Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH K3 TENTANG

Peran kerja Tim untuk patient safety,Peran pasien dan keluarga


sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk mencegah
terjadinya bahaya dan adverse events,penggunaan teknologi
dalam peningkatan keselamatan pasien,upaya mencegah dan
meminimalkan risiko dan hazard pada tahap pengkajian-
perencanaan -implementasi -evaluasi asuhan keperawatan

DOSEN PENGAMPU : Ns. Wahyu Cahyono, M.Kes


OLEH :
KELOMPOK 5

Rezky Sistriany 022.01,3898


Ira Rahmawati 022.01.3903
Hedi Armansyah 022.01.3893

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2024/2025
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawaan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW
yang syafa‟atnya kita nantikan kelak. Penulisan makalah berjudul “ Peran kerja Tim untuk
patient safety,Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya bahaya dan adverse events,penggunaan teknologi dalam peningkatan
keselamatan pasien,upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
pengkajian-perencanaan -implementasi -evaluasi asuhan keperawatan”
dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. saya berharap makalah tentang Peran
kerja Tim untuk patient safety,Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events,penggunaan teknologi dalam
peningkatan keselamatan pasien,upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada
tahap pengkajian-perencanaan -implementasi -evaluasi asuhan keperawatan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa keperawatan.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah
membaca makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang
dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah k3 ini dapat bermanfaat.

Mataram 13 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 2
C. TUJUAN .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3
A. Pengertian
Implementasi…………………………………………………………………………...1.3
B. Pengertian
Nilai…………………………………………………………………………………………..2.
3
C. Pengertian Anti
Korupsi………………………………………………………………………………3.3
D. Bentuk – Bentuk Nilai -Nilai Anti
Korupsi…………………………………………………….4.3
E. Korupsi Di Bidang Politik Dan Sanksi Yang Diberikan
……………………………………5.3
F. Contoh Kasus Korupsi Yang Ada Di Indonesia
……………………………………………….6.3
G. Pengertian Demokrasi
………………………………………………………………………………….7.3
H. Sejarah Perkembangan Demokrasi
……………………………………………………………….8.3
I. Proses Demokrasi Di Bidang Politik Dan Pemerintahan
………………………………….9.3
J. Konsep Model Dan Nilai Demokrasi
……………………………………………………………..10.3
K. Konsep Demokrasi
………………………………………………………………………………………...11.3
L. Model – Model Demokrasi
…………………………………………………………………………….12.3
M. Nilai – Nilai Demokrasi
………………………………………………………………………………… 13.3
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………………………4
…………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi untuk mencapai kualitas hasil yang
dinginkan secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi dalam kolaborasi
merupakan unsur penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien
Kemampuan untuk bekerja dengan profesional dari disiplin lain untuk memberikan kolaboratif,
patient centred care dianggap sebagai elemen penting dari praktek profesional yang
membutuhkan spesifik perangkat kompetensi. The American Nurses Association
(menggambarkan komunikasi efektif sebagai standar praktik keperawatan profesional.
Kompetensi profesional dalam praktek keperawatan tidak hanya psikomotor dan keterampilan
diagnostik klinis, tetapi juga kemampuan dalam keterampilan interpersonal dan komunikasi.
Perawat terdaftar diharapkan untuk berkomunikasi dalam berbagai format dan di semua bidang
praktek..
Setiap tindakan memiliki resiko, tindakan medic juga menyimpan potensi resiko.
Banyaknya jenis pemeriksaan, jenis obat, dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah
Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors).medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be
completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim
(i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu Kegagalan
tindakan medis yang telah. direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan
(yaitu, kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu.,
kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau
Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Hal ini sangat merugikan dan
membahayakan, pasien. dapat mengalami hal buruk dan pemberi tindakan juga dapat terkena
pasal pelanggaran hukum.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha
mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang
ada. Patient safety membantu pencegahan masalah baik pada pasien maupun pada tim medis.
Dalam lingkup kesehatan, keselamatan pasien harus menjadi target nomor satu. Untuk itu
kualitas pelayanan pada pasien selalu menjadi prioritas utama di berbagai fasilitas kesehatan,
seperti rumah sakit, klinik kesehatan maupun puskesmas. Dalam wilayah lingkup kesehatan
ini, teknologi informasi kerap menjadi sorotan dan kini mengingat pentingnyaperanan
teknologidi segala segi kehidupan, maka teknologi rumah sakit untuk meningkatkan
pelayanan pasien semakin digalakkan

2.Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah, untuk mengetahui:
1. Peran kerja tim untuk patient safety.
2. Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk mencegah
terjadinya bahaya dan adverse events
3.penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien
4.upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap pengkajian-perencanaan -
implementasi -evaluasi asuhan keperawatan

Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Memberikan pelayanan yang tepat oleh tim kesehatan yang tepat di waktu yang tepat, serta
di tempat yang tepat, elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan.
2. Menambah wawasan dalam peran pasein dan keluarga sebagai partner untuk memastikan
keselamatan pasien dalam menajalani rawat inap di rumah sakit.
3. Agar didalam kesehatan adanya kemajuan dan mampu menerapkan kesehatan semakin
mudah dan tidk merugikan pasien dan pihak rumah sakit. Mampu memberikan pelayanan yang
optimal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Peran kerja tim untuk patient safety


Hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam
pemberian (penyediaan) asuhan pasien.Kolaborasi sangatlah penting karena masing-masing
tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pengelaman
yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah
keselamatan untuk pasien selain itu kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan performa
di berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pelayan kesehatan. Semua tenaga kesehatan
dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-masing sehingga dapat
mengurangi fakor kesalahan manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Jenis kolaborasi Tim kesehatan


1. Fully integrated major: Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung
jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama
2. Partially integrated major: Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama
3. Join program office: bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki
hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan bersama
4. Join partnership with affiliated programming kerja sama yang memberikan jasa dan
umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan lainnya
5. Join partnership For issue advocacy: bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka. panjang
tapi dengan tujuan jangka pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

A. Pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient safety


Kolaborasi sangatlah penting karena masing-masing tenaga kesehatan memiliki pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pengelaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim
kesehatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien selain itu
kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan performa di berbagai aspek yang berkaitan
dengan sistem pelayan kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi
baik pada bidangnya masing-masing sehingga dapat mengurangi fakor kesalahan manusia
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
B.Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:

1. Pelayanan kesehatan tidak mungkin dilakukan oleh I tenaga medis. Meningkatnya kesadaran
pasien akan kesehatan.
2.Dapat mengevaluasi kesalahan yang pernah dilakukan agar tidak terulang
3.dapat meminimalisirkan kesalahan
4.pasien akan dapat berdiskusi dan berkomunikasi dengan baik untuk dapat menyampaikan
keinginannya

C. Manfaat kolaborasi tim kesehatan yaitu:

1. Kemampuan dari pelayanan kesehatan yang berbeda dapat terintegrasikan sehingga


terbentuk tim yang fungsional
2. Kualitas pelayan kesehatan meningkat sehingga masyarakat mudah menjangkau pelayanan
kesehatan.
3. Bagi tim medis saling berbagai pengetahuan dari profesi kesehatan lainnya dan
menciptakan kerjasama tim yang kompak.
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian.
unik profesional.
5. Memaksimalkan produktivitas serta efectivitas dan efisiensi sumber daya
6. Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
7. Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan.
8. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayan kesehatan.
9. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional
sehingga saling menghormati dan bekerja bersama.
10. Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
1.2 Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk mencegah
terjadinya bahaya dan adverse events

Dalam melaksanakan program tersebut diperlukan kerja sama antara tim kesehatan serta pasien
dan keluarga:

Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap adalah
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien maupun keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghonnati dan tenggang rasa dalam proses bersama tim kesehatan
mengelola pasien
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga keselamatan
pasien rawat inap di rumah sakit:

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Pasien dalam keadaan tidak sadar, gelisah, mengalami gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, gangguan proses pikir, mendapat obat bius, atau gangguan lain tidak mampu
melakukan identifikasi diri dengan benar selain itu pasien yang pindah ruang rawat atau
bertukar tempat tidur saat perawatan di rumah sakit berisiko mengalami ketidaktepatan
identifikasi, maka rumah sakit menyusun sistem untuk memastikan identifikasi pasien sebagai
individu yang akan menerima pelayanan adalah tepat dan jenis pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut adalah sesuai.

Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi pasien adalah:

a. Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen data diri
yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah nama dan tanggal lahir.
b. Selama rawat inap pasien dipakaikan gelang. Pasien dan keluarga harus memahami fungsi
gelang dan patuh menggunakan gelang tersebut selama rawat inap karena gelang tersebut
dipakai oleh tim kesehatan guna memastikan kebenaran identitas dan faktor risiko pasien saat
memberikan pelayanan.
1) Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna merah muda untuk perempuan dipakai
untuk identifikasi
2) Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki riwayat alergi
3) Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko jatuh

c. Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh petugas
saat akan melakukan tindakan, memberikan obat, mengambil preparat untuk pemeriksaan
laborat dan lain-lain.

2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan berbagai profesi lain sebagai tim
dengan menerapkan sistem komunikasi yang efektif untuk memberikan pelayanan.

Peran pasien dan keluarga mewujudkan komunikasi efektif adalah:


a. Menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan untuk berkomunikasi
dengan tim kesehatan. Penunjukkan ini diperlukan untuk memastikan komunikasi berlangsung
efektif dan berkesinambungan, tidak mengalami rantai komunikasi yang panjang dan kompleks
yang berisiko menyebabkan perubahan makna isi informasi.
b. Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tim kesehatan dengan benar
dan jelas
c. Memberikan informasi pada petugas bila ada kejadian tidak diharapkan.
d. Meminta informasi yang diperlukan kepada tim kesehatan.

3. Pemberian obat secara aman Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsi
dominan dalam tata kelola pasien rawat inap..

Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan pemberian obat adalah;


a. Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah dipergunakan
sebelum masuk rumah sakit
b. Memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat menggunakan
obat tertentu
c. Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan cara memastikan
identitas pasien benar, menanyakan jenis obat yang diberikan, tujuan pemberian, dosis dan
waktu pemberian obat

4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi


Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan. pada pasien untuk
mengatasi masalah kesehatannya, Bagian tubuh yang akan dioperasi bisa meliputi bagian yang
bersisi (misalnya tangan atau kaki kanan dan kiri, mata kanan dan kiri) atau bagian yang
multipel level (misalnya tulang belakang) atau hagian yang multipel struktur (misalnya jari
tangan) dengan demikian diterapkan sistem untuk memastikan tindakan tepat-lokasi, tepat -
prosedur, tepat-pasien
Salah satu prosedur yang dilakukan sebelum tindakan operasi adalah proses verifikasi. Peran
pasien dan keluarga dalam proses verifikasi praoperasi adalah memberikan informasi yang
benar dan bekerja sama secara kooperatif Proses yang dilakukan meliputi:

a. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar


Proses ini dilakukan dengan membuat tanda pada lokasi yang dioperasi. Penandaan lokasi
operasi ini melibatkan pasien, dibuat oleh dokter yang akan melakukan tindakan dan
dilaksanakan saat pasien dalam keadaan sadar. Tanda ini tidak boleh dihapus dan harus terlihat
sampai saat akan disayat.
b. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik.
c. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus yang dibutuhkan.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan berkumpulnya berbagai jenis kuman
sedangkan pasien yang sedang dirawat memiliki daya tahan tubuh relatif rendah dengan
demikian diperlukan suatu proses bersama untuk mencegah timbulnya infeksi lain yang tidak
berhubungan dengan penyakit utama pasien. Peran pasien dan keluarga dalam pengurangan
risiko terkait pelayanan kesehatan adalah:
a. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar.
b. Membatasi pengunjung pasien.
c. Menerapkan etika batuk yang benar.
Pengurangan Risiko Pasien Jatuh 6
Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan diri termasuk
menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil tindakan untuk mengurangi risiko dengan
melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat,
gaya jalan dan keseimbangan, alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien, riwayat jatuh
saat berjalan atau saat istirahat baring di tempat tidur.

Peran pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah sakit adalah:
a. Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai pasien.
b. Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat tempat tidur
pasien atau di depan kamar pasien karena kartu tersebut merupakan penanda untuk mewaspadai
pasien yang beresiko jatuh.
c. Keluarga atau pasien perlu memastikan diri untuk memahami informasi yang diberikan oleh
petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan jatuh.
a. faktor resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang dipergunakan, kesadaran pasien,
keseimbangan saat berjalan,dll
b. tindakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan
c. cara untuk minta bantuan d. cara menggunakan bel atau sarana komunikasi di ruangan
e. cara mengatur pengamanan tempat tidur
f. pengggunaan tali pengaman, dll

1.3 Pengertian Keselamatan Pasien Keselamatan (safety)


Keselamatan pasien kesehatan telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
5 (lima) isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait kelangsungan hidup rumah
sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien.
Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal
tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.
The Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan keselamatan sebagai freedom from
accidental injury. Keselamatan dinyatakan sebagai ranah pertama dari mutu dan definisi dari
keselamatan ini merupakan pernyataan dari perspektif pasien.
keselamatan pasien merupakan pencegahan cedera terhadap pasien. Pencegahan cedera
didefinisikan sebagai bebas dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah
sebagai hasil perawatan medis. Sedangkan praktek keselamatan pasien diartikan sebagai
menurunkan risiko kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan paparan
terhadap lingkup diagnosis atau kondisi perawatan medis.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit mendefinisikan bahwa keselamatan (safety)
adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien (patient safety) adalah
pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis, cacat, kematian dan lain-
lain), terkait dengan pelayanan kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011,
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien
sesuai dengan yang diucapkan Hippocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non
nocere (First, do no harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan
berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan- KTD (Adverse Event) apabila tidak
dilakukan dengan hati-hati karena di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes
dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non
profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
terjadi KTD. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat
KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.Kejadian Nyaris Cedera,
selanjutnya disingkat disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar
ke pasien. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat
KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.

1.4 upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap pengkajian-
perencanaan -implementasi -evaluasi asuhan keperawatan

Risiko melekat dari tindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan
pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya
yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat saja bisa terjadi adalah:
a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau pasien itu sendiri
atau dalam kata lain menyembunyikan suatu hal, sehingga dalam proses pengkajian kurang
lengkap. Akibatnya perawat ataupun dokter akan salah dalam memberikan perawatan
sehingga berbahaya terhadap pasien.
b. Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya penyakit dalam
hal ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat perawat melakukan perawatan
ataupun pengkajian kepada pasien maka perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari
pasien tersebut.
c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun pada proses
wawancara. Ketika perawat menanyakan data atau informasi pasien namun, keluarga pasien
menyembunyikannya. Sehingga demi keselamatan pasien perawat tetap menanyakan
sehingga pasien atau keluarga kurang menyukainya dan akhirnya mendapatkan cacian atau
perlakuan tidak baik
d. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja mendapatkan kekerasan
fisik dari pasien ataupun keluarga pasien. Misalnya pasien ataupun
keluarga yang tidak menyukai proses perawatan atau pengkajian dapat saja melakukan
kekerasan fisik terhadap perawat.
2. Risiko dan Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja terjadi, jika perawat salah dalam
mengkaji maka Perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau pengobatan
yang pada akhirnya akan mengakibatkan kesehatan pasien Malah semakin terganggu.
Kemudian dapat saja terjadi jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan
maka perawat juga akan mendapatkan bahaya seperti tertularnya penyakit dari pasien karena
kurangnya perlindungan diri terhadap perawat.
3. Risiko dan Hazard dalam implementasi keperawatan
Menurut Putri, T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau pelaksanaan
tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan ini dapat
mengakibatkan kecelakaan pada pasien atau perawat, misalnya kesalahan dalam pemberian
obat kepada pasien, dikarenakan perawat lupa membaca instruktur atau catatan an-nur
dokumen rekam medik dari pasien tersebut.
4. Risiko dan Hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan
Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dapat
mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang kurang data yang sudah
dilakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa mengkonfirmasi ke dalam dokumentasi
asuhan keperawatan, sehingga yang tertulis atau yang telah dilaksanakan oleh perawat kepada
pasiennya tidak ada dalam dokumentasi asuhan keperawatan.
UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD
PADA ASUHAN KEPERAWATAN
 Upaya yang dapat dilakukan perawat dalam tahap pengkajian tersebut yaitu:
1. Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien maupun kepada
keluarganya
2. Perawat hendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian dilakukan, Misalnya
menggunakan masker yang sebenarnya tidak perlu dipakai
3. Perawat juga dapat membangun kepercayaan kepada pasien
4. Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien dengan sama
5. Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi pendengar yang
baik, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin
dan diharapkan menggunakan bahasa serta tutur kata yang sopan
6. Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati, maka
perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya terlebih dahulu
7. Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari klien terlebih
dahulu
8. Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik pada klien
9. Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
kepada pihak rumah sakit
10. Perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin telah terkontaminasi 11.
Sebelum menuju klien hendaknya perawat mencuci tangan.
 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam tahap perencanaa asuhan
keperawatan
1. Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat menyusun rencana
keperawatan
2. Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang
menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat menyusun perencanaan
keperawatan
3. Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun rencana tindakan
keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan bahaya, mengganti sumber
risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih memiliki tingkat risiko yang lebih rendah
4. Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman pada pedoman
rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ada
5. Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu pencapaian dari
rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi indikator evaluasi keperawatan
 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi asuhan
keperawatan
1. Perawat harus menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik
seperti mencuci tangan, memakai APD lengkap, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan
steril
2. Perawat harus mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan tidak terburu-
buru dalam melakukan tindakan
3. Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum suntik yang benar susunan sel
hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat menghindari kontak langsung dengan segala
macam cairan klien, apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun atau tidak
menggunakan APD
4. Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat serta menerapkan pola
hidup yang sehat pula
5. Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan
ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko kepada pasien
6. Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh
pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko cedera baik bagi klien maupun bagi
perawat sendiri.
 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada evaluasi asuhan
keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh mana intervensi dan
implementasi yang diberikan berhasil dalam perkembangan kesembuhan pasien ada beberapa
cara untuk mencegah dan mengurangi resiko hazard. Cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan yaitu
1. Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun evaluasi keperawatan,
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya baik pada klien maupun kepada diri perawat sendiri
2. Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan atau ditimbulkan oleh
klien setelah selesai melakukan tindakan keperawatan.

Kesimpulan
Proses penerapan patient safety harus memperhatikan standar keselamtan, pemahaman pada
hak, melakukan proses kepemimpinan yang efektif, menerapkan meode kinerja dan evaluasi
yang tepat, mengadakan pelatihan serta komunikasi. Dan untuk mewujudkan patient safety
butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak, pasien safety merupakan upaya dari seluruh
komponen sarana pelayanan kesehatan, dan perawat memegang peran kunci untuk
mencapainya

Langkah manajemen untuk mendukung proses patient safety berfokus pada implemenasi
pencatatan dan pelaporan serta mengadakan monitoring maupun evalusi pada tiap program,
sehingga selanjutnya system patient safety yang diterapkan mampu lebih baik lagi.

Kesehatan dan keselamatan kerja K3 adalah ilmu terapan yang bersifat multidisiplin, bidang
yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya
untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu
produktivitas setinggi-tingginya (Yuanita dan Waruru, 2016).
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Adanya bahan mudah terbakar, gas medis radiasi pengion, dan bahan kimia yang
membutuhkan perhatian serius terhadap keselamatan pasien, staf dan umum (Sarastuti, 2016).
Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat
pada suatu bahaya. Sedangkan hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas
yang berpotensi menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, tentu perawat tidak akan pernah
terlepas dari risiko dan Hazard. Untuk itu ada beberapa hal hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah risiko dan Hazard pada tahap proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Aspihan,Moch.,dkk. Ergonomic Partisipatif Berjenjang sebagai Bentuk Intervensi
Keperawatan Komunitas pada Kelompok Pekerja dengan Risiko Gangguan Muskuloskeletal
di PT X. Buku Proceeding Unissula Nursing Conference.
Unissula Press
Hamarno,Rudi.2016. Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana.
Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Indragiri, Suzana.,Triesda Yuttya.2018.Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard
Identification Risk Assement and Risk Control (HIRARC).Jurnal Kesehatan Vol 9 (1)
Mahdarsari,Mayanti.,dkk2016. Peningkatan Keselamatan Diri Perawat Melalui
Optimalisasi Fungsi Manajemen.Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19 (3) hal 176-183
Mantiri, Ezra Zimri Ruben Abiam.,dkk.2020. Faktor Psikologi dan Perilaku dengan
Penerapan Manajemen Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
Prasetyo, Erwan Henri.,dkk.2018. Analisis Hira (Hazard identification and risk
assessment) pada instansi x di Semarang.Jurnal Kesehatan masyarakat Vol 6 (5) Putri,
Oktaviana Zahratul.,dkk.2017. Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja
pada petugas kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit akademik UGM.Jurnal
Kesehatan Vol 10 (1)
Ramdan,Iwan M.,dkk.2017. Analisi Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Perawat.Jurnal Kesehatan Vol 5 (3)
Sapryadi., dkk.2017.Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Divisi Boiler
Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC).Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 1(2)
Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH
PERFORMANCE IN THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR.
SOEBANDI JEMBER. The Malaysian Journal of Nursing, 3(2), 23-32
Wulan,Fatwa Hisadayah.2019.”Analisis Faktor Risiko dan Hazard dalam Implementasi
Keperawatan”. Skripsi.Fakultas Ilmi Kesehatan.Keperawatan S1. UMP.

Anda mungkin juga menyukai