Anda di halaman 1dari 23

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DALAM KEPERAWATAN

Nama Dosen : Melisa Frisilia, S.Pd.,M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok VII

1. Lara Sinta 2019.C.11a.1047


2. Liyana Puspa Cristiana 2019.C.11a.1049
3. Mantili 2019.C.11a.1050
4. Sri Devi 2019.C.11a.1064
5. Yapan Harianto 2019.C.11a.1070

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Dalam
Keperawatan. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan (K3).

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik dosen yang membimbing kami,
teman-teman yang membantu maupun sumber-sumber yang kami gunakan dalam menyusun
makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami mohon maaf apabila ada kesalahan kata maupun kekurangan dalam penyusunannya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palangka Raya, 2 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………………………..

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….

1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………….

1.3 TUJUAN……………………………………………………………………………………

1.3.1 TUJUAN UTAMA ………………………………………………………………

1.3.2 TUJUAN KHUSUS……………………………………………………………..

1.4 MANFAAT PENULISAN…………………………………………………………………

BAB 2. PEMBAHASAN………………………………………………………………………….

BAB 3. PENUTUP…………………………………………………………………………………

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………

3.2 SARAN………………………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan
dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani
pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang
dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu
seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku perawat.

Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat
keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator,
komunikator dan pendidik.

Dalam pelaksanaan tugas sebagai seorang perawat, perawat tidak boleh lupa pada Konsep
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-
undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam


bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?


b. Apa tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Utama

Untuk memberikan informasi kepada pembaca agar lebih mengerti tentang risiko
kecelakaan yang diakibatkan kerja dan dapat mengurangi korban kecelakaan kerja
guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

1.3.2 Tujuan Khusus


Memberikan informasi dan penjelasan mengenai pencegahan penyakit akibat kerja
dalam keperawatan sehingga dapat tercapainya keamananan dan keselamatan selama
prosedur kerja dalam keperawatan dilakukan, baik kepada tim kesehatan, pasien,
maupun keluarga dan lingkungan kesehatan.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat pembuatan makalah ini yaitu:


1. Bagi penulis manfaatnya yaitu menambah wawasan serta dapat
memahami tentang Pencegahan Penyakit Akibat kerja Dalam
Keperawatan, Peran Kerja Tim Untuk Keselamatan Pasien dan Peran
Pasien dan Keluarga Sebagai Partner di Pelayanan kesehatan untuk
mencegah Terjadinya Bahaya dan Adverse Events.
2. Bagi pembaca, manfaat dibuatnya makalah ini adalah diharapkan dapat
digunakan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang
Pencegahan Penyakit Akibat kerja Dalam Keperawatan, Peran Kerja
Tim Untuk Keselamatan Pasien dan Peran Pasien dan Keluarga Sebagai
Partner di Pelayanan kesehatan untuk mencegah Terjadinya Bahaya dan
Adverse Events

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pencegahan Penyakit Akibat kerja Dalam Keperawatan

Penyakit penyakit akibat kerja di rumah sakit – Rumah Sakit adalah satu unit
service layanan kesehatan pada penduduk. Agar bisa mendapatkan kelebihan serta daya
saing maka rumah sakit harus mendapatkan perhatian khusus dalam peningkatan mutu
layanannya dengan profesional pada customer, yaitu pasien yang dirawat atau rawat
jalan. Rumah sakit dalam kaca mata publik adalah unit service fungsional sebagai unit
dalam service penyuluhan, mencegah serta perlakuan beberapa kasus segala jenis
penyakit.

Penyakit karena kerja bisa menyerang semua tenaga kerja di dalam rumah sakit,
baik tenaga medis ataupun non medis karena pajanan biologi, kimia serta fisik di
lingkungan kerja rumah sakit tersebut. Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya
beberapa orang sakit ataupun sehat, atau anggota penduduk baik petugas ataupun
pengunjung, pasien yang mendapatkan perawatan di dalam rumah sakit dengan beberapa
jenis penyakit menyebar.

Hal ini membuat rumah sakit adalah tempat kerja yang mempunyai kemungkinan
pada masalah kesehatan serta kecelakaan kerja bagi petugas. Beberapa jenis penyakit
yang ada di lingkungan rumah sakit sangat mungkin membuat rumah sakit jadi tempat
penyebaran penyakit infeksi baik buat pasien, tenaga kerja ataupun pengunjung. Petugas
di lingkungan rumah sakit begitu berdampak dengan kontak langsung pada agent
penyakit menyebar lewat darah, sputum, jarum suntuk dan sebagainya.

Persepsi publik berasumsi jika rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang bersih
serta sehat, hingga tenaga kerja yang berada di lingkungan rumah sakit tak kan terkena
penyakit. Namun, bila kita memandang jika rumah sakit adalah industri service kesehatan
yang banyak didatangi penduduk setiap hari bahkan juga pada unit service spesifik yang
memakai tenaga kerja shift tetap ada selama 24 jam, seharusnya usaha kesehatan serta
keselamatan kerja di dalam rumah sakit bukan adalah hal yang tabu agar bisa
diaplikasikan.

Hal ini sangat berguna bagi tenaga kerja yang berada di lingkungan rumah sakit
menjadi usaha perlindungan dari kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja.
Pengendalian Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam rumah sakit harus bisa jadi
perhatian khusus supaya tenaga kerja dapat melakukan peranan serta fungsinya dengan
baik. Perihal ini ikut jadi begitu kompleks sebab terdapatnya pembagian pekerjaan
beragam macam profesi yang kerja di lingkungan rumah sakit, serta masing-masing
profesi akan mempunyai etika serta budaya kerja yang berbeda-beda. Keadaan seperti ini
yang membuat manajemen SDM di lingkungan rumah sakit penuh rintangan.

Oleh karenanya bila tenaga kerja di lingkungan rumah sakit terpapar dengan
penyakit karena kerja, maka akan ada hal-hal yang akan terganggu dalam efektif serta
manfaat tenaga kerja di dalam rumah sakit. Sama dengan referensi ILO dalam kewajiban
tiap-tiap masyarakat negara agar bisa melakukan serta mengevaluasi kebijaksanaan
nasional dalam aplikasi kesehatan serta keselamatan kerja di lingkungan kerja, mengingat
rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang mempunyai banyak tenaga kerja baik medis
ataupun non medis yang berefek alami kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja.

Tenaga kerja dalam UU No. 14 memiliki hak mendapatkan perlindungan atas


kesehatan, keselamatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja dan perlakuan yang sama
dengan martabat manusia serta kepribadian agama. Dalam perihal ini, instansi
memerlukan usaha perlindungan kesehatan serta keselamatan kerja buat petugas di
lingkungan rumah sakit.

2.1.1 Pemicu Penyakit Karena Kerja

Penyakit karena kerja adalah seuatu kendala pada tingkat keamanan dalam kerja,
dalam perihal ini memerlukan usaha pencegahan, baik untuk keselamatan ataupun
kesehatan beberapa pekerja yang berada di lingkungan rumah sakit. Penyakit karena kerja
atau terkait dengan pekerjaan bisa dikarenakan oleh pemajanan di lingkungan kerja
dengan terus menerus setiap hari.
Untuk menghadapi hal ini, maka langkah awal yang terpenting ialah
pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat muncul serta dievaluasi, lalu dikerjakan usaha
pengendalian lewat cara melihat serta mengenal (walk through inspections).

Dalam lingkungan kerja seseorang bisa terganggu kesehatannya,baik karena


aspek fisik, kimia, biologis, ergonomis maupun faktor mental psikologis. Di bawah ini
adalah contoh penyakit karena kerja yang disebut pemicu dari lingkungan kerja:

a. Aspek fisik

1. Suara tinggi yang bising melalui ambang batas normal bias mengakibatkan
ketulian.
2. Temperatur tinggi bisa mengakibatkan hyperpireksi, heat cramp, heatstres.
3. Radiasi sinar elektromagnetik, radioaktif bisa mengakibatkan katarak, tumor dan
sebagainya.
4. Desakan udara yang tinggi bisa mengakibatkan coison disease
5. Getaran bisa mengakibatkan gangguan proses metabolism polineurutis, masalah
syaraf.
6. Penerangan yang kurang bisa mengakibatkan kerusakan pandangan.

b. Aspek Kimia
1. Beberapa bahan kimia yang masuk lewat aliran pernapasan yang bisa membuat
resikonya alergi, iritasi, korosif, asphyxia.
2. Debu yang bisa menyebabkan pneumoconioses dan sebagainya
3. Uap serta gas beracun yang bisa mengakibatkan keracunan

c. Aspek Biologis
Seperti bakteri, viral diseases, parasitic diseases dan sebagainya

d. Aspek Ergonomis (interaksi manusia dengan benda sekitarnya ketika bekerja)


1. Tempat kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, langkah kerja yang salah,
konstruksi yang salah hingga bisa mempunyai dampak kelelahan pada tubuh.
2. Angkat beban yang berat.
3. Tempat statis.
4. Tempat membungkuk yang tidak ergonomis

E. Aspek Mental Psikologis

1. Jalinan kerja, organisasi kerja, komunikasi social.


2. Beban kerja mental keadaan penyakita pasien.
3. Kerja shift.

Penyakit karena kerja serta kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan serta non
kesehatan di lingkungan rumah sakit belumlah terselesaikan dengan baik, hingga
berlangsung kecenderungan penambahan prevalensi. Dalam hal ini perlu mendapatkan
perhatian, sebab seseorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit karena
kerja tidak hanya punya pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut produktifitas kerja
mengalami penurunan dalam pemberian service kesehatan yang optimal pada pasien.

Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja
biasanya dikarenakan oleh perilaku petugas dalam kepatuhan melakukan tiap-tiap
mekanisme pada kewaspadaan. Melihat hal diatas tentu saja kita perlu mengerti jika
dalam cakupan pekerjaan di bagian kesehatan memiliki banyak resiko pada kesehatan
pekerja.

2.1.2 Usaha Pencegahan serta Pengendalian

Supaya tenaga kerja di lingkungan rumah sakit masih efektif serta produktif dalam
melakukan pekerjaan serta tanggung jawabnya dan tidak mengalami penyakit karena
kerja jadi tindakan untuk menghadapi hal itu memerlukan penerapan manajemen
kesehatan serta keselamatan kerja di dalam rumah sakit. Manajemen kesehatan serta
keselamatan kerja rumah sakit menyertakan semua unsure manajemen, karyawan serta
lingkungan kerja yang terintegrasi menjadi usaha pencegahan serta kurangi kecelakaan
kerja serta penyakit karena kerja di lingkungan rumah sakit yang mempunyai tujuan ialah
membuat tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran paparan lingkungan
kerja, yang selanjutnya bisa meningkatkan efesiensi serta produktifitas kerja.
Langkah awal yang peting ialah usaha pengendalian di lingkungan kerja rumah sakit
diantaranya kesehatan kerja buat karyawan, sanitasi lingkungan rumah sakit, pengamanan
pasien, pengunjung ataupun petugas rumah sakit dan sebagainya. Upaya-upaya yang bias
dikerjakan untuk kurangi serta menghindari kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja
ialah seperti berikut:

1. Lakukan substitusi pengenalan lingkungan kerja lewat cara lihat serta mengetahui
potensi bahaya di lingkungan kerja. Mengganti perlengkapan kerja yang tidak
wajar gunakan.
2. Pelajari lingkungan kerja dalam perihal ini menilai karakter serta besarnya
potensi-potensi bahaya yang mungkin muncul hingga dengan mudah bisa
mengutamakan dalam menangani permasalahan yang lebih potensial.
3. Lakukan pengendalian lingkungan kerja lewat cara teknologi pengendalian.
4. Pengendalian administratif dengan memperingatkan pekerja agar bias memakai
alat pelindung diri yang benar dan baik, membuat rambu-rambu bahaya
dilingkungan kerja yang punya potensi bahaya.
5. Kontrol kesehatan pekerja dengan berkala untuk mencari aspek pemicu serta
upaya penyembuhan.
6. Pendidikan serta penyuluhan kesehatan serta keselamatan kerja buat pekerja di
lingkungan rumah sakit.
7. Pengendalian fisik lingkungan kerja, mengidentifikasi suhu, kelembapan,
pencahayaan, getaran, kebisingan, pengendalian sistem ventilasi dan sebagainya.
8. Lakukan pengawasan serta monitoring dengan berkala pada lingkungan kerja
rumah sakit.
9. Substitusi berbahan kimia, alat kerja serta mekanisme kerja.

2.2 Peran Kerja Tim Untuk Keselamatan Pasien

2.2.1 Pengertian Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama Tim (teamwork)


Tim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perkumpulan dari
beberapa orang yang membentuk suatu kelompok. Sebuah literatur organisasi
mendefinisikan sebuah tim merupakan kumpulan individu yang saling ketergantungan
pada tugas, tujuan, setelan, campuran profesi di tim (Canadian Health Services Research
Foundation., 2006).  Dalam suatu tim, terdapat suatu hubungan kerjasama dari masing-
masing anggota dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu keberhasilan atau
suatu tujuan yang telah diciptakan dan disetujui bersama.

2.2.2 Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Suatu Kerjasama Tim yang
Efektif
Menurut O’Daniel, komponen kerjasama tim yang efektif, yaitu :
1. Komunikasiterbuka.
2. Lingkungan yang leluasa
3. Memiliki tujuan yang jelas
4. Peran dan tugas yang jelas bagi angota-anggota tim
5. Saling menghormati
6. Berbagi tanggung jawab demi kesuksesan tim
7. Keseimbangan patisipasi setiap anggota dalam mengemban tugas
8. Pengakuan dan pengolahan konflik
9. Spesifikasi yang jelas mengenai wewenang dan akuntabilitas
10. Mengetahui secara jelas prosedur pengambilan keputusan
11. Berkomunikasi dan berbagi informasi secara teratur dan rutin
12. Lingkungan yang mendukung (termasuk akses ke sumber daya yang dibutuhkan)
13. Mekanisme untuk mengevaluasi hasil dan menyesuaikan sesuai peraturan yang
berlaku.

2.2.3 Pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan


Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab
bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam pemberian (penyediaan) asuhan
pasien (ANA, 1992 dalam Kozier, Fundamental Keperawatan). Kolaborasi kesehatan
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperkuat hubungan diantara profesi
kesehatan yang berbeda. Kolaborasi tim kesehatan terdiri dari berbagai profesi
kesehatan seperti dokter, perawat, psikiater, ahli gizi, farmasi, pendidik di bidang
kesehatan, dan pekerja sosial. Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah
memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat,
serta di tempat yang tepat.
Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan komunikasi
yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, dan proses pembuatan keputusan (Kozier,
2010). Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan konsep hubungan
kerjasama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi
pada pelayanan kesehatan untuk pasien.

2.2.3 Model-model/ Jenis Kolaborasi Tim Kesehatan


Berikut merupakan bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan, diantaranya:
1. Fully Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab dan
kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.
2. Partially Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung jawab yang
berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama
3. Joint Program Office
Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki hubungan
pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4. Joint Partnership with Affiliated Programming
Kerja sama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan
antara satu dan lainnya.
5. Joint Partnership for Issue Advocacy
Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan jangka
pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

Menurut Family Health Teams (2005), terdapat 12 jenis kolaborasi tim, yaitu :
1) Perawatan reproduktif primer (misalnya, pre-natal, kebidanan, pasca persalinan,
dan perawatan bayi baru lahir)
2) Perawatan kesehatan mental primer
3) Perawatan paliatif primerin-Home/fasilitas penggunaan yang mendukung
pelayanan
4) Pelayanan koordinasi/care navigation
5) Pendidikan pasien dan pencegahan
6) Pre-natal, kebidanan, pasca melahirkan, dan perawatan bayi baru lahir
7) Program penanganan penyakit kronis – diabetes, penyakit jantung, obesitas,
arthritis, asma, dan depresi
8) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
9) Kesehatan ibu/anak
10) Kesehatan kerja
11) Kesehatan lansia
12) Pengobatan kecanduan
13) Pelayanan rehabilitas; dan pengasuhan.

2.2.4 Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan


1. Patient-centered  Care
Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien. Pasien dan
keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya.
2. Recognition of patient-physician relationship
Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan menghargai satu sama
lain.
3. Physician as the clinical leader
Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus yang
bersifat darurat.
4. Mutual respect and trust
Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-
masing.
2.2.5 Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety
Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing tenaga
kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pengalaman
yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu
sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini dapat
meningkatkan performa di berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pelayanan
kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada
bidangnya masing-masing sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan manusia dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:
1. Pelayanan Kesehatan Tidak Mungkin Dilakukan oleh 1 Tenaga Medis

2. Meningkatnya Kesadaran Pasien akan Kesehatan

3. Dapat Mengevaluasi Kesalahan yang Pernah Dilakukan agar Tidak Terulang

4. Dapat Meminimalisir Kesalahan

5. Pasien akan Dapat Berdiskusi dan Berkomunikasi dengan Baik untuk Dapat
Menyampaikan Keinginannya

22.6 Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan


Manfaat dari kolaborasi tim kesehatan, yaitu :
1. Kemampuan dari pelayanan kesehatan yang berbeda dapat terintegrasikan sehingga
terbentuk tim yang fungsional
2. Bagi tim medis dapat saling berbagi pengetahuan dari profesi kesehatan lainnya dan
menciptakan kerjasama tim yang kompak.
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan manggabungkan
keahlian unik profesional.
4. Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber daya.
5. Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
6. Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan.
7. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan.
8. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional
sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama.
9. Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.

2.2.7 Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Tim Kesehatan yang Efektif
1. Pastikan semua anggota tim dapat bertemu secara berkala untuk mendiskusikan
agenda kedepan.
2. Pastikan semua tim kesehatan terlibat dalam setiap rencana.
3. Saling mengenal antar anggota tim agar dapat berkontribusi dengan baik.
4. Komunikasi harus terjalin dengan baik dan rutin dilakukan.
5. Saling percaya, mendukung, dan menghormati.
6. Melakukan evaluasi secara berkala untuk memperbaiki keadaan dimasa yang akan
datang.
7. Menghargai setiap pendapat dan kontribusi semua anggota tim.

2.2.8 Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dan Subsistem Upaya Kesehatan


Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia ialah suatu tatanan yang menghimpun
berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945
Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu :
a. Primary Health Care (Pelayanan kesehatan tingkat pertama)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh Dokter Umum (Tenaga Medis), Perawat
Mantri (Tenaga Paramedis).Pelayanan primer ini merupakan pelayanan yang
pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan
kesehatan atau kecelakaan. Contohnya: Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
b. Secondary Health Care (Pelayanan kesehatan tingkat kedua)
Pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan
subspesialis, tetapi masih terbatas.Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer.Pelayanan kesehatan dilakukan oleh Dokter Spesialis dan
Dokter Subspesialis terbatas. Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe
D.
c. Tertiary Health Care (Pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan Kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis serta
subspesialis luas.Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.Pelayanan kesehatan
dilakukan oleh Dokter Subspesialis dan Dokter Subspesialis Luas. Contohnya:
Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Contoh kolaborasi tim kesehatan pada tingkat primer atau strata satu adalah
kolaborasi tim kesehatan pada sebuah PUSKESMAS yang terdiri atas dokter
umum, dokter gigi, perawat, dan bidan. Suatu ketika saat ada seorang pasien yang
akan melahirkan, terdapat kolaborasi tim kesehatan antara bidan dan perawat
dalam menangani kasus tersebut.

2.2.8 Peran Perawat Dalam K3RS

Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan


perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-
satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :

1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di


perusahaan
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi
kesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah
disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai   wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
10.Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah
sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11.Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12.Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13.Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14.Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15.Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
16.Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
17.Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua
usaha perawatan hiperkes.

2.2 Peran Pasien dan Keluarga Sebagai Partner di Pelayanan kesehatan untuk
mencegah Terjadinya Bahaya dan Adverse Events

Keluarga merupakan unit paling dekat dengan pasien, dan merupakan perawat
utama bagi pasien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang
diperlukan pasien di rumah sakit. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika
tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan pasien harus dirawat kembali
(kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat pasien di rumah sehingga memungkinkan pasien tidak
kambuh atau dapat dicegah.

Sebuah survei yang dilakukan di rumah sakit Amerika Serikat mengenai praktek
pasien dan keterlibatan pasien dan keluarga pasien dalam mengelola pasien di rumah
sakit menunjukkan hal yang luar biasa. Hasilnya pasien dan keluarga pasien yang
dilibatkan dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama dalam perawatan dan
menjadikan pasien sebagai mitra dapat meningkatkan optimalisasi kesembuhan pasien,
selain itu dengan melibatkan anggota keluarga seperti berpartisipasi dalam koordinasi
keperawatan sangat penting.

Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Apalagi di


Indonesia dengan kultur sosialnya tinggi ditambah keterbatasan jumlah perawat di rumah
sakit sehingga tugas merawat orang sakit yang dirawat di rumah sakit umumnya
dilakukan oleh keluarga yang menjaga. Para anggota keluarga menunggui secara
bergantian, bahkan sering menjaga bersama-sama. Sementara perawat di rumah sakit
yang seharusnya merawat orang sakit juga harus melakukan tugas-tugas yang lain di
bangsal perawatan. Maka, peran keluarga penting untuk memantau kebutuhan pasien dari
laporan perawat atau jika perlu malakukan komunikasi langsung.

Beberapa rumah sakit mengizinkan pasien untuk membawa alat komunikasi yang
perlu digunakan. Hal ini juga terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit
Amerika serikat bahwa dengan keterlibatan pasien maupun anggota keluarganya dalam
merawat dan memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk berkunjung ke
rumah sakit lebih lama dapat menguragi resiko kecemasan yang berlebihan yang diderita
oleh pasien. Tentunya hal ini dapat dirasakan jika penderita merasakan adanya dukungan
sosial dari orang-orang sekitarnya, merasa dirinya dihargai, diperhatikan dan dicintai.

Contohnya adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa di rawat di rumah sakiy
maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan
kunjungan tersebut maka orang yang sakit atau pasien ini tentu merasa mendapat
dukungan sosial sehingga secara tidak langsung dapat mempercepat kesembuhan.

Keluarga yang akan menerima penderita di rumah sepulang dari rumah sakit.
Begitu siap dipulangkan keluarga menerima estafet pengelolaan penderita di rumah
sebagai kelanjutan pengelolaan di rumah sakit. Karena itu selama di rumah sakit keluarga
berhak atas informasi pengobatan, perawatan, dan penanganan lainnya terhadap
penderita. Karena itu bertanya kepada pihak rumah sakit merupakan hak keluarga untuk
memperoleh informasi tersebut. Keluarga perlu perlu mulai membuka dan menjalin
'kedekatan' dengan personel rumah sakit untuk keperluan ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan
ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus
dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat
memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat
berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk
memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku perawat. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau
mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Sebagai suatu sistem program
yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3
diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan
cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari
dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja
yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
3.2 SARAN
Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan berkerja dengan
memperhatikan fungsi dan perannya tersebut.
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat. Kesehatan dan keselamatan kerja
sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan
kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan
keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.
Simamora,RH.2012.Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Jakarta.EGC
Simamora,Roymond,dkk.2017.Penguatan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan melalui Pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan
Roymond,dkk.2016.Pelatihan Strategi Optimalisasi Pelaksanaan Supervisi Pelayanan
Keperawatan dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Umum
Simamora,RH.Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta.Buku Kedokteran ECG
Oleh : Armiatin, SE., MPH.

Sumber : Herrin J. et al., Patient and Family Engagement: A Survey of US Hospital

Practices. BMJ Qual Saf 2015;0:1–8. doi:10.1136/bmjqs-2015-004006.

Achadi,Anhari. (2009). Sekilas tentang Sistem Kesehatan Indonesia. Tersedia pada :


https://staff.blog.ui.ac.id/r-suti/files/2012/04/sik2_skn.pdf [Accessed 14 Feb 2015]
Borril C, West M. 2001.How good is your team? A  guide for team members.
Canadian Health Service Research Foundation.2006. Teamwork in Healthcare: Promoting
Effective Teamwork in Healthcare in Canada.
Canadian Medical Association. 2007. Putting patient first: patient-centered collaborative
care, a discussion paper.
Family Health Teams. 2005. Guide to Collaborative Team Practice. Canada: Ontario.
Kbbi.web.id. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online - definisi kata kolaborasi.
[Online] Available from: http://kbbi.web.id/kolaborasi [Accessed 15 Feb 2015].
Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2010). Buka Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,     
Proses, dan Praktik. Edisi 7. Jakarta: EGC
O’Daniel M, Rosenstein AH.Professional Communication and Team Collaboration. In:
Patient safey and quality: a handbook guide for nurses. pg.3-5
Pajak.go.id. Kolaborasi | Direktorat Jenderal Pajak. [Online] Available from:
http://www.pajak.go.id/content/article/kolaborasi [Accessed 15 Feb 2015].

Anda mungkin juga menyukai