Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TERAPI BERMAIN
PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI RUANG SHOFA RSI PKU MUHAMADIYAH
TEGAL

Di susun oleh:
1.
2.
3. Putri Nur Afni C1019040
4.
5.
6.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FALULTAS ILMU KESEHATAN
UNIBERSITAS BHAMADA SLAWI
2021-2022

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman
yang penuh dengan stress yang mana akan menimbulkan reaksi pada anak
yang sesuai dengan perkembangannya,diantaranya anak akan merasa
cemas dan akan timbul ketakutran akibat perpisahan dengan keluarga
ataupun linkungan terutama pada anak yang di rawat lama.
Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh seorang anak, dimana
ini merupakan kebutuhan psikososial anak baik keadaan sehat maupun
sakit. Bermain pada anak yang dihospitalisasi dapat meningkatkan
kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak untuk mengembangkan
imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak.
Pada anak usia sekolah umumnya perkembangan motorik kasar
dan motorik halusnya sudah baik pula dalam berkomunikasi verbal dan
non verbal. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak
prasekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan
program terapi bermain karena dengan bermain akan membuat anak
menjadi lebih rileks.
Adapun tempat pelaksanaan TAK yaitu diruang bermain Melati 2.
Alasan kelompok kami mengadakan terapi kelompok bermain pada anak
usia sekolah karena lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak
bermain dan alasan kelompok kami mengadakan terapi bermain menyusun
gambar pada usia sekolah adalah untuk mengembangkan motorik halus,
intelektual, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa, selain itu
pada usia ini merupakan usia awal dalam berimajinasi serta sudah lebih
kooperatif untuk di ajak bermain.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia
sekolah (6-12 tahun) selama kurang lebih 45 menit diharapkan anak
dapat mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya
serta dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.
2. Tujuan instruksional khusus
Tujuan dari program bermain ini yaitu agar :
a. Dapat menambah wawasannya
b. Dapat merangsang imajinasi anak 
c. Dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak 
d. Dapat merangsang rasa kreatif anak 
e. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya

C. Sasaran
1. Kriteria Klien
a. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12 tahun ) 
b. Anak kooperatif 
c. Anak dengan komunikasi verbal baik 
d. Anak dengan kondisi membaik
 2. Proses seleksi
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu anak mengekpresikan
ide-ide atau perasaan secara optimal dan bersosialisasi dengan efektif
seperti kriteria diatas

2
BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN

Anak usia sekolah berkembang dari perilaku sensori motorik


sebagai alat pembelajaran dan berinteraksi dengan lingkungan menjadi
pembentuk pikiran simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi
dalam percakapan sosial. Dalam aktifitas bermain, anak memiliki
kehidupan fantasi aktif, menunjukkan eksperimentasi dengan
ketrampilan baru dan permainan, peningkatan aktifitas bermain, anak
dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri. Menurut
Marjorie mengatakan bahwa anak prasekolah merupakan masa
antusiasme, bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan
independen.
Karakteristik sasaran adalah anak-anak usia sekolah (6-12 tahun)
yang dirawat di ruang perawatan anak SHOFA RSI PKU
MUHAMADIYAH TEGAL berjumlah 5 anak dengan kriteria :
a. Tidak bedrest total
b. Tidak kejang
c. Tidak panas/bebas demam
d. Bersedia mengikuti permainan/terapi

B. Prinsip Bermain Menurut Teori

Pengertian Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,


emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan,dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

3
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan
konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah
Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari
karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.

C. Karakteristik Permainan Menurut Isinya secara Teori


1) Sosial affective play : hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dengan orang lain (Ex : ciluk-baa).
2) Sense of pleasure play : permainan yang sifatnya memberikan
kesenangan pada anak (Ex : main air dan pasir).
3) Skiil play : permainan yang sifatnya memberikan keterampilan
pada anak (Ex: naik sepeda).
4) Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (Ex : dokter
dan perawat).
5) Games : permaianan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan /skor (Ex : ular tangga).
6) Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan
tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yang
digunakan sebagai alat permainan (Ex : jinjit-jinjit, bungkuk-
bungkuk, memainkan kursi, meja dsb). 
7) Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan(Ex : Congklak).

4
8) Solitary play : anak tampak berada dalam kelompok permaianan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya.
9) Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yang sama,
tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu
sama lain sehingga antara anak satu dengan lainnya tidak ada
sosialisasi.
10) Associative play : permainan ini sudah terjadi komunikasi
antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak
ada pemimpin dan tujuan permainan tidak jelas ( Ex: bermain
boneka,masak-masak).
11) Cooperative play : aturan permainan dalam kelompok tampak
lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya tujuan serta
pemimpin (Ex : main sepak bola).

5
BAB III

METODOLOGI BERMAIN

A. Judul Permainan
Permainan pada anak usia sekolah

B. Deskripsi Permainan
• Leader menyebutkan dan menjelaskan aturan permainan

• Anggota diatur dalam bentuk huruf V

• Leader meminta anak untuk menyusun puzzle yang telah di acak

 • Waktu untuk menyusun puzzle tersebut adalah 15 menit

• Jika ada peserta yang sudah selesai menyusun puzzle bar harus
menunjuk tangan dan memberitahukan fasilitator 

• Jika ada peserta yang gagal menyusun puzzle, fasilitator menanyakan


alasan kalau mungkin motivasi kembali kegiatan

• Peserta harus hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung

C. Keterampilan Yang Di Perlukan


Anak mampu menyusun Puzzle yang telah diacak

D. Jenis Permainan
Menyusun Puzzle

E. Alat Yang Di Gunakan

6
Puzzle

F. Waktu Pelaksanaan
Terapi bermain akan dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 22 Desember 2021
Pukul : 10.00

G. Proses Bermain
1. Fase orientasi.
 - Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan
anggota kelompok lain peserta memperkenalkan diri satu
persatu. menjelaskan tujuan dan aturan bemain
- Tujuan : Tujuan dari program bermain ini supaya anak
dapat bersosialisasi dengan orang lain dan dapat mengekpresikan
imajinasi anak.
2. Fase Kerja
a. Leader berdiri di depan 
b. Leader mengatur posisi klien
c. Fasilitator menyiapkan peralatan bermain
d. Fasilitator memberi motivasi kepada anak untuk menyusun
Puzzle
e. Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama
program bermain
3. Fase terminasi.
a. Evaluasi respon subyektif leader menanyakan perasan klien
setelah mengikuti program bermain. 
b. Evaluasi respon obyektif observer mengobservasi perilaku
peserta selama kegiatan terkait dengan tujuan

7
c. Tindak lanjut, Menganjurkan kepada masing- masing anak
untuk menyebutkan Puzzle yang telah disusun.

H. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai


Dalam terapi bermainan yang perlu di waspadai adalah
keamanan dalam permainan dan kenyamanan anak selama mengikuti
terapi bermain.
I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan
Dalam meminimalkan hambatan, fasilitator mempersiapkan
semua yang dibutuhkan dalam terapi bermain terkait dengan peralatan
yang akan digunakan, kemudian mendampingi anak selama mengikuti
terapi bermain serta melibatkan orang tua dalam permainan.
J. Pengorganisasian
1. Struktur organisasi
a. Leader : Putri Nur Afni 
b. Co. Leader : Resti Prasticia
c. Fasilitator : Aqila, maryani
d. Observer : Elvira, Yosie
2. Uraian Tugas
a. Leader 
• Menjelaskan tujuan bermain
• Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok 
• Menjelaskan aturan bermain pada anak
• Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan 
b. Co.Leader
 • Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
c. Fasilitator 
• Menyiapkan alat-alat permainan

8
• Memberi motivasi kepada anak untuk menyusun Puzzle
 • Mempertahankan kehadiran anak
 • Mencegah gangguan / hambatan terhadap anak baik luar
maupun dalam.
d. Observer 
 Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan
non verbal.
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan
perilaku.
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program
bermain.

K. KRITERIA EVALUASI : SEBAGAI EVALUASI DILIHAT


TUJUANNYA TERCAPAI ATAU TIDAK
1. Evaluasi Struktur
a) Peralatan bermain seperti Puzzle sudah tersedia
b) Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
c) Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
2. Evaluasi Proses
a) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan
tertib dan teratur
b) Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam
permainan
d) 80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal
sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a) 100 % anak merasa senang dan puas.
b) 80 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
c) 75 % anak dapat menyatakan perasaan senang
d) Anak dapat menyusun Puzzle dengan benar

9
BAB IV
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

Pelaksaan bermain bersama anak dengan thalasemia adalah :


a. Semua perlengkapan dan peralatan dipersiapkan yaitu Puzzle
b. Target anak yang akan diajak bermain di kumpulkan di ruang
terapi bermain dan di dampingi oleh anggota keluarga.
c. Leader berdiri di depan dan mengatur posisi klien.
d. Leader mengucapkan salam, dilanjutkan dengan perkenalan dari
masing-masing anggota kelompok dan perkenalan dari adik-adik
yang akan di ajak bermain menyusun Puzzle
e. Leader menjelaskan cara bermain menyusun Puzzle yaitu setiap
anak mendapat satu pasang gambar yang akan mereka pasang,
dimana setiap menempel gambar akan di acak gambarnya.
Gambar harus tersusun sesuai dengan gambar yang sebelumnya
dan diberi waktu untuk menyusun puzzle adalah 15 menit.
f. Fasilitator memberikan satu gambar ke masing-masing anak dan
memberikan motivasi kepada anak untuk menyusun Puzzle
g. Bagi yang sudah selesai duluan dalam menyusun Puzzle
mengacungkan jari dan menganjurkan kepada masing- masing
anak untuk menebak gambar yang telah disusun. Kemudian di
berikan hadiah.
h. Leader menanyakan perasan klien setelah mengikuti program
bermain
i. Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama
program bermain

10
j. Observer mengobservasi perilaku peserta selama kegiatan terkait
dengan tujuan

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan


sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan,dan mengenal waktu, jarak,
serta suara.

Permainan menyusun Puzzle mampu merangsang dan meningkatkan


kemampuan anak dalam berimajinasi atau mengingat terhadap gambar
sebelum tersusun dan meningkatkan daya kreatifitasan anak dalam menyusun
gambar.

B. Saran

Diharapkan permainan menempelkan gambar ataupun jenis permainan lain


dapat dilakukan oleh setiap anak yang di rawat di RS agar danpak hospitalisasi
dalam RS terkurangi dan tumbuh kembang anak tidak terhambat.

11
12

Anda mungkin juga menyukai