adanya urutan waktu(pagi, siang, sore, malam). Rentang usia tiga sampai
enam tahun, terjadi kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki
kepekaan indrawi, khususnya pada usia 4 tahun memiliki kepekaan
menulis,dan
c. Padausia 4-6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.Anak
prasekolah adalah anak yang masih dalam usia 3-6tahun, mereka biasanya
sudah mampu mengikuti program prasekolah atau Taman Kanak–kanak.
Dalam perkembangan anak prasekolah sudah ada tahapan-tahapanya, anak
sudah siap belajar kususnya pada usia sekitar 4-6 tahun memiliki kepekaan
menulisdan memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.Perkembangan
kognitif anak masa prasekolah berbeda pada tahap praoperasional.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling efektif untuk mengatasi stres anak.Karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan sering disertai stres berlebihan,
maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang
mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres (Wong, et al, 2010).
Keterampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam
menempelkan benda yang berupa pecahan kulit telur potongan kertas, atau biji-
bijian pada bidang gambar yang menghasilkan sebuah karya seni yang menarik,
membuat kolase dibutuhkan koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi
sehingga kolase cocok untuk melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus.
Menurut M.Saleh Kasim (2009) kolase adalah menggambar dengan
teknik tempelan. Muharam E (2009) menyatakan bahwa kolase adalah teknik
melukis dan mempergunakan warna kepingan benda lain yang ditempelkan.
Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan
warna yang dioles lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar.
Budiono (2009) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat
dari bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2009)
menyatakan bahwa keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan
kompleks. Berbagai unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam
suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau makna tertentu.
Susanto M (2009) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari
bahasa Inggris yaitu “collage” yang berarti merekat. Selanjutnya kolase
dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat
seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur, biji dan lain sebagainya kemudian
dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.

II. Fungsi terapi bermain


Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stres, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu anak memerlukan media
yangdapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan
petugas kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah
melalui kegiatan permainan.Wong, et al (2010) menyebutkan, bermain sangat
penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak.Seperti kebutuhan
perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak
sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit  memberikan
manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak.
Beberapa manfaat bermain di rumah sakit adalah memberikan pengalihan
dan menyebabkan relaksasi. Hampir semua bentuk bermain dapat digunakan
untuk pengalihan dan relaksasi, tetapi aktivitas tersebut harus
dipilih berdasarkan usia, minat, dan keterbatasan anak. Anak-anak tidak
memerlukan petunjuk khusus, tetapi bahan mentah untuk digunakan, dan
persetujuan serta pengawasan.
Anak kecil menyukai berbagai mainan yang kecil dan berwarna-warni
yang dapat mereka mainkan di tempat tidur dan menjadi bagian dari ruang
bermain di rumah sakit (Wong, et al, 2010). Meskipun semua anak memperoleh
manfaat fisik, sosial, emosional dan kognitif dari aktivitas seni, kebutuhan
tersebut akan semakin kuat pada saat mereka di hospitalisasi (Rollins, 1995
dalam Wong, et al, 2010). Anak akan lebihmudah mengungkapkan pikiran dan
perasaan mereka melalui seni, karena manusia pertama kali berpikir memakai
imajinasi kemudian diterjemahkan dalam kata-kata. Misalnya, gambar anak-
anak sebelum pembedahan sering bermakna kekhawatiran yang tidak
terungkapkan (Clatworthy, 1999 dalam Wong, et al, 2010).
Hospitalisasi dapat memberikan kesempatan khusus pada anak untuk
penerimaan sosial.Terkadang anak yang kesepian, asosial, dan jahat menemukan
lingkungan yang simpatik di rumah sakit.Anak-anak yang mengalami deformitas
fisik atau “berbeda” dari teman seusianya dapat menemukan kelompok sebaya
yang bisa menerimanya (Wong, et al, 2010). Penyakit dan hospitalisasi
merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anak dan anggota keluarga
lainnya untuk lebih mempelajari tubuh mereka, satu sama lain, dan profesi
kesehatan. Sebagai contoh, selama masuk rumah sakit, karena krisis diabetes,
seorang anak dapat mempelajari penyakit tersebut, dan orang tua akan
mempelajari kebutuhan akan kemandirian anak (Wong, et al. 2010).

Pengalaman menghadapi krisis seperti sakit atau hospitalisasi memberi


kesempatan anak memperoleh penguasaan diri.Anak yang lebih muda memiliki
kesempatan untuk menguji fantasi versus ketakutan yang nyata.Mereka
menyadari bahwa mereka tidak diabaikan, dimutilasi, atau dihukum.Pada
kenyataanya mereka dicintai, dirawat, dan diperlakukan dengan hormat sesuai
masalah mereka masing-masing (Wong, et al, 2010).

Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) bermain secara umum berfungsi


untuk menstimulus perkembangan pada diri anak, diantaranya adalah
perkembangan sensori dan motoric, intelektual, meningkatkan kemampuan
sosialisasi, meningkatkan kreatifitas, membentuk kesadaran diri, sebagai terapi
dan untuk perkembangan moral (Hockenberry dan Wilson, 2009).
Kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit bukan alasan bahwa anak harus
dipisahkan dan aktivitas bermainnya. Aktivitas bermain merupakan bagian yang
terintegrasi dalam kehidupan anak dan tidak dapat dipisahkan. Menurut
Hockenberry dan Wilson (2009) aktivitas bermain di rumah sakit sangat penting
bagi anak karena bermain mempunyai peranan yang sangat penting yaitu
sebagai upaya untuk:
a. Memfasilitasi penyesuain diri terhadap situasi yang tidak dikenal.
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol diri.
c. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh,
fungsinya dan penyakit atau kecacatan tubuhnya.
d. Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan
dan prosedur medis.
e. Membantu mengurangi stress akibat perpisahan.
f. Memberi hiburan dan relaksasi.
g. Membantu anak merasa lebih nyaman di lingkungan yang aman.
h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
i. Untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif terhadap orang
lain.
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat serta
memberi cara untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik.
(Hockenberry dan Wilson, 2009).

Menurut Suherman (2009), fungsi bermain diantaranya yaitu:


a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai warna, bentuk,
ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan
melatih diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah dari
hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok
yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.

III. Prinsip terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi


Menurut Supartini (2014), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah
sakit tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip
permainan pada anak di rumah sakit.Permainan tidak boleh bertentangan dengan
pengobatan yang sedang dijalankan anak.Apabila anak harus tirah baring, harus
dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh
diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di
ruang rawat.
Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana.Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat
permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini,
2014).Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan.Anak kecil
perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti
boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat
tidur di malam hari (Wong, et al, 2010).
Tujuan utama terapi bermain adalah untuk memfasilitasi emosional dan
fisik anak saat di rumah sakit. Beberapa penelitian membuktikan kefektifan
terapi bermain dalam mengurangi stress fisiologis dan stress psikologis anak-
anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit. Menurut Hockenberry dan
Wilson (2009) dalam memberikan aktivitas bermain di rumah sakit ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat anak diantaranya adalah upayakan
aktivitas bermain yang diberikan tidak membutuhkan banyak energy, singkat,
dan sederhana. Hal yang paling penting dipertimbangkan perawat adalah
keamanan dan infeksi silang. Jika aktivitas bermain diselenggarakan dalam
bentuk kelompok, maka upayakan kelompok umur yang sama serta libatkan
keluarga dan orang tua untuk pendampingan anak selama proses bermain
(Hockenberry dan Wilson, 2009).
Dalam pelaksanaan terapi bermain perlu diperhatikan beberapa prinsip
mendasar yaitu:
a. Bermain dalam kelompok umur yang sama
Permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat
perkembangan anak.
b. Memperhatikan pertimbangan keamanan dan infeksi silang
Alat bermain yang digunakan merupakan alat bermain yang mudah dicuci
dan aman bagi anak sehingga infeksi silang dapat dihindari.
c. Tidak banyak mengeluarkan energi serta bermain dalam waktu yang singkat.
Sakit menyebabkan anak kehilangan sebagian dari energi tubuhnya sehingga
permainan yang diberikan sebaaiknya merupakan permainan yang tidak
banyak menghabiskan energi anak.
d. Permainan sederhana, tidak kompleks dan tidak bertentangan dengan
pengobatan dan perawatan
e. Saat melakukan terapi bermain, orangtua dilibatkan.
Hubungan antara orangtua dan anak akan lebih akrab dan terjalin
kepercayaan antara keduanya.

Menurut Whaley & Wong (2014), tehnik bermain untuk anak yang
dirawat di rumah sakit adalah menyediakan alat mainan yang merangsang
anak bermain dan memberikan waktu yang cukup pada anak untuk bermain
dan menghindariinterupsi dengan apa yang dilakukan anak.
Peningkatan pengendalian anak yang meliputi
mempertahankan kemandirian, dan konsep perawatan diri dapat menjadi
salah satu hal yang menguntungkan. Meskipun perawatan diri terbatas pada
usia dan kondisi fisik anak, kebanyakan anak di atas usia bayi dapat
melakukan aktivitas dengan sedikit atau tanpa bantuan. Pendekatan lain
mencakup memilih pakaian dan makanan bersama-sama, menyusun waktu
dan melanjutkan aktivitas sekolah (Wong, et al, 2010).
Meningkatkan kebebasan bergerak juga diperlukan, karena anak-anak
yang lebih muda bereaksi paling kuat terhadap segala bentuk restriksi fisik
atau imobilisasi. Meskipun imobilisasi medis diperlukan untuk beberapa
intervensi seperti mempertahankan jalur iv, tetapi sebagian besar retriksi
fisik dapat dicegah jika perawat mendapatkan kerja sama dari anak
(Wong, et al, 2010).Pemberitahuan kepada anak hak-haknya pada saat di
hospitalisasi meningkatkan pemahaman yang lebih banyak dan dapat
mengurangi perasaan tidak berdaya yang biasanya mereka rasakan
(Wong, et al, 2010).

IV. Bermain dalam Prosedur


Menurut Wong, et al (2010), bermain pada anak yang bisa diterapkan
pada prosedur atau yang melibatkan kegiatan rutin rumah sakit dan
lingkungan adalah dengan menggunakan permainan bahasa, misalnya
dengan mengenalkan gambar dan kata-kata yang berhubungan dengan
rumah sakit, serta orang-orang dan tempat sekitar. Kemudian memberikan
kesempatan pada anak untu menulis, menggambar dan mengilustrasikan
cerita.Caltworthy (1999 dalam Wong, et al 2010), mengatakan meskipun
interpretasi gambar anak membutuhkan pelatihan khusus, dengan
mengobservasi berbagai perubahan dalam serangkaian gambar anak dari
waktu ke waktu dapat membantu dalam mengkaji penyesuaian psikososial
dan koping.
Bermain dalam prosedur rumah sakit juga dapat dilakukan dengan cara
penerapan pemahaman anak dengan memberikan ilmu pengetahuan. Tutorial
khusus yang diterima anak dapat membantu mereka meningkatkan
pelajarannya dan berkonsentrasi pada objek-objek yang sulit, misalnya
dengan mengajarkan anak sistem tubuh, lalu buatkan gambarnya, dan
anjurkan anak mengidentifikasi sistem tubuh yang melibatkan masalah
kedokteran. Contoh lain dengan menjelaskan nutrisi secara umum dan alasan
menggunakan diet, serta mendiskusikan tentang pengobatan anak (Wong, et
al, 2010).
Sedangkan aktivitas bermain pada anak yang bisa diterapkan pada
prosedur khusus adalah dengan menggunakan cangkir obat yang kecil dan
didekorasi, memberikan minuman yang dicampur perwarna minuman
dengan menggunakan sedotan yang menarik.Hal ini memberikan arti
pentingnya intake cairan bagi anak.Untuk melatih pernafasan anak, perawat
dapat memberikan balon untuk ditiup atau mengajarkan anak membuat
gelembung dengan air (Wong, et al, 2010).
Sedangkan untuk melatih pergerakan ekstremitas anak, perawat dapat
mengajarkan ROM dengan cara menggantung bola di atas tempat tidur anak
dan suruh untuk menendang atau mengajarkan anak untuk mengulangi
gerakan kupu-kupu dan burung (Wong, et al, 2010).
Memberikan injeksi merupakan hal yang paling menakutkan bagi
anak.Untuk mengurangi stres anak terhadap hal tersebut, perawat dapat
melatih anak dengan membiarkan memegang syringe yang bersih tanpa
jarum dan mengajarkan anak menggambar seorang anak telah diberikan
suntikan (Wong, et al, 2010).
V. Alat Mainan yang Sesuai dengan Usia dan Kondisi Anak
Alat mainan dapat diberikan pada anak dalam keadaan kondisi
sakit ringan, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan
pengobatan yang minimal.Pengamatan dekat dan tanda vital serta status
dalam keadaan normal dan kondisi sakit sedang, dimana anak dalam keadaan
yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang sedang, pengamatan
dekat dan status psikologis dalam keadaan normal.Sedangkan anak dalam
keadaan sakit berat tidak diberikan aktivitas bermain karena anak berada
dalam status psikologis dan tanda vital yang belum normal, anak gelisah,
mengamuk serta membutuhkan perawatan yang ketat (Whaley & Wong,
2014).
Pada usia bayi, saat anak mengalami sakit ringan, alat mainan yang
sesuai seperti balok dengan warna yang bervariasi, buku bergambar, cangkir
atau sendok, kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang
berbunyi. Sedangkan saat anak sakit sedang, mainan yang dapat diberikan
berupa kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi
(Wong, et al, 2010).
Alat mainan yang dapat didorong dan ditarik, balok-balok, mainan
bermusik, alat rumah tangga, telephone  mainan, buku gambar,
kertas, crayon, dan manik-manik besar dapat diberikan pada anak
usia toodler saat mengalami sakit yang ringan. Sedangkan pada saat anak
sakit dalam tingkat yang sedang, mainan yang diberikan dapat berupa
mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku bergambar,
dan manik-manik besar (Wong, et al, 2010).Pada usia pra sekolah, saat
mereka mengalami sakit ringan, alat mainan yang dapat diberikan berupa
boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-teki, menyusun
potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan bermusik
dan majalah anak-anak. Dan saat anak pra sekolah mengalami sakit sedang,
mainan yang diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku
bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2010).
VI. Memilih Alat Mainan
Orang tua dari anak-anak yang dihospitalisasi sering menanyakan pada
perawat tentang jenis-jenis mainan yang boleh dibawa untuk anak mereka.
Meyakinkan orang tua bahwa ingin memberikan mainan yang baru untuk
anak mereka merupakan sifat alami adalah tindakan yang bijaksana, tetapi
akan lebih baik bila menunggu sementara untuk membawakan mainan
tersebut, terutama jika anak tersebut masih kecil. Anak-anak kecil perlu rasa
nyaman dan keyakinan terhadap benda-benda yang dikenalnya (Wong, et al,
2010).
Whaley & Wong (2014) menyebutkan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih mainan bagi anak yang dirawat di rumah sakit
adalah, pilihlah alat mainan yang aman (alat mainan ini aman untuk anak
yang satu belum tentu untuk anak yang lain). Hindari alat mainan yang
tajam, mengeluarkan suara keras dan yang terlalu kecil, terutama anak umur
di bawah 3 tahun. Ajarkan anak cara menggunakan alat yang bisa
membuat injury seperti gunting, pisau dan jarum. Sediakan tempat untuk
menyimpan alat mainan anak-anak dan pilihlah alat mainan yang membuat
anak tidak jatuh.
1. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

VII. Katagori Bermain


Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
c) Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
d) Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi, Dll
Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

VIII. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

IX. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
b) Melatih kerjasama mata dan tangan.
c) Melatih kerjasama mata dan telinga.
d) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e) Melatih mengenal sumber asal suara.
f) Melatih kepekaan perabaan.
g) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e) Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b) Memperkenalkan sumber suara.
c) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d) Melatih imajinasinya.
e) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-
balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pensil berwarna.

3. Usia 25 – 36  bulan


Tujuannya adalah :
a) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c) Melatih motorik halus dan kasar.
d) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
e) Melatih kerjasama mata dan tangan.
f) Melatih daya imajinansi.
g) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Alat-alat untuk menggambar.
b) Lilin yang dapat dibentuk
c) Pasel (puzzel) sederhana.
d) Manik-manik ukuran besar.
e) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f) Bola.

4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e) Membedakan benda dengan permukaan.
f) Menumbuhkan sportivitas.
g) Mengembangkan kepercayaan diri.
h) Mengembangkan kreativitas.
i) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

X. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan à senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

XI. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
XII. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

XIII. Antisipasi hambatan


1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya

XIV. Bahan yang digunakan


Bahan yang akan digunakan dalam latihan keterampilan kolase adalah:
a. Kertas manila bergambar
b. Perekat (lem)
c. Biji-bijian

XV. Prosedur
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase
membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan
peningkatan dari latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
m. Merencanakan gambar / membuat pola
n. Menyediakan alat-alat dan bahan
o. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk
keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
p. Membimbing anak untuk menempelkan biji-bijian pada gambar dengan cara
menjimpit biji-bijian, memberikan perekat dengan lem lalu
menempelkannya dengan lem.
q. Menjelaskan posisi untuk menempelkan biji-bijian yang benar sesuai dengan
bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil tempelannya tidak
keluar garis.
r. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk dijadikan
rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.

XVI. PRINSIP TERAPI KOLASE


Keterampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit,
mengelem dan menempel. Dalam tiga perlakuan ini akan melatih koordinasi
otot-otot jari tangan secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih
dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-
jari tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil.

Anda mungkin juga menyukai