Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UPAYA PENCEGAHAN HAZARD PSIKOSOSIAL


Kelompok 5

Dosen pembimbing :
Nurhakim Yudhi Wibowo, M.Kep
Disusun oleh :
1. Nurul khamidah (C1019036)
2. Olifia Siska (C1019037)
3. Prila Auli Solicha (C1019038)
4. Putri Eka Anggraeni (C1019039)
5. Putri Nur Afni (C1019040)
6. Resti Prasticia (C1019041)
7. Rindiani (C1019042)
8. Rizki Yulia Amanda (C1019043)
9. Salsa Fuji Intani M (C1019044)
10. Syahril Ikhlaludin (C1019048)
11. Yudha Shandi Winahyu (C1019053)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami uga mengucapkan terimakasih tas
bantuan dari kelompok 5 yang telah bekerjasama dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
      Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
D. Manfaat......................................................................................................................................5
BAB 2....................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................6
A. Definisi Hazard..........................................................................................................................6
B. Bahaya Psikososial....................................................................................................................7
C. Kategori hazard psikososial.......................................................................................................8
D. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja................................................................................9
BAB 3..................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien adalah bebas dari cideran fisik dan psikologis yang
menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi
terjadinya kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan
kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang optimal (canadian nursing association,
2004) International  council nurse (2002) mengatakan bahwa keselamtan pasien
merupakan hal mendasar dalam mutu pelayanan keperawatan. Peningkatan
keselamatan pasien meliputi tindakan nyata dalam rekrukmen, pelatihan dan retensi
tenaga profesional, pengembangan kinerja, menejemen resiko dan lingkungan yang
aman,  pengendalian infeksi , penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan dan
lingkungan perawatan yang aman serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang
terintegrasi serta berfokus pada kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan
infrastruktur terhadap pengembangan yang ada.
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit meliputi terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit,meningkatnya akuntalitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat,menurunnya kejadian tidak di harapkan (KTD) di rumah
sakit,dan terlaksananya program-program pencengahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapakan. Menurut institusi of medicine (IOM) (2008)
tujuan keselamatan pasien ini diantaranya pasien aman (terhindardari
cedera),pelanayanan menjadi lebih efektif dengan adanya bukti yang kuat terhadap
terapi yang perlu atau tidak perlu diberikan ke pasien,berfokus pada nilai dan
kebutuhan pasien,pengurangan waktu tunggu pasien dalam menerima pelayanan dan
efisien dalam penggunaan sumber-sumber yang ada. Menurunnya
KTD,KNC,kejadian sentinel memberikan kepuasan bagi pasien maupun pihak
internal rumah sakit sendiri,dan mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.tujuan
keselamatan pasien sebagai arah dalam mencapai visi kedepan yaitu terciptanya
penerapan keselamatan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definsisi Hazard ?
2. Apa yang Dimaksud Bahaya Psikososial ?

4
3. Apa Saja Kategori Hazard Psikososial ?
4. Jelaskan Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja ?
5. Bagaimana Potensi bahaya Psiko-sosial ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definsisi Hazard
2. Untuk Mengetahui Bahaya Psikososial
3. Untuk Mengetahui Kategori Hazard Psikososial
4. Untuk Mengetahui Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja
5. Untuk Mengetahui Potensi bahaya Psiko-sosial

D. Manfaat
Membuat kita mengetahui dan menambah wawasan baru dalam mengetahui
Definsi Hazard, Bahaya Psikososial, Kategori Hazard Psikososial, Pengenalan
potensi bahaya di tempat kerja, dan Potensi bahaya Psiko-sosial Sehingga,
mahasiswa mampu memahami dan membuat resume setelah proses pembelajaran
kelengkapan materi dan mahasiswa mampu memahami dan membuat resume setelah
ketepatan jawaban dalam resume.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hazard
Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi
menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau
aspek lainnya dari lingkungan kerja. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam
artikelnya “hazards” yang sering disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko
yang potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
Safety Engineer Career Engineer Career Workshop (2003) mendefinisikan Hazard
sebagai kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian /kecelakaan bagi
manusia atau lingkungan. Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-efek
yang buruk tersebut akan muncul.
Hazard psikososial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya
interaksidari aspekaspek jobdeskripsi, desain kerja dan organisasi serta manajemen di
tempat kerja serta kontekslingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan
fisik, sosial dan psikologi.Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu disiplin
dengan ruang lingkup yang luasyang meliputi beberapa bidang khusus. Dalam
pengertian yang luas, K3 mengarah kepadapengendalian hazard dan risiko untuk
meminimalkan terjadinya injury ataupun accident.Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalamupaya mencegah atau
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinyapenyakit dan
kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi
dapatdikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan
ilmiah dan praktisdalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan
keselamatan yang mungkin terjadi.(Rijanto, 2010 ). Keselamatan pasien adalah bebas
dari cideran fisik dan psikologis yangmenjamin keselamatan pasien, melalui
penetapan system operasional, meminilisasi terjadinyakesalahan, mengurangi rasa
tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan danmeningkatkan pelayanan
yang optimal (canadian nursing association, 2004).
International council nurse (2002) mengatakan bahwa keselamtan pasien
merupakan halmendasar dalam mutu pelayanan keperawatan. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai suatuprogram didasari pendekatan ilmiah dalam upaya

6
mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya(hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainyayang mungkin terjadi. Jadi
dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalahsuatu pendekatan
ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan
dankeselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010). Keselamatan pasien adalah
bebas daricideran fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui
penetapan systemoperasional, meminilisasi terjadinya kesalahan, mengurangi rasa
tidak aman pasien dalam sistemperawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan
yang optimal (canadian nursing association,2004) International council nurse (2002)
mengatakan bahwa keselamtan pasien merupakan halmendasar dalam mutu pelayanan
keperawatan.

B. Bahaya Psikososial
Banyak peneliti yang mengobservasi bahwa kondisi kerja tidak hanya
menimbulkan penyakit akibat kerja tetapi juga memegang peranan penting dalam hal
kesehatan pekerja. Aspek psikologi dari pekerjaan telah menjadi subjek penelitian
sejak 1950 ( Jonhson, 1996; sauter at al., 1998 ). Awalnya psikologi hanya ditujukan
pada hambatan pekerja untuk beradaptasi terhadap aturan kerja daripada terhadap
potensi bahaya dari karakteristik lingkungan kerja yang mungkin dirasakan pekerja
( Gardell, 1982). Tetapi dengan penelitian tentang  lingkungan kerja psikososial dan
psikologi kerja pada tahun 1960 ( Johnson & Hall, 1996 ) fokus pembahasan telah
beralih dari perspektif individu ke arah pengaruh dari aspek lingkungan kerja terhadap
kesehatan. Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari
desain kerja, organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang
berhubungan dengan lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan
gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi pekerja ( Cox & Griffiths, 2002 ) dalam
Research on Work-Related Stress 2002. Bahaya psikososial dapat disimpulkan
menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori karakteristik kerja, organisasi dan
lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan bahaya ( hazardous ). Hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk menggambarkan
bahaya kaitannya dengan hubungan kerja ( context to work ) atau isi dari pekerjaan
( content of work ). Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat menimbulkan
stress dan berbahaya bagi kesehatan. Banyak dari berbagai kejadian penyakit
berhubungan dengan psikologi kesehatan dan berisiko terkena penyakit jantung. Bila

7
seseorang sedang mempunyai masalah dalam keluarganya, kemudian ketika dia
sedang bekerja, dia selalu memikirkan masalah tersebut dan tidak fokus, sehingga ada
kemungkinan dia akan mendapatkan kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan.
Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya  yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi
aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan :
1. kurang baik atau kurang mendapatkan  perhatian  seperti : Penempatan tenaga
kerja yang tidak sesuai  dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen
atau pendidikannya. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai
2. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh
3. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi
kerja.
4. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga

C. Kategori hazard psikososial


Kategori Kondisi yang menggambarkan bahaya Context to work Fungsi dan
budaya organisasi Komunikasi yang buruk, rendahnya dukungan untuk pemecahan
masalah dan pengembangan pribadi, kurangnya pemahaman terhadap tujuan
organisasiPeran dalam organisasiAmbiguitas dan konflik peran, tanggung jawab
terhadap orang lain Pengembangan karir Ketidakpastian dan stagnasi karir,
underpromotion atau overpromotion, insentif yang buruk, rendahnya nilai sosial
terhadap pekerjaan Latitude keputusan/ pengendalian Partisipasi yang rendah pada
pembuatan keputusan, kurangnya pengendalian terhadap pekerjaan (pengendalian,
khususnya pada bentuk partisipasi, termasuk juga konteks dan wider organizational
issue) Hubungan interpersonal pada pekerjaanIsolasi sosial atau fisik, buruknya
hubungan dengan atasan, konflik interpersonal, kurangnya dukungan sosialHome-
work interface Konflik demand of work and home, dukungan rendah dari rumah,
masalah dualisme karirLingkungan kerja dan perlengkapan kerjaMasalah yang
berkaitan dengan reliabilitas, ketersediaan, kesesuaian, serta pemeliharaan atau
perbaikan terhadap peralatan dan fasilitas Desain tugas Kurangnya keragaman dari
siklus singkat kerja, fragmented atau meaningless work, underuse of skills, tingginya
ketidakpastianBeban kerja/ workpaceBeban kerja lebih atau kurang, kurangnya
pengendalian terhadap over pacing, tingginya tingkat tekanan waktuJadwal

8
kerjaWaktu gilir kerja, jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel, waktu kerja yang tidak
dapat diprediksi, waktu yang panjang atau unsocial Bahaya  psikososial ini secara
langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik dan karyawan sehari-
hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka
karyawan tersebut  akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami
gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan  produktivitas kerja
karyawan.Gejala stress :
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancer
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

D. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja


Merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta
dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja
yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri
2. faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir
3. faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.

Faktor-faktor psikososial menjadi penting untuk diperhatikan karena:


1. Faktor psikososial sangat membantu pekerja tetap fokus pada pekerjaan dan tetap
memilikimotivasi kerja yang stabil.

9
2. Karakteristik setiap pekerjaan, apalagi jenis pekerjaan tertentu yang memiliki
resiko tinggi dalam beban kerja harus diberi perhatian lebih sebab konsekuensi
yang ditimbulkannya pun relative lebih berat daripada pekerjaan pada umumnya.
3. Terpenting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa faktor psikososial ini
akan lebih berpengaruh terhadap keselamatan kerja pada para pekerja yang
tergolong dalam blue-collar atauyang sifatnya pekerja kasar. Segala akibat
negative dari buruknya keselamatan kerja karena faktorpsikososial akan lebih
dirasakan oleh mereka yang bekerja dengan status sosioekonomi yangrendah dan
individu muda usia.

Potensi bahaya Psiko-sosial Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga kerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan
bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi
dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat
kerja. Faktor psikososial utama yang berperan adalah stress, dimana stressor kerja
dapat berupa hubungan antar pekerja maupun beban kerja (secara kuantitatif atau
kualitatif).Hasil studi di Jepang menunjukkan bahwa:Kelelahan fisik akibat kerja
sebesar 70 – 74% Kelelahan mental akibat kerja sebesar 73 – 75% (lebih tinggi)
Penderita jantung koroner memiliki waktu kerja lebih dari 60 jam per minggu (tinggi)
Di Indonesia, stress akibat kerja juga dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan, seperti jantung koroner, gangguan mental emosional, gangguan haid,
gangguan tidur, abortus, dsb Seorang manusia pada hakikatnya akan selalu menerima
rangsangan (baik fisik, kimia, biologis, maupun psikis) dan menimbulkan reaksi atas
hal tersebut. Pengalaman ini akan direkam dalam memori, kemudian nantinya akan
menentukan reaksi seseorang dalam menghadapi masalah serupa atau lainnya.
Tentunya, pengalaman yang berbeda akan membuat orang bereaksi secara berbeda
pula.
Stress merupakan suatu sindrom berupa respon non-spesifik dari organisme
terhadap rangsangan dari luar dirinya. Sementara itu, stress kerja merupakan reaksi
terhadap suatu stressor (pemicu/sumber stress) yang ada di tempat kerja, umumnya

10
merupakan hasil akumulasi. Yang dapat menjadi sumber stress di pekerjaan antara
lain:
1. Lama waktu bekerja (sekian tahun), posisi (jabatan), tugas, kewajiban, tanggung
jawab sebagai pengawas, dsb.
2. Faktor intrinsik dalam pekerjaan: kesesuaian lingkungan/orang dan kepuasan
kerja, peralatan, pelatihan, shift kerja, kerja overload atau underload, bahaya fisik,
harga diri terkait pekerjaan
3. Peranan dalam organisasi: ambiguitas peran, konflik peran, tanggung jawab
orang-orang, batas-batas organisasional Perkembangan karir: dipromosikan/tidak,
kurangnya keamanan kerja, ambiguitas pekerjaan di masa yang akan datang,
status congruency, kepuasan terhadap bayaran Hubungan / dukungan sosial:
dengan kolega, supervisor, bawahan Struktur dan iklim organisasional: politik,
konsultasi/komunikasi, partisipasi dalam membuat keputusan, dsd.

11
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan
kategori karakteristikkerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat
menyebabkan bahaya ( hazardous ). Hal inimenunjukkan bahwa karakteristik kerja
dapat digunakan untuk menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja
(context to work ) atau isi dari pekerjaan ( content of work ). Kondisi yang tak pasti
dari aspek kerja ini dapat menimbulkan stress dan berbahaya bagi kesehatan. Banyak
dari berbagai kejadian penyakit berhubungan dengan psikologi kesehatan danberisiko
terkena penyakit jantung. Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal
atauditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang
baik atau kurangmendapatkan perhatian.

B. Saran
Seorang perawat dapat berkerja dengan baik, dan mejaga kesehatan masing-
masing, agarterhindar dari berbagai macam hazard, seperti hazard psikososial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muslim. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tertusuk jarum pada

perawat. Kendal. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, Volume 3 No 2; 2013.

Aliva Kemala. (2018). Faktor psikososial lingkungan kerja (studi kasus) pada karyawan
pabrik

SSP PT. X. Jurnal Psikologi, Volume 11 No.1, Juni 2018.

Daniah dan Rizki Zulfikri Fauzi. (2016). Hubungan gejala stres kerja dengan bahaya
psikososial

pada pekerja pengumpul tol cabang Jagorawi di PT. JASA MARGA (PERSERO) TBK tahun

2016. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(2); September 2016.

Fathi, A., &Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their

workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary study. In IOP

conference series: Earth and Environmental science (Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP

Publishing.

Harrianto, R. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A.A.(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Jeyaratnam, J., & David, K. (2009). Buku ajar praktik kedokteran kerja. EGC: Jakarta.

Mochamad Afandi, Shanti K.A, dan Ade Sri Mariawati. (2015). Manajemen risiko K3

menggunakan pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk


Control)

guna mengidentifikasi potensi hazard. Jurnal UNTIRTA, Vol. 3 No. 2.

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs


Through

13
Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.

Sriningsih, N. & Marlina, E. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient

Safety) Pada Petugas Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 9(1) Karet.

Suzana Indragiri dan Triesda Yuttya. (2018). Manajemen risiko k3 menggunakan hazard

identification risk assessment and risk control (hirarc). Jurnal kesehatan, Vol.9 No.1 Tahun

2018.

Sriningsih, N. & Marlina, E. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient

Safety) Pada Petugas Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 9(1) Karet.

Yadi, H. Y. (2015). “Konsep rancangan alat ukur risiko ergonomi.” Journal Industrial
Services,

1(1), 1-4.

14

Anda mungkin juga menyukai