DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS LJ2 / B4
EKA NUR AFNI ISMAIL 2110101273
SUSILAWATI 2110101276
AI RAHMAWATI DEWI 2110101278
SOFIA MALIKA 2110101283
ELZA LORENZA 2110101284
AAS WAHYUNI 2110101286
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah tugas mata kuliah
Mutu Pelayanan. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang K3RS bagi para
pembaca dan juga bagi tim penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Enny Fitriahadi, S.ST.,M.Kes selaku dosen pengampu
praktikum pada mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
DFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .........................................................................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN ...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................4
A. DEFINISI...................................................................................................................................4
B. TUJUAN IDENTIFIKASI BAHAYA......................................................................................................4
C. MACAM –MACAM HAZARD DIRUMAH SAKIT...............................................................5
D. BAHAYA KESEHATAN DAN DAMPAK HAZARD...........................................................................10
E. UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALISIR RESIKO DARI HAZARD.......................................12
F. CONTOH HAZARD DALAM KEBIDANAN........................................................................................12
G. HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA ...............................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................16
A. KESIMPULAN............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam
duniaindustri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan
kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua
sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatupendekatan pendekatan ilmiah
(scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatuterapan atau suatu program yang
mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatankerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu
terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerjasebagai suatu program didasari pendekatan
ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinyabahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainyayang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatupendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi
bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatanyang mungkin terjadi. (Rijanto, 2010).
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang
tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap proses pelayanan kesehatan di
rumah sakit ada beberapa faktor penting pendukung pelayanan yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Diantaranya meliputi pasien, tenaga kerja mesin, lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan, serta proses
pelayanan kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut juga dapat memberikan dampak positif maupun
dampak negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang berakhir
Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan yang kompleks memberikan banyak pelayanan kesehatan
berupa kegiatan pelayanan rawat jalan pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat darurat yang mencakup
pelayanan medik dan penunjang medik. Masalah di rumah sakit dapat ditinjau dari jumlah dan karakteristik
layanan yang tersedia luas area yang diperlukan untuk menjalankan layanan jumlah dan ragam individu yang
terlibat dalam layanan juga termasuk peralatan dan teknologi yang digunakan. Potensi bahaya pada petugas
rumah sakit lebih besar risikonya bila dibandingkan dengan tenaga kerja pada umumya. Tenaga kerja rumah
sakit 2x lebih rentan terkena risiko bahaya kemungkinan keseleo, cidera infeksi dan penyakit yang berasal
dari parasit dermatitis hepatitis dan lainlain. Melihat perkembangan rumah sakit saat ini fasilitas pendukung
medis pun semakin berkembang sehingga potensi bahaya dan permasalahannya 2 pun semakin kompleks
sehingga perlu adanya proteksi bagi petugas kesehatan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan saat
1
2
melakukan aktivitas pekerkerjaan. Potensi bahaya yang timbul di rumah sakit selain penyakit-penyakit infeksi
juga ada potensi bahaya lainnya yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi rumah sakit yaitu kecelakaan ,
peledakan kebakaran kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cidera lainnya
seperti radiasi, bahan-bahan kimia berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonimik
(Kepmenkes 2010).
Potensi bahaya tersebut mengancam jiwa para pegawai di rumah sakit para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit. Berbeda dengan tempat kerja laini bahaya potensial yang
terdapat di rumah sakit dapat mengenai bukan hanya pekerja saja tetapi juga komunitas bukan pekerja.
Berlangsungnya kegiatan terus-menerus selama 24 jam di rumah sakit menjadikan risiko gangguan kesehatan
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu
usaha.Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari
ituadalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia inimerupakan
kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidakdapat digantikan oleh
teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 jutapekerja menderita penyakit
akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliunUSD. Sedangkan di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadilebih dari 300 ribu kecelakaan kerja,
5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari
kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yangaktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan
kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebihdari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja
danpenyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja.
Dengandilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat
dantenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan
produktivitasperusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Dengan demikian untuk mewujudkan K3
perludilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya
terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksuddengan
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
2. Apa definisi hazard?
3. Apa saja tujuan identifikasi bahaya (hazard)?
4. Apa saja macam-macam hazard dirumah sakit?
5. Bagaimana upaya mencegah dan meminimalisir resiko dari hazard?
6. Bagaimana upaya mencegah dan meminimalisisr resiko dari hazard?
7. Apa saja contoj hazard dalam kebidanan?
8. Bagaimana hirarki pengendalian resiko bahaya?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi hazard?
2. Untuk mengetahui tujuan identifikasi bahaya (hazard)?
3. Untuk mengetahui macam-macam hazard dirumah sakit?
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya mencegah dan meminimalisir resiko dari hazard?
5. Untuk mengetahui bagaimana upaya mencegah dan meminimalisisr resiko dari hazard?
6. Untuk mengetahui contoh hazard dalam kebidanan?
7. Untuk mengetahui bagaimana hirarki pengendalian resiko bahaya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hazard merupakan semua sumber situasi ataupun aktifitas yang berpotensi
Risiko dapat didfinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada
suatu bahaya.
Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan accident atau incident.
Di berbagai lingkungan kerja dipastikan kita dapat menemukan hazard tersebut dengan melakukan
identifikasi HAZARD.
Memantau resiko bahaya yang jarang diketahui atau resiko bahaya yang tidak dihiraukan dalam pekerjaan.
Menentukan tata cara penanggulangan atau kedali bahaya dan mengurangi resiko kecelakaan acuan dalam
menentukan APD (Alat Pelindung Diri) dan dasar pengajuan ke Manajemen Menurunkan angka kecelakaan
kerja dan meningkatkan produktifitas. Identifikasi bahaya yaitu suatu program kerja yang mengandung proses
pengenalan bahaya pada suatu pekerjaan, membuat identifikasi bahaya dan nilai dari resiko bahaya tersebut
kemudian melakukan pengendalian terhadap resiko bahaya yang telah teridentifikasi. Metode yang dapat
5. Pengendalian
6. Pencatatan
7. Komukasikan
8. Tinjau Ulang
4
5
Berikut merupakan penjelasan mengenai sistem pengendalian bahaya dan resiko rumah sakit yang
harus dilakukan di rumah sakit , Modul Pelatihan Dasar wajib Pengendalian Risiko Bahaya di Rumah
Sakit :
Bahaya fisik berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), dari penyakit
yang ringan akibat pajanan bising, sampai penyakit yang berat seperti kanker akibat pajanan radiasi
pengion. Jenis-jenis bahaya yang termasuk dalam golongan risiko bahaya fisik adalah sebagai
berikut.
1) Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum terpeleset ataupun menabrak dinding
pintu kaca. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : penggunaan safety box limbah
tajam kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas pemasangan keramik anti licin pada
koridor dan lantai yang miring pemasangan rambu awas licin pemasangan kaca film dan
2) Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Seperti kita ketahui di rumah sakit
banyak digunakan kereta dorong untuk mengangkut pasien dan barang-barang logistik.
Resiko yang dapat muncul adalah pasien jatuh dari brankar tempat tidur, terjepit, tertabrak
3) Resiko terjepit tertimbun dan tenggelam. Resiko ini dapat terjadi dimana saja meskipun
6
kejadiannya tidak terlalu sering. Hal-hal yang perlu diperhatikan terutama di ruang
perawatan anak dan ruang perawatan jiwa. Pastikan tidak ada pintui jendela atau fasilitas
4) Resiko jatuh dari ketinggian yang sama; terpeleset tersandung dan lain-lain. Resiko ini
terutama pada lantai-lantai yang miring baik di koridor ramp atau batas lantai dengan
halaman. Pastikan area yang beresiko licin sudah ditandai dan jika perlu pasanglah handriil
atau pemasangan alat lantai anti licin serta rambu peringatan awas licin.
5) Jatuh dari ketinggian berbeda. Resiko ini pada ruang perawatan anak dan jiwa. Selain itu
perlu diperhatikan pada pekerjaan konstruksi bangunan atau pembersihan kaca pada posisi
yang cukup tinggi. Jika pekerjaan dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter sebaiknya
pekerja tersebut menggunakan sabuk keselamatan. Pada ruang perawatan anak dan jiwa
yang terletak di lantai atas pastikan jendela yang ada sudah terpasang teralis pengaman dan
1) Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy kedokteran nuklir, dan beberapa kamar
operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : pemasangan
rambu peringatan bahaya radiasi pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan
2) Bahaya radiasi non pengion adalah Radiasi elektromagnetik dengan energi yang tidak cukup
untuk ionisasi misal radiasi infra. Pengendalian resiko bahaya radiasi dilakukan untuk pekerja
radiasi peserta didik pengunjung dan pasien hamil. Pekerja radiasi harus sudah mendapatkan
informasi tentang resiko bahaya radiasi dan cara pengendaliannya. Selain APD yang baik
monitoring tingkat paparan radiasi dan kepatuhan petugas dalam pengendalian bahaya radiasi
merupakan hal yang penting. Sebagai indikator tingkat paparani semua pekerja radiasi harus
memakai personal dosimetri untuk mengukur tingkat paparan radiasi yang sudah diterima
sehingga dapat dipantau dan tingkat paparan tidak boleh melebihi ambang batas yang diijinkan.
Untuk pengunjung dan pasien hamil hendaknya setiap ruang pemerikasaan atau therapy radiasi
terpasang rambu peringatan Awas bahaya radiasi bila hamil harus melapor kepada petugas.
7
Risiko ini terdapat pada ruang boileri generator listrik dan ruang chiller. Pengendalian
yang harus dilakukan antara lain : substitusi peralatan melalui alat-alat baru dengan intensitas
kebisingan yang lebih rendah penggunaan pelindung telinga dan pemantauan tingkat kebisingan
lingkungan fisik di rumah sakiti seluruh area pelayanan pasien harus dipantau dan dikendalikan
Di rumah sakit pemantauan ini sudah dilakukan oleh ISLRS dan hasil temuan yang tidak
memenuhi persyaratan di analisa dan dikendalikan bersama IPSRS dan Unit K3 serta dilaporkan
Risiko bahaya pencahayaan adalah pencahayaan pada lingkungan kerja yang kurang
atau berlebih. Tingkat pencahayaan diseluruh area rumah sakit juga telah dipantau dan
dilaporkan seperti resiko bahaya kebisingan tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah
jika terjadi kerusakan lampu pastikan lampu pengganti setara tingkat pencahayaannya
dengan lampu sebelumnyai sehingga tidak terjadi perubahan dalam tingkat pencahayaan pada
area tersebut. ini seperti biasanya terjadi di kamar operasi dan laboratorium. Pengendalian yang
harus dilakukan adalah pemantauan tingkat pencahayaan secara berkala oleh sanitasi dan
hasil pemantauan dilaporkan ke petugas teknisi untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat
Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum. Pengendalian yang harus
dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi SNI serta
dilakukan pengecekan secara rutin baik fungsi dan kelayakan peralatan listrik di rumah sakit.
8
Risiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen dari pasien yang
ditularkan melalui darah cairan tubuh dan udara. Pengendalian yang harus dilakukan adalah
melalui sanitasi dan harus didukung dengan housekeeping yang baik dari seluruh karyawan
Bahaya biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari penyakit
yang ringan seperti flu biasa sampai HIV bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang
termasuk dalam golongan faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hep B/C,
Bahan kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas spektrumnya,
dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal sampai yang berat seperti kelainan organ hati
dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi
janin yang dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian.
Resiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi:
a. Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi lingkungan dan peralatan di
rumah sakit seperti; mengepel lantai desinfeksi peralatan dan permukaan peralatan dan ruangan
b. Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci permukaan kulit
c. Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan peralatan lainnya.
d. Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
f. Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan penunjang pengobatan
pasien seperti oksigen karbon dioxide nitrogen nitrit oxide nitrous oxide dan lain-lain.
Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan seluruh satuan
a. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan ,Material Safety
Data Sheet MSDS petugas yang mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan pengelolaan B3
b. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3 diletakkan diatas palet atau didalam
lemari B3 memiliki daftar B3 yang disimpan tersedia MSDS safety shower. APD sesuai resiko
bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan
c. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten untuk
memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan
d. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan serta kondisi
kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan teknis pengelolaan B3 jika
e. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus dibuang ke Tempat
limbah B3.
Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan beracun. Pengendalian yang
harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3 ,Bahan Berbahaya dan Beracun
pelabelan standar penyimpanan standar penyiapan MSDS, Material Safety Data Sheet atau lembar
data keselamatan bahan penyiapan P3K serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3. Selain itu
pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke
Risiko ini terdapat pada sebagian besar kegiatan di rumah sakit berupa kegiatan angkat dan
angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian antara peralatan kerja dan ukuran fisik pekerja. Risiko ini
misalnya terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien maupun barang. Selain itu pemilihan
sarana dan prasarana rumah sakit juga harus mempertimbangan faktor fisiologi terutama peralatan
yang dibeli dari negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran badan. Pengendalian yang
10
Risiko bahaya psikologi dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa ketidakharmonisan
hubungan antar manusia didalam rumah sakit baik sesama staff, staff dengan pasien maupun staff
dengan pimpinan. Risiko psikologi akan memberikan pengaruh pada perilaku atau semangat kerja
petugas sehingga produktivitas akan menurun. Upaya pengendalian yang dilakukan untuk risiko ini
adalah dengan mengadakan pertemuan antar satuan kerjai antar staff dan pimpinan pada acara-acara
bersama yang bertujuan agar terjalin komunikasi dengan baik. Sehingga secara psikologi hal ini
berdampak baik pada proses pengakraban dengan harapan risiko bahaya psikologi dapat ditekan
seminimal mungkin.
atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi.
Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat menyebabkan luka
(injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanikb seperti tersayat, terjatuh, tertindih
dan terpeleset.
c. Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable (mudah terbakar)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit
akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain:
a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non- pengion, suhu ekstrim dan
pencahayaan
b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan seperti antiseptik, aerosol,
c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual handling dan postur
janggal.
d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja
yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat patogen.
e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak
nyaman
c. Fisiologik atau beban kerja : gangguan muskolusketal. low back pain, kelelahan.
d. Faktor fisik : noise induced hearing loss, gangguan neura vaskuler, efek radiasi
f. Faktor biologik: infeksi, alergi 6. Faktor psikologik : Stress psikis, depresi, ketidakpuasan.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang di tempat kerja
yaitu:
2. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan pelatihan dan
12
pendidikan ,konseling dan konsultasi,pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja
3. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen prosedur dan aturan K3, penyediaan
sarana dan prasarana K3 dan pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan K3 di tempat
kerja.
4. Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,terdiri dari pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative yang di laksanakan dalam suatu sistem yang terpadu.
Seorang bidan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari keselamatan kerja bidan sangat
diperhatikan, dimana bidan mendapatkan asuransi kerja untuk kesejahteraan. Dalam melakukan pengobatan
atau praktek terhadap pasien bidan diwajibkan memakai seragam , pelindung dan alat-alat yang aman untuk
menghindari segala resiko. Dan dalam instansi Rumah Sakit pun harus benar-benar memperhatikan segala
kebersihan maupun ketersediaan strellisaasi peralatan. Sebagai seorang bidan tentunya sangat tidak terlepas
dari hazard atau faktor resiko dalam tempat kerja seperti suhu udara, dari bahan kimia akan merusak sistem
organ tubuh, pasien dapat menularkan penyakit, peralatan yang tidak steril dan tanpa handscoon akan
berbahaya bagi kesehatan bidan, sedangkan dari sumber hazard atau faktor resikonya adalah dari suhu udara
apabila udara kotor dan berada di lingkungan berpenyakit tentu akan menyebabkan timbulnya penyakit pada
seorang bidan seperti biang keringat, sakit kepala, bersin, terserang influenza, berbagai penyakit menular dan
tidak menular, keram, kesemutan, cepat lelah, pekerjaan menjadi tidak berkonsentrasi.
Malaysia (2008) bahwa pengendalian terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-tindakan
yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan kerja dengan tahap- tahap
yang ada seperti Eliminasi, Subtitusi, Engineering control, Administratif control dan Alat Pelindung
Diri (APD). Tindakan pengendalian risiko ini digunakan untuk bahaya dengan risiko tinggi.
Resiko-resiko bahaya itu semua bisa kita kendalikan melalui 5 hirarki seperti berikut;
a. Eliminasi
Hirarki teratas yakni eliminasi menghilangkan bahaya dikerjakan saat design tujuannya ialah
untuk menghilangkan kemungkinan kekeliruan manusia dalam menjalankan suatu sistem sebab
13
terdapatnya kekurangan pada design. Penghapusan bahaya adalah cara yang sangat efisien hingga
bukan hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam hindari resiko akan tetapi penghilangan benar-
Misalnya: kemungkinan bahaya kimia karena proses reuse hollow fiber HD bisa di eliminasi
saat hollow fiber tak perlu reuse kembali atau single use.
b. Substitusi
Cara pengendalian ini mempunyai tujuan untuk merubah bahan proses operasi atau perlengkapan
dari yang berbahaya jadi lebih tidak beresiko. Dengan pengendalian ini turunkan bahaya serta
kemungkinan minimal lewat disain sistem atau design lagi. Beberapa contoh aplikasi substitusi
contohnya: Sistem mekanisasi pada mesin untuk kurangi interaksi mesin- mesin beresiko dengan
operator memakai bahan pembersih kimia yang kurang beresiko kurangi kecepatan kapabilitas dan
arus listrik ganti bahan baku padat yang memunculkan debu jadi bahan yang cair atau basah.
Pengendalian ini dikerjakan mempunyai tujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja dan
untuk mencegah terjadinya kekeliruan manusia. Pengendalian ini terpasang pada suatu unit sistem
mesin atau perlengkapan. Beberapa contoh implementasi cara ini contoh ialah sistem tekanan
negatif pada ruangan perawatan air borne disease, pemakaian laminar airflow, pemasangan shield
d. Administras
Kontrol administratif diperuntukkan pengendalian dari bagian orang yang akan melakukan
pekerjaan. Dengan dikendalikan cara kerja diharapkan orang akan mematuhi mempunyai potensi
serta ketrampilan cukup untuk merampungkan pekerjaan dengan aman. Jenis pengendalian ini
Mekanisme ,SOP, pelatihan, pengawasan modifikasi prilaku agenda kerjai perputaran kerja
Penentuan serta pemakaian alat pelindung diri adalah merupakan perihal yang sekiranya efisien
dalam pengendalian bahaya. APD cuma dipakai oleh pekerja yang akan bertemu langsung dengan
kemungkinan bahaya dengan memerhatikan jarak serta waktu kontak dengan kemungkinan bahaya
14
itu. Makin jauh dengan kemungkinan bahaya jadi kemungkinan yang didapatkan makin kecil
begitupun makin singkat kontak dengan kemungkinan bahaya kemungkinan yang didapatkan ikut
makin kecil.
Pemakaian beberapa APD terkadang mempunyai dampak negatif pada pekerja seperti kurang bebas
dalam bekerja, terbatasnya komunikasi dengan pekerja lainnya, alergi pada APD spesifik dan
sebagainya. Beberpa pekerja yang kurang faham pada efek kemungkinan bahaya dari pekerjaan
yang dikerjakan terkadang kepatuhan dalam pemakaian APD ikut jadi rendah. APD reuse
memerlukan perawatan serta penyimpanan yang baik hingga kualitas perlindungan dari APD itu
tetap maksimal.
15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cidera pada manusia kerusakan
pada alat lingkungan. Risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang/alat pada
suatu hazard (bahaya). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan atau kebidanan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan/kebidanan pasien baik fisik, mental,
sosial, dan lingkungan. Pengkajian yang sistematis contoh hazard dan resiko bagi bidan/perawat saat
melakukan pengkajian
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan bidan/perawat.
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik.
Upaya mencegah dan meminimalkan resiko dan hazard pada tahapan perencanaan meliputi
identiikasi sumber bahaya, membuat peraturan, tujuan dan sasaran, indikator kinerja, program kerja.
Upaya mencegah dan meminimalkanresiko dan hazard pada tahapan implementasi : Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kreteria hasil yang di harapkan. Implementasi keperawatan membantu dalam aktifitas sehari-hari,
konseling, memberikan asuhan keperawatan langsung, kompensasi untun reaksi yang merugikan, teknik
tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk prosedur, mencapai tujuan perawatan
16
DAFTAR PUSTAKA
17