Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA BERMAIN

MENYUSUN MENARA DENGAN GELAS PLASTIK

OLEH :

NI MADE PURNAMANINGSIH
209012484

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
SATUAN ACARA BERMAIN

Topik : Terapi bermain pada anak di rumah


Sub topik : Terapi bermain menyusun menara dengan gelas plastik anak usia 2 tahun 2
bulan
Sasaran : An. B usia 2 tahun 2 bulan
Tempat: : Rumah An. B. Br. Punduh Kulit, Denpasar Utara
Waktu : 24 Desember 2020 selama 20 menit

A. Latar Belakang
Bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya
sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress, dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk
mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Bermain merupakan kegiatan atau
simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk
mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan
fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan paparan di
atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk
mengatasi berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya, dengan bermain
anak akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan.
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-
anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan mereka.
Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berkomunikasi secara alami melalui kata-kata,
mereka lebih alami mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas. Terapi bermain
merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di mana mereka dapat berhubungan dengan
orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Terdapat berbagai fungsi bermain pada anak, antara lain: untuk perkembangan sensoris
dan motorik, perkembangan kognitif, meningkatkan kreatifitas, perkembangan sosial,
menunjukan kesadaran diri akan kemampuan dan kekuatannya, dapat meningkatkan
perkembangan moral.
B. Tujuan Umum
Seletah dilakukan terapi bermain selama 20menit, diharapkan gerakan motorik halus
anak lebih terarah dengan anak dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mengoptimalkan
tingkat perkembangan anak.

C. Tujuan Khusus
1. Untuk perkembangan fungsi gerak motorik halus pada anak
2. Melatih konsentrasi anak
3. Dapat mengekspresikan keinginan dan perasaan anak terhadap permainan

B. Perencanaan
1. Jenis permainan
Menyusun menara dengan gelas plastik
2. Karakteristik bermain
Menyediakan gelas plastik, lalu memberikan contoh untuk menyusun menara
menggunakan gelas plastik, kemudian memberikan stimulus dengan meminta anak untuk
mengulanginya sambil menghitung gelas plastik.
3. Metode
Bermain bersama
4. Alat/media
Gelas plastik

C. Setting Tempat

Meja

Keterangan :
= perawat/ mahasiswa

= orang tua anak


= An. B
D. Pembagian tugas
Ketua, pemandu, fasilitator, observer: Ni Made Purnamaningsih

E. Proses Strategi Pelaksanaan


No Waktu Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi 3. Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu dengan anak dan 4. Memperhatikan
orang tua
2 10 menit Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tata cara 1. Memperhatikan
pelaksanaan terapi bermain
menyusun menara dengan gelas
plastik 2. Bertanya
2. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk bertanya jika
belum jelas
3. Memberitahukan kepada anak 3. Mendengarkan
bahwa terapi bermain menyusun
menara dengan gelas plastik
selesai
4. Memberikan pujian terhadap 4. Memperhatikan
anak karena sudah mampu
mengikuti kegiatan
3 3 menit Evaluasi:
Memotivasi anak untuk Menceritakan
mengungkapkan apa yang
dirasakannya setelah terapi
4 2 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
pujian kepada anak karena telah
mengikuti terapi bermain
2. Mengucapkan terimakasih
kepada anak dan memberikan 2. Mendengarkan
reward kepada anak
3. Mengucapkan salam penutup 3. Menjawab salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Media yang digunakan sesuai berupa gelas plastik
2) Tempat yang disediakan untuk bermain sesuai
3) SAB telah dibuat
2. Evaluasi proses
1) Terapi dapat berjalan dengan baik selama 20 menit
2) An.B dapat mengikuti terapi bermain dengan baik sampai selesai
3) Tidak ada hambatan saat melakukan terapi
3. Evaluasi hasil
1) An.B mampu menyusun menara dengan gelas plastik
2) An.B dapat mengekspresikan perasaan setelah dilakukan terapi bermain.

MATERI
SATUAN ACARA BERMAIN
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat
meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya
serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan
mental anak. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai
macam perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan
mendapatkan kegembiraan dan kepuasan.
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan memperaktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri
untuk berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat,2012). Permainan adalah alat stimulus paling
penting untuk anak. Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik anak, pengalaman, dan
pengetahuan serta berkembang keseimbangan mental anak (Soetjiningsih dan Ranuh, 2014).
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-
anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan mereka.
Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berkomunikasi secara alami melalui kata-kata,
mereka lebih alami mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas.
B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan sensorik dan motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan
alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan dengan rangsangan taktil, audio,
dan visual melalui rangsangan ini perkembangan motoric dan sensorik akan meningkat.
2. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada
anak saat bermain, maka anak akan coba melakukan berkomunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami objek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
hayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, bentuk, ukuran dan berbagai manfaat
benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain seperti ini dapat
meningkatkan perkembangan kognitif anak.
3. Meningkatkan sosialisasi
Proses sosialisasi dapat terjadi lewat permainan, sebagai contoh dimana anak akan
merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
didunianya sama, sudah mencoba bermain dengan sesamanya misalnya bermain puzzle
yang melibatkan interaksi dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu
dengan yang lainnya.
4. Meningkatkan kreativitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas, di mana anak sudah mulai
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi dengan objek
yang di gunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model
permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan kesadaran diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk eksplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan
perilaku orang lain.
6. Mempunyai nilai terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stress dan
ketegangan dapat dihindarkan, bermain juga dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
7. Mempunyai nilai moral
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal ini dapat dijumpai
anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah. Di sekolah dan etika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-
aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar.
8. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi).
C. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain Pada Anak
Menurut Riyadi dan Sukarmin (2009), ada lima faktor yang mempengaruhi pola bermain
pada anak yaitu :
1. Tahap perkembangan
Setiap perkembangan mempunyai potensi atau keterbatasan dalam permainan. Anak umur dua
tahun alat permainannya berbeda dengan anak yang berumur lima tahun.
2. Status kesehatan
Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor atau kognitif terganggu. Sehingga ada
saat anak sangat ambisius pada permainanya dan ada saat sama sekali tidak punya keinginan
untuk bermain.
3. Jenis kelamin
Pada saat usia sekolah biasanya anak laki-laki enggan bermain dengan anak perempuan,
mereka sudah bisa membentuk komunitas sendiri, di mana anak wanita bermain sesama
wanita dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki. Tipe dan alat permainan pun berbeda.
4. Lingkungan
Lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan anak. Di kota-kota besar
anak jarang bermain layang-layang karena tidak ada tanah lapang untuk bermain, mereka
hanya bermain game. Sedangkan di desa banyak tempat kosong bisa bermain layang-layang.
5. Alat permainan yang cocok
Alat permainan diplih sesuai dengan tahap perkembangannya sehingga anak menjadi senang
menggunakannya.
D. Kategori Bermain
1. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam
bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewamai gambar, melipat kertas origami,
puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran
misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata.
2. Bermain Pasif

Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.
Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau
menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga,
tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif.
E. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna
untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang
pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik
kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali. Motorik halus : gunting, pensil,
bola, balok, lilin.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar. Contoh
alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak,
keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai
bersama, misal kotak pasir, bola, tali.
F. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan
yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
G. Pelaksanaan Terapi Bermain
1. Permainan anak usia 0-1 tahun
Bermain pada bayi mencerminkan perkembangan dan kesadaran terhadap lingkungan,
tujuan bermain pada usia 0 — 1 tahun adalah menstimulasi perkembangan anak,
mengalihkan perhatian anak, mengalihkan nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakan.
Pemilihan mainan anak harus aman, bersih dan selalu dalam pemantauan orang tua. Anak
usia 0 — 1 tahun mengalami perkembangan oral (mulutnya) dimana kepuasan ada dalam
mulutnya, jadi anak cenderung memainkan mulut dan suka memasukkan semua benda
kedalam mulutnya.
Permainan permainan yang dapat dilakukan pada anak usia 0 -1 tahun meliputi:
a. Permainan kerincing
Permainan ini menggunakan penglihatan dan pendengaran anak yang berfungsi untuk
mengalihkan perhatian anak serta melatih anak untuk menemukan sumber bunyi yang
berasal dari kerincing. Pelaksanaannya dengan menggoyangkan kerincing hingga anak
menoleh kearah bunyi kerincing, lalu geser kerincing kekiri dan kekanan, jauh
mendekat. Jika anak mencoba untuk meraih, kerincing boleh diberikan ke anak untuk
digenggam dan dimainkan.
b. Sentuhan
Permainan ini menggunakan benda-benda yang akan disentuhkan ke anak, baik kekulit
anak maupun ke telapak tangan anak. Pilihlah benda yang tekstur permukaannya
lembut seperti boneka, sisir bayi, atau kertas. Permainan ini bertujuan untuk
mengenalkan benda dengan sensasi sentuhan dan mengembangkan kesadaran terhadap
benda-benda disekitamya. Permainan ini dilakukan dengan menempelkan benda-benda
yang telah kita tentukan ke kulit anak, perhatikan respon bayi terhadap
ketidaknyamanan.
c. Mengamati mainan
Permainan ini ditujukan untuk perhatian anak dengan menggunakan benda-benda yang
bergerak. Permainan ini dilakukan dengan cara menggerakkan benda-benda yang
menarik perhatian seperti boneka berwama cerah, mainan berwama cerah. Benda-
benda tersebut diarahkan mendekat dan menjauh atau kekanan dan kekiri agar anak
mengikuti arah benda tersebut.
d. Menyusun donat wanna wami
Permainan ini menggunakan mainan donat plastik yang bawahnya besar dan semakin
keatas semakin mengecil. Permainan ini berfungsi untuk melatih koordinasi motorik
halus anak yang menghubungkan mata dengan otot kecil tubuh.
e. Mengenal bagian tubuh
Permainan ini mengenalkan bagian tubuh anak dan nama-namanya, anak hanya perlu
memperhatikan apa yang dilakukan oleh fasilitator dan akan dilanjutkan oleh keluarga
anak.
2. Permainan anak usia 1-3 tahun
a. Arsitek Menara
Bahan yang dibutuhkan adalah kotak/kubus atau dengan gelas plastik yang berwama-
wami atau satu warna dengan ukuran yang sama, kemudian anak diminta untuk
menyusun kotak atau kubus, menara ke atas. Penyusunan kubus/kotak dan menara
diupayakan yang sama wamanya. Selalu beri pujian setiap kegiatan anak.
b. Tebak Gambar
Permainan ini membutuhkan gambar yang sudah tidak asing bagi anak seperti
binatang, buah-buahan, jenis kendaraan atau gambar profesi/pekerjaan. Permainan
dimulai dengan menunjukkan gambar yang telah ditentukan sebelumnya kemudian
ajak anak untuk menebak gambar tersebut, lakukan beberapa kali. Jika anak tidak
mengetahui gambar yang dimaksud, sebaiknya petugas memberitahu dan menanyakan
kembali ke anak setelah berpindah ke gambar lain untuk melatih ingatan anak.
c. Menyusun Puzzle
Permainan ini membutuhkan pendampingan petugas dan diupayakan puzzle yang lebih
besar agar anak mudah menyusun dan memegangnya. Pilih gambar puzzle yang tidak
asing bagi anak, sebelum gambar puzzle dipisah pisah, tunjukkan keanak gambar
puzzle yang dimaksud, kemudian ajak dan dampingi anak untuk menyusun puzzle.
Beri contoh bagaimana cara menyusun puzzle, seperti dimulai dipojok dahulu atau
bagian samping terlebih dahulu. Hal yang perlu diperhatikan dalam puzzle ini adalah
jumlah puzzle yang dipasang/susun tidak lebih dari 6 potongan.
3. Permainan anak usia 4-6 tahun
a. Bola keranjang
Permainan ini memerlukan bola dan keranjang sampah plastik (bisa juga kotak
kosong). Letakkan kotak/keranjang plastik sejauh 2 meter dari anak, kemudian minta
anak melempar bola kedalam kotak/keranjang sampah plastik, jika ada bola yang
tercecer atau tidak masuk, dibiarkan saja hingga bola sudah habis lalu ajak anak untuk
mengambil bola yang tercecer tersebut dan memasukkannya kedalam keranjang dari
tempat bola itu jatuh/tercecer.
b. Bermain dokter-dokteran
Permainan ini sangat baik untuk mengenalkan situasi lingkungan di rumah sakit
dengan berperan sebagai profesi kesehatan. Dalam permainan ini ajak anak untuk
bermain drama yaitu anak sebagai doktemya sedangkan pasiennya adalah boneka.
c. Menggambar bebas
Sediakan kertas kosong dan pensil atau krayon/spidol warna, lalu berikan kepada anak
dan minta anak menggambar diatas kertas tersebut. Kemudian minta anak
menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Beri stimulus dalam memulai
menggambar seperti beri ide membuat gambar mobil, gambar binatang atau
menggambar pemandangan.
4. Permainan anak usia 6-12 tahun
a. Melipat kertas origami
Permainan origami untuk melatih motorik halus anak, serta mengembangkan imajinasi
anak. permainan ini dilakukan dengan melipat kertas membentuk topi, kodok, ikan,
bunga, burung dan pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan kepada anak dalam
melipat kertas. Selalu beri pujian terhadap apa yang telah dicapai anak. Hasil karya
anak bisa dipajang dimeja anak atau didekat infus anak agar mudah terlihat orang lain.
b. Mewarnai gambar
Permainan ini juga melatih motorik halus anak dan meningkatkan kreatifitas anak.
Sediakan kertas bergambar dan krayon/spidol wanna, kemudian berikan kertas
bergambar tersebut kepada anak dan minta anak untuk mewamai gambar dengan
warna yang sesuai, ingatkan anak untuk mewamai didalam garis. Tulis nama anak
diatas gambar yang telah diwamai anak.
c. Menyusun puzzle
Siapkan gambar puzzle yang akan disusun anak, upayakan pemilihan gambar puzzle
yang tidak asing bagi anak-anak. Pisahkan terlebih dahulu puzzlenya kemudian minta
anak untuk menyusun kembali gambar tersebut. Ajak/buat kompetisi dalam permainan
ini yaitu siapa yang duluan selesai menyusun puzzle, anak tersebut sebagai
pemenangnya. Beri semangat juga bagi teman lain yang belum menyelesaikan
puzzlenya.
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Saputro, Heri & Intan Fazrin. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit: Penerapan
Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan Pelaksanaannya. Ponorogo: Forum
Ilmiah kesehatan (FORIKES).

Soetjiningsih & Ranuh. 2013.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai