Oleh :
NI KOMANG PANDE ARDIYANTI
NIM: 209012490
2. Epidemiologi
Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan penyebab utama kematian
prenatal (Nursusila, 2017). Sebagian besar bayi dengan BBLR dilahirkan di negara
berkembang yaitu 96,5%, khususnya di daerah yang populasinya rentan. Angka
BBLR di Indonesia adalah sekitar 11,1% pada tahun 2011, termasuk tinggi jika
dibandingkan angka BBLR di negara tetangga seperti Vietnam (5,3%) dan Thailand
(6,6%). Variasi antar provinsi sangat mencolok dari terendah di Sumatera Utara
(7,2%) sampai yang tertinggi di Sulawesi Tengah (16,9%). Provinsi Sulawesi Selatan
menempati peringkat tujuh tertinggi terjadinya prevalensi BBLR yaitu 12%
(Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2015, persentase bayi dengan BBLR di Sulawesi
Selatan meningkat yaitu 4.697 kasus (3,23%), dengan jumlah lahir hidup sebesar
149.986 dan jumlah bayi lahir hidup ditimbang sebesar 120.293 dan tertinggi di Kota
Makassar sebesar 690 kasus (Dinkes Sulsel, 2015). Berdasarkan data profil kesehatan
kota Makassar tahun 2015, angka kejadian BBLR tertinggi terdapat di Puskesmas
Kaluku Bodoa yaitu berjumlah 121 kasus (9,46%) dari 1.279 kelahiran hidup (Dinkes
Kota Makassar, 2016).
3. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor Orang Tua
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan
bayi BBLR, yaitu:
Faktor lingkungan
Faktor
Faktor
janin ibu
Kelainan
Penyakit,
Faktor Plasenta Tempat tinggal di
usia
kromosom ibu Keadaan
Infeksi gizi
Hidramnion dataran tinggi
janinibu
kroniksaat
Plasenta (inklusihamil
Previa Terkena radiasi,
Keadaan
sitomegali, sosial
rubella dan
Solution plasenta serta terpapar zat
ekonomi
bawaan) Gawat janin
Kehamilan kembar beracun
BBLR
Komplikasi BBLR
Sindrom aspirasi
meconium
Asfiksia neonatum
Pertumbuhan
Penyakit
Organ pencerna membrane
Sedikitnya
dinding lemakbelum
dada Sistem imun yang
hialin
dibawahsempurna
jaringan belum matang
Hiperbilirubinemia
kulit
Peristaltik
Vaskuler belum
paru Penurunan daya
imatur Kehilangan panas
sempurna
melalui kulit tahan tubuh
Kurangnya Peningkatan
kemampuan untuk Peningkatan
Resiko infeksi
mencerna makanan kerja nafas kebutuan kalori
Tidak efektifnya
Reflek
polamenghisap
nafas System
dan menelan belum termoregulasi
berkembang yang imatur
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Termoregulasi
tidak efektif
8. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,500 C s/d 37,00C. Bayi berat rendah harus
diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C
untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Untuk mencegah hipotermi,
diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang
cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2
kg adalah 35°C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak
ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau
lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan
popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna
kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali
sedini mungkin.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker,
gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar
bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit. Bayi prematur mudah terserang
infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang
antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama
2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
b. Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi
dan semua benda yang berhubungan dengan bayi. Membatasi jumlah
bayi dalam satu ruangan.
c. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek
hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative
memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit
demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini
berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi
atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat
dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500
gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya
koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 %
yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi
dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih
dari 1500 Gr. Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak
mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-
48 jam.
9. KOMPLIKASI
Penyakit yang terdapat pada bayi BBLR antara lain :
1) Sindrom distest pernafasan,disebut juga penyakit membran hialin yang
melapisi alveolus perut.
2) Aspirasi pnemunia, keadaan ini disebabkan karena repleks menelan
dan batuk pada bayi prematur belum sempurna.
3) Perdarahan intraventrikuler, adalah perdarahan spontan pada
ventrikel atau lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan
membran hialin di paru – paru.
4) Fibroplasia retrolintal, keadaan ini disebabkan oleh gangguan oksigen
yang berlebihan.
5) Hiperbillirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi
prematur belum matang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan
mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat.
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal
dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan
evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat
neonatus (Wong, 2009).
a. Biodata Pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir
jenis kelamin.Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah
dan ibu), umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan antenatal
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan
preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa
tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas
kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
e) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
Yang perlu dikaji:
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan menurut (Wong, 2009)
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Mempertahankan kestabilan suhu tubuh
c. Perlindungan dari infeksi dan cidera
d. Pertahankan keadekuatan nutrisi
5. Evaluasi
Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian berulang dan evaluasi
terus menerus asuhan berdasarkan pada panduan observasi berikut (Wong, 2009)
1. Ukur tanda vital dan lakukan pengkajian respirasi dengan interval waktu
berdasarkan kondisi dan kebutuhan bayi, observasi usaha respirasi bayi dan
responnya terhadap terapi, periksa fungsi peralatan, periksa hasil uji laboratorium.
2. Ukur suhu kulit abdomen dan aksila dengan interval tertentu.
3. Obervasi tingkah laku dan penampilan bayi untuk melihan adanya tanda sepsis.
4. Kaji hidrasi, kaji dan ukur asupan cairan, observasi bayi selama pemberian nutrisi, ukur
jumlah susu formula atau asupan parenteral, timbang setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan
Anak. Yogyakarta:Nuha Offset.
Anggraini, Dian Isti dan Salsabila Septira. 2016. Nutrisi Bagi Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) untuk mengoptimalkan Tumbuh Kembang.
Journal Majority, Vol 5. Diakses
melaluihttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority pada 26 januari
2018
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan. Maternitas. Jakarta : EGC
Dinkes Kabupaten Sleman. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten
Sleman.Yogyakarta: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Dinkes DIY. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta. Yogyakarta:
DinasKesehatan Provinsi Yogyakarta.
Dutta, S., Singh, B., Chessell., Wilson, J., Janes, M., McDonald, K., et al.
(2015). Guidelines For Feeding Very Low Birth Weight Infants.
Nutrients,7,pp432- 442.
Fatimah dan Siti Nurhasiyah Jamil. 2015. Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah Bayi di RS Koja Tahun 2015. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol
12.Diakses melalui http://jurnal.fkkumj.ac.id/download.php?file=20161129-
dr.sugiarto%20web.pdf pada 26 januari 2018.
Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit
Pada Neonatus. Trans Info Media : Jakarta.
Maryunani, A. 2013a. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).Jakarta:Trans Info Media
Maryunani, Anik I dan Eka Puspita Sari. 2013b. Asuhan Kaperawatan
Daruratan Maternitas & Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika:Jakarta.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC,
Nelson. 2010. Patofisiologi Berat Badan Lahir Rendah.Jakarta: EGC.
Nurbani, Susi dan Sri Yanniarti. 2013. Faktor Resiko Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah. Jurnal Media Kesehatan. Vol 6 Nomor 1 Halaman 80-87.
Pantiawati, Ika.2010. Bayi dengan BBLR (Berat badan Lahir Rendah).
Yogyakarta: Nuha Medika
Primadi, Aris. 2013.Pemberian ASI Pada Bayi Lahir Kurang Bulan. Artikel
IDAI. Diunduh melalui www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-asi-pada-
bayi-lahir-kurang-bulan pada tanggal 28 Januari 2018.
Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo. 2010. BBLR: Berat Badan Lahir
Rendah. Nuha Medika:Yogyakarta.
Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Dilengkapi dengan ASUHAN PADA BBLR dan PIJAT BAYI. Yogyakarta:
Nuha Medika
Putra, S R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika
Putri, D Riqyah dkk. 2016. Pengaruh Pronasi Terhadap Penurunan Residu
Lambung Dan Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Diruang Instalasi Neonatus RSUD Arifin Achmad Pekn Baru. Jurnal Ners
Indonesia, Vol.6 No.1. diakses melalui
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/download/4355/4174 pada 13 Juli
2018.
Rini, Susilo dan Feti Kumala. 2016. Panduan Asuhan Nifas & Evidence
Based Practice. Yogyakarta: Deepublish.
Susilowati, Enny, Rocky Wilar dan Praevilia Salendu.2016. Faktor Resiko
yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan lahir rendah pada neonatus
yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D Kandaou Periode januari 2015– juli 2016.
Jurnale-Clinic(eCl),Vol4.
Diaksesmelaluihttps://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14468
pada 26 januari 2018.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Wong , 2009. Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: EGC.