Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM 7

MAKALAH IDENTIFIKASI BAHAYA/ HAZARD


Mutu Pelayanan Kebidanan

Dosen Pengampu : Enny Fitriahadi, S.ST.,M.Kes

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS LJ2 / B4
EKA NUR AFNI ISMAIL 2110101273
SUSILAWATI 2110101276
AI RAHMAWATI DEWI 2110101278
SOFIA MALIKA 2110101283
ELZA LORENZA 2110101284
AAS WAHYUNI 2110101286

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

 Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah tugas mata kuliah
Mutu Pelayanan. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang K3RS bagi para
pembaca dan juga bagi tim penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Enny Fitriahadi, S.ST.,M.Kes selaku dosen pengampu
praktikum pada mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 20 Mei 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
DFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .........................................................................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN ...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................4
A. DEFINISI...................................................................................................................................4
B. TUJUAN IDENTIFIKASI BAHAYA......................................................................................................4
C. MACAM –MACAM HAZARD DIRUMAH SAKIT...............................................................5
D. BAHAYA KESEHATAN DAN DAMPAK HAZARD...........................................................................10
E. UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALISIR RESIKO DARI HAZARD.......................................12
F. CONTOH HAZARD DALAM KEBIDANAN........................................................................................12
G. HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA ...............................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................16
A. KESIMPULAN............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam

duniaindustri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan

kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua

sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatupendekatan pendekatan ilmiah

(scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatuterapan atau suatu program yang

mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatankerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu

terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerjasebagai suatu program didasari pendekatan

ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinyabahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya

penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainyayang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatupendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi

bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatanyang mungkin terjadi. (Rijanto, 2010).

Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang

tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap proses pelayanan kesehatan di

rumah sakit ada beberapa faktor penting pendukung pelayanan yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

Diantaranya meliputi pasien, tenaga kerja mesin, lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan, serta proses

pelayanan kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut juga dapat memberikan dampak positif maupun

dampak negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang berakhir

dengan timbulnya kerugian (Puslitbag IKM FK UGM, 2000).

Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan yang kompleks memberikan banyak pelayanan kesehatan

berupa kegiatan pelayanan rawat jalan pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat darurat yang mencakup

pelayanan medik dan penunjang medik. Masalah di rumah sakit dapat ditinjau dari jumlah dan karakteristik

layanan yang tersedia luas area yang diperlukan untuk menjalankan layanan jumlah dan ragam individu yang

terlibat dalam layanan juga termasuk peralatan dan teknologi yang digunakan. Potensi bahaya pada petugas

rumah sakit lebih besar risikonya bila dibandingkan dengan tenaga kerja pada umumya. Tenaga kerja rumah

sakit 2x lebih rentan terkena risiko bahaya kemungkinan keseleo, cidera infeksi dan penyakit yang berasal

dari parasit dermatitis hepatitis dan lainlain. Melihat perkembangan rumah sakit saat ini fasilitas pendukung

medis pun semakin berkembang sehingga potensi bahaya dan permasalahannya 2 pun semakin kompleks

sehingga perlu adanya proteksi bagi petugas kesehatan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan saat

1
2

melakukan aktivitas pekerkerjaan. Potensi bahaya yang timbul di rumah sakit selain penyakit-penyakit infeksi

juga ada potensi bahaya lainnya yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi rumah sakit yaitu kecelakaan ,

peledakan kebakaran kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cidera lainnya

seperti radiasi, bahan-bahan kimia berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonimik

(Kepmenkes 2010).

Potensi bahaya tersebut mengancam jiwa para pegawai di rumah sakit para pasien maupun para

pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit. Berbeda dengan tempat kerja laini bahaya potensial yang

terdapat di rumah sakit dapat mengenai bukan hanya pekerja saja tetapi juga komunitas bukan pekerja.

Berlangsungnya kegiatan terus-menerus selama 24 jam di rumah sakit menjadikan risiko gangguan kesehatan

menjadi lebih besar.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu

usaha.Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari

ituadalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia inimerupakan

kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidakdapat digantikan oleh

teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 jutapekerja menderita penyakit

akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliunUSD. Sedangkan di Indonesia

menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadilebih dari 300 ribu kecelakaan kerja,

5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari

kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yangaktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan

kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebihdari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan

kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).

Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja

danpenyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja.

Dengandilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat

dantenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan

produktivitasperusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan

produktivitasperusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Dengan demikian untuk mewujudkan K3

perludilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya

terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksuddengan

memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.


3

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
2. Apa definisi hazard?
3. Apa saja tujuan identifikasi bahaya (hazard)?
4. Apa saja macam-macam hazard dirumah sakit?
5. Bagaimana upaya mencegah dan meminimalisir resiko dari hazard?
6. Bagaimana upaya mencegah dan meminimalisisr resiko dari hazard?
7. Apa saja contoj hazard dalam kebidanan?
8. Bagaimana hirarki pengendalian resiko bahaya?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi hazard?
2. Untuk mengetahui tujuan identifikasi bahaya (hazard)?
3. Untuk mengetahui macam-macam hazard dirumah sakit?
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya mencegah dan meminimalisir resiko dari hazard?
5. Untuk mengetahui bagaimana upaya mencegah dan meminimalisisr resiko dari hazard?
6. Untuk mengetahui contoh hazard dalam kebidanan?
7. Untuk mengetahui bagaimana hirarki pengendalian resiko bahaya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Hazard merupakan semua sumber situasi ataupun aktifitas yang berpotensi

menimbukan cedera ,kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja

Risiko dapat didfinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang

berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada

suatu bahaya.

Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan accident atau incident.

Di berbagai lingkungan kerja dipastikan kita dapat menemukan hazard tersebut dengan melakukan

identifikasi HAZARD.

B. TUJUAN IDENTIFIKASI BAHAYA

Memantau resiko bahaya yang jarang diketahui atau resiko bahaya yang tidak dihiraukan dalam pekerjaan.

Menentukan tata cara penanggulangan atau kedali bahaya dan mengurangi resiko kecelakaan acuan dalam

menentukan APD (Alat Pelindung Diri) dan dasar pengajuan ke Manajemen Menurunkan angka kecelakaan

kerja dan meningkatkan produktifitas. Identifikasi bahaya yaitu suatu program kerja yang mengandung proses

pengenalan bahaya pada suatu pekerjaan, membuat identifikasi bahaya dan nilai dari resiko bahaya tersebut

kemudian melakukan pengendalian terhadap resiko bahaya yang telah teridentifikasi. Metode yang dapat

dilakukan untuk identifikasi bahaya adalah sebagai berikut :

1. Tentukan pekerjaan yang akan diperiksa potensi bahayanya

2. Pecahkan pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja

3. Tentukan tahap kerja kritis

4. Kenali sumber bahaya

5. Pengendalian

6. Pencatatan

7. Komukasikan

8. Tinjau Ulang

4
5

C. MACAM –MACAM HAZARD DIRUMAH SAKIT

Berikut merupakan penjelasan mengenai sistem pengendalian bahaya dan resiko rumah sakit yang

harus dilakukan di rumah sakit , Modul Pelatihan Dasar wajib Pengendalian Risiko Bahaya di Rumah

Sakit :

1. Risiko bahaya fisik

Bahaya fisik berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), dari penyakit

yang ringan akibat pajanan bising, sampai penyakit yang berat seperti kanker akibat pajanan radiasi

pengion. Jenis-jenis bahaya yang termasuk dalam golongan risiko bahaya fisik adalah sebagai

berikut.

a) Risiko bahaya mekanik

1) Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum terpeleset ataupun menabrak dinding

pintu kaca. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : penggunaan safety box limbah

tajam kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas pemasangan keramik anti licin pada

koridor dan lantai yang miring pemasangan rambu awas licin pemasangan kaca film dan

stiker pada dinding pintu kaca agar lebih kelihatan.

2) Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Seperti kita ketahui di rumah sakit

banyak digunakan kereta dorong untuk mengangkut pasien dan barang-barang logistik.

Resiko yang dapat muncul adalah pasien jatuh dari brankar tempat tidur, terjepit, tertabrak

kereta dorong dan lain-lain.

3) Resiko terjepit tertimbun dan tenggelam. Resiko ini dapat terjadi dimana saja meskipun
6

kejadiannya tidak terlalu sering. Hal-hal yang perlu diperhatikan terutama di ruang

perawatan anak dan ruang perawatan jiwa. Pastikan tidak ada pintui jendela atau fasilitas

lain yang memiliki resiko untuk terjepit tenggelam tersebut.

4) Resiko jatuh dari ketinggian yang sama; terpeleset tersandung dan lain-lain. Resiko ini

terutama pada lantai-lantai yang miring baik di koridor ramp atau batas lantai dengan

halaman. Pastikan area yang beresiko licin sudah ditandai dan jika perlu pasanglah handriil

atau pemasangan alat lantai anti licin serta rambu peringatan awas licin.

5) Jatuh dari ketinggian berbeda. Resiko ini pada ruang perawatan anak dan jiwa. Selain itu

perlu diperhatikan pada pekerjaan konstruksi bangunan atau pembersihan kaca pada posisi

yang cukup tinggi. Jika pekerjaan dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter sebaiknya

pekerja tersebut menggunakan sabuk keselamatan. Pada ruang perawatan anak dan jiwa

yang terletak di lantai atas pastikan jendela yang ada sudah terpasang teralis pengaman dan

anak-anak selalu dalam pengawasan orang dewasa saat bermain.

b) Risiko bahaya radiasi

1) Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy kedokteran nuklir, dan beberapa kamar

operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : pemasangan

rambu peringatan bahaya radiasi pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan

pemantauan paparan radiasi.

2) Bahaya radiasi non pengion adalah Radiasi elektromagnetik dengan energi yang tidak cukup

untuk ionisasi misal radiasi infra. Pengendalian resiko bahaya radiasi dilakukan untuk pekerja

radiasi peserta didik pengunjung dan pasien hamil. Pekerja radiasi harus sudah mendapatkan

informasi tentang resiko bahaya radiasi dan cara pengendaliannya. Selain APD yang baik

monitoring tingkat paparan radiasi dan kepatuhan petugas dalam pengendalian bahaya radiasi

merupakan hal yang penting. Sebagai indikator tingkat paparani semua pekerja radiasi harus

memakai personal dosimetri untuk mengukur tingkat paparan radiasi yang sudah diterima

sehingga dapat dipantau dan tingkat paparan tidak boleh melebihi ambang batas yang diijinkan.

Untuk pengunjung dan pasien hamil hendaknya setiap ruang pemerikasaan atau therapy radiasi

terpasang rambu peringatan Awas bahaya radiasi bila hamil harus melapor kepada petugas.
7

c) Risiko bahaya kebisingan

Risiko ini terdapat pada ruang boileri generator listrik dan ruang chiller. Pengendalian

yang harus dilakukan antara lain : substitusi peralatan melalui alat-alat baru dengan intensitas

kebisingan yang lebih rendah penggunaan pelindung telinga dan pemantauan tingkat kebisingan

secara berkala oleh sanitasi.

Berdasar peraturan menteri kesehatan RI no 1204 tahun 2004 tentang pengendalian

lingkungan fisik di rumah sakiti seluruh area pelayanan pasien harus dipantau dan dikendalikan

tingkat kebisingannya minimal 3 bulan sekali.

Di rumah sakit pemantauan ini sudah dilakukan oleh ISLRS dan hasil temuan yang tidak

memenuhi persyaratan di analisa dan dikendalikan bersama IPSRS dan Unit K3 serta dilaporkan

kepada Manajemen rumah sakit.

d) Risiko bahaya pencahayaan

Risiko bahaya pencahayaan adalah pencahayaan pada lingkungan kerja yang kurang

atau berlebih. Tingkat pencahayaan diseluruh area rumah sakit juga telah dipantau dan

dilaporkan seperti resiko bahaya kebisingan tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah

jika terjadi kerusakan lampu pastikan lampu pengganti setara tingkat pencahayaannya

dengan lampu sebelumnyai sehingga tidak terjadi perubahan dalam tingkat pencahayaan pada

area tersebut. ini seperti biasanya terjadi di kamar operasi dan laboratorium. Pengendalian yang

harus dilakukan adalah pemantauan tingkat pencahayaan secara berkala oleh sanitasi dan

hasil pemantauan dilaporkan ke petugas teknisi untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat

pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.

e) Risiko bahaya listrik

Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum. Pengendalian yang harus

dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi SNI serta

dilakukan pengecekan secara rutin baik fungsi dan kelayakan peralatan listrik di rumah sakit.
8

2. Risiko bahaya biologi

Risiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen dari pasien yang

ditularkan melalui darah cairan tubuh dan udara. Pengendalian yang harus dilakukan adalah

melalui sanitasi dan harus didukung dengan housekeeping yang baik dari seluruh karyawan

dan penghuni rumah sakit.

Bahaya biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari penyakit

yang ringan seperti flu biasa sampai HIV bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang

termasuk dalam golongan faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hep B/C,

HIV-AIDS), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis).

3. Risiko bahaya kimia

Bahan kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas spektrumnya,

dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal sampai yang berat seperti kelainan organ hati

dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi

janin yang dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian.

Resiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi:

a. Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi lingkungan dan peralatan di

rumah sakit seperti; mengepel lantai desinfeksi peralatan dan permukaan peralatan dan ruangan

dan lain- lain.

b. Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci permukaan kulit

pasien seperti alkohol iodine povidone dan lain-lain.

c. Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan peralatan lainnya.

d. Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

klinik dan patologi anatomi.

e. Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk pengobatan pasien.

f. Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan penunjang pengobatan

pasien seperti oksigen karbon dioxide nitrogen nitrit oxide nitrous oxide dan lain-lain.

Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan seluruh satuan

kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadaan B3 penyimpanan pelabelan

pengemasan ulang wrepacking pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.


9

a. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di

Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan ,Material Safety

Data Sheet  MSDS petugas yang mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan pengelolaan B3

serta mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.

b. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3 diletakkan diatas palet atau didalam

lemari B3 memiliki daftar B3 yang disimpan tersedia MSDS safety shower. APD sesuai resiko

bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan

Kecelakaan Kerja akibat B3.

c. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten untuk

memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan

tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.

d. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan serta kondisi

kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan teknis pengelolaan B3 jika

belum harus segera diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.

e. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus dibuang ke Tempat

Pengumpulan Sementara Limbah B3 ,TPS B3 untuk selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah

limbah B3.

Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan beracun. Pengendalian yang

harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3 ,Bahan Berbahaya dan Beracun

pelabelan standar penyimpanan standar penyiapan MSDS, Material Safety Data Sheet atau lembar

data keselamatan bahan penyiapan P3K serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3. Selain itu

pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

4. Risiko bahaya fisiologi

Risiko ini terdapat pada sebagian besar kegiatan di rumah sakit berupa kegiatan angkat dan

angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian antara peralatan kerja dan ukuran fisik pekerja. Risiko ini

misalnya terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien maupun barang. Selain itu pemilihan

sarana dan prasarana rumah sakit juga harus mempertimbangan faktor fisiologi terutama peralatan

yang dibeli dari negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran badan. Pengendalian yang
10

harus dilakukan yaitu melalui melakukan gerak tubuh secara rutin.

5. Risiko bahaya psikologi

Risiko bahaya psikologi dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa ketidakharmonisan

hubungan antar manusia didalam rumah sakit baik sesama staff, staff dengan pasien maupun staff

dengan pimpinan. Risiko psikologi akan memberikan pengaruh pada perilaku atau semangat kerja

petugas sehingga produktivitas akan menurun. Upaya pengendalian yang dilakukan untuk risiko ini

adalah dengan mengadakan pertemuan antar satuan kerjai antar staff dan pimpinan pada acara-acara

bersama yang bertujuan agar terjalin komunikasi dengan baik. Sehingga secara psikologi hal ini

berdampak baik pada proses pengakraban dengan harapan risiko bahaya psikologi dapat ditekan

seminimal mungkin.

D. BAHAYA KESEHATAN DAN DAMPAK HAZARD


Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan

atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi.

Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan

menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur.

Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat menyebabkan luka

(injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya

keselamatan antara lain:

a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanikb seperti tersayat, terjatuh, tertindih

dan terpeleset.

b. Bahaya Elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus listrik

c. Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable (mudah terbakar)

d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosive.


11

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit

akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain:

a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non- pengion, suhu ekstrim dan

pencahayaan

b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan seperti antiseptik, aerosol,

insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.

c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual handling dan postur

janggal.

d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja

yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat patogen.

e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak

nyaman

Berbagai potensi bahaya kesehatan dan kemungkinan dampaknya, antara lain:

b. Faktor mesin/peralatan cidera, kecelakaan kerja.

c. Fisiologik atau beban kerja : gangguan muskolusketal. low back pain, kelelahan.

d. Faktor fisik : noise induced hearing loss, gangguan neura vaskuler, efek radiasi

e. Faktor kimia intoksikasi, alergi, kanker.

f. Faktor biologik: infeksi, alergi 6. Faktor psikologik : Stress psikis, depresi, ketidakpuasan.

g. Faktor psikososial : Konflik, monotoni, kualitas kerja

H. UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALISIR RESIKO DARI HAZARD

Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang di tempat kerja

yaitu:

1. Pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman di tempat kerja.

2. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan pelatihan dan
12

pendidikan ,konseling dan konsultasi,pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja

tentang penerapan K3.

3. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen prosedur dan aturan K3, penyediaan

sarana dan prasarana K3 dan pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan K3 di tempat

kerja.

4. Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,terdiri dari pelayanan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitative yang di laksanakan dalam suatu sistem yang terpadu.

I. CONTOH HAZARD DALAM KEBIDANAN

Seorang bidan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari keselamatan kerja bidan sangat

diperhatikan, dimana bidan mendapatkan asuransi kerja untuk kesejahteraan. Dalam melakukan pengobatan

atau praktek terhadap pasien bidan diwajibkan memakai seragam , pelindung dan alat-alat yang aman untuk

menghindari segala resiko. Dan dalam instansi Rumah Sakit pun harus benar-benar memperhatikan segala

kebersihan maupun ketersediaan strellisaasi peralatan. Sebagai seorang bidan tentunya sangat tidak terlepas

dari hazard atau faktor resiko dalam tempat kerja seperti suhu udara, dari bahan kimia akan merusak sistem

organ tubuh, pasien dapat menularkan penyakit, peralatan yang tidak steril dan tanpa handscoon akan

berbahaya bagi kesehatan bidan, sedangkan dari sumber hazard atau faktor resikonya adalah dari suhu udara

apabila udara kotor dan berada di lingkungan berpenyakit tentu akan menyebabkan timbulnya penyakit pada

seorang bidan seperti biang keringat, sakit kepala, bersin, terserang influenza, berbagai penyakit menular dan

tidak menular, keram, kesemutan, cepat lelah, pekerjaan menjadi tidak berkonsentrasi.

J. HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA 

Menurut Department of Occupational Safety and Health Ministry Of Human Resources

Malaysia (2008) bahwa pengendalian terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-tindakan

yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan kerja dengan tahap- tahap

yang ada seperti Eliminasi, Subtitusi, Engineering control, Administratif control dan Alat Pelindung

Diri (APD). Tindakan pengendalian risiko ini digunakan untuk bahaya dengan risiko tinggi.

Resiko-resiko bahaya itu semua bisa kita kendalikan melalui 5 hirarki seperti berikut;

a. Eliminasi 

Hirarki teratas yakni eliminasi menghilangkan bahaya dikerjakan saat design tujuannya ialah

untuk menghilangkan kemungkinan kekeliruan manusia dalam menjalankan suatu sistem sebab
13

terdapatnya kekurangan pada design. Penghapusan bahaya adalah cara yang sangat efisien hingga

bukan hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam hindari resiko akan tetapi penghilangan benar-

benar pada bahaya tidak selamanya praktis serta ekonomis.

Misalnya: kemungkinan bahaya kimia karena proses reuse hollow fiber HD bisa di eliminasi

saat hollow fiber tak perlu reuse kembali atau single use.

b. Substitusi 

Cara pengendalian ini mempunyai tujuan untuk merubah bahan proses operasi atau perlengkapan

dari yang berbahaya jadi lebih tidak beresiko. Dengan pengendalian ini turunkan bahaya serta

kemungkinan minimal lewat disain sistem atau design lagi. Beberapa contoh aplikasi substitusi

contohnya: Sistem mekanisasi pada mesin untuk kurangi interaksi mesin- mesin beresiko dengan

operator memakai bahan pembersih kimia yang kurang beresiko kurangi kecepatan kapabilitas dan

arus listrik ganti bahan baku padat yang memunculkan debu jadi bahan yang cair atau basah.

c. Eksperimen with Enginering. 

Pengendalian ini dikerjakan mempunyai tujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja dan

untuk mencegah terjadinya kekeliruan manusia. Pengendalian ini terpasang pada suatu unit sistem

mesin atau perlengkapan. Beberapa contoh implementasi cara ini contoh ialah sistem tekanan

negatif pada ruangan perawatan air borne disease, pemakaian laminar airflow, pemasangan shield

sekat Pb pada pesawat fluoroscopy ,X-Rayhi dan sebagainya.

d. Administras

Kontrol administratif diperuntukkan pengendalian dari bagian orang yang akan melakukan

pekerjaan. Dengan dikendalikan cara kerja diharapkan orang akan mematuhi mempunyai potensi

serta ketrampilan cukup untuk merampungkan pekerjaan dengan aman. Jenis pengendalian ini

diantaranya seleksi karyawan terdapatnya standard operasional

Mekanisme ,SOP, pelatihan, pengawasan modifikasi prilaku agenda kerjai perputaran kerja

pemeliharaan manajemen pergantian agenda istirahat dan sebagainya.

e. Alat pelindung diri (APD) 

Penentuan serta pemakaian alat pelindung diri adalah merupakan perihal yang sekiranya efisien

dalam pengendalian bahaya. APD cuma dipakai oleh pekerja yang akan bertemu langsung dengan

kemungkinan bahaya dengan memerhatikan jarak serta waktu kontak dengan kemungkinan bahaya
14

itu. Makin jauh dengan kemungkinan bahaya jadi kemungkinan yang didapatkan makin kecil

begitupun makin singkat kontak dengan kemungkinan bahaya kemungkinan yang didapatkan ikut

makin kecil.

Pemakaian beberapa APD terkadang mempunyai dampak negatif pada pekerja seperti kurang bebas

dalam bekerja, terbatasnya komunikasi dengan pekerja lainnya, alergi pada APD spesifik dan

sebagainya. Beberpa pekerja yang kurang faham pada efek kemungkinan bahaya dari pekerjaan

yang dikerjakan terkadang kepatuhan dalam pemakaian APD ikut jadi rendah. APD reuse

memerlukan perawatan serta penyimpanan yang baik hingga kualitas perlindungan dari APD itu

tetap maksimal.
15

Tabel 1. Hirarki Pengendalian Resiko Bahaya


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cidera pada manusia kerusakan

pada alat lingkungan. Risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang/alat pada

suatu hazard (bahaya). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan atau kebidanan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentikasi,

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan/kebidanan pasien baik fisik, mental,

sosial, dan lingkungan. Pengkajian yang sistematis contoh hazard dan resiko bagi bidan/perawat saat

melakukan pengkajian

1. Pelecehan herbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.

2. Kekerasan isik pada bidan/perawat ketka melakukan pengkajian.

3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan bidan/perawat.

4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik.

5. Bidan/Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.

Upaya mencegah dan meminimalkan resiko dan hazard pada tahapan perencanaan meliputi

identiikasi sumber bahaya,  membuat peraturan, tujuan dan sasaran, indikator kinerja, program kerja.

Upaya mencegah dan meminimalkanresiko dan hazard pada tahapan implementasi : Implementasi

keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan

kreteria hasil yang di harapkan. Implementasi keperawatan membantu dalam aktifitas sehari-hari,

konseling, memberikan asuhan keperawatan langsung, kompensasi untun reaksi yang merugikan, teknik

tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk prosedur, mencapai tujuan perawatan

mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Y Indriani. 2016. Latar Belakang Rumah Sakit


,http:wweprints.ums.ac.idw49300w5wBAB%20I.pdfh  . 
Prasethya. 2017. Potensi Bahaya Dan Resiko Dirumah Sakit
,https:wwpelatihank3terbaru.wordpress.comw2017w10w16wpotensi-bahaya- dan-resiko-
di-rumah-sakitwh  .
Agus Suwarni. 2015. Bahaya Potensial Dirumah Sakit
,https:wwwww.academia.eduw14525066wBahaya_Potensial_di_Rumah_Sak  ith h  . 
Osha Asia. 2019. Hazard Kimia Di Rumah Sakit
,https:wwwww.safetyshoe.comwtagwhazard-kimia-di-rumah-sakitwh  . 
Ruwanto SST. 2016. Pengendalian Resiko Bahaya Di Rumah Sakit
,http:wwstandarmfk.blogspot.comw2016w10wpengendalian-resiko-bahaya-di- rumah.htmlh.
Kurniawidjaja, L. Meily. 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UIP
Pertiwi, Dk . 2019. Hazard Identification, risk assesment and risk control and the
application of risk mapping at Hospital of the Animal Prof. Soeparwi Universitas
Gadjah Mada. Volume 35 Nomor 2. Hal 55-64. BKM Journal of Community Medicine
and Public Health
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

17

Anda mungkin juga menyukai