Anda di halaman 1dari 18

BUKU PANDUAN

SIKAP PROFESIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


MAKASSAR
2019
BUKU PANDUAN PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, ALLAH SWT, akhirnya buku
panduan SIKAP PROFESIONAL yang mencakup aspek: (1) etika kedokteran, (2)
kemampuan kerjasama dalam tim, dan (3) hubungan dokter-pasien di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makasssar untuk meluluskan dokter
yang selalu berbudi luhur sebagai dokter Islami , dapat kami selesaikan dan
dapat digunakan dalam proses upaya pengembangan sikap profesional.

Di dalam buku ini disampaikan tentang latar belakang dan tujuan dari buku
panduan sikap profesional yang menjadi landasan dokter lulusan FK Universitas
Muhammadiyah Makassar memiliki tanngung jawab, disiplin, beretika dan
berkomunikasi dengan baik dalam melaksanakan layanan kesehatan pada
masyarakat. Kami menyadari sepenuhnya, untuk melaksanakan sikap
profesional ini memerlukan kerjasama yang erat antar program studi di
lingkungan FK Unismuh Makassar, mulai dari pembentukan civitas akademika,
orang tua mahasiswa, dimana dalam proses penyelenggaraan , serba saling
mendukung sehingga dapat menghasilkan lulusan yg memiliki sikap
profesionalisme.

Semoga buku ini bermanfaat bagi setiap mahasiswa FK Unismuh Makassar


sehingga mahasiswa selain memiliki kemampuan akademik, skills yang
memadai tetapi juga mempunyai sikap yang pada gilirannya akan berhasil lulus
menjadi dokter dengan tepat waktu dan memiliki kompetensi yang diharapkan
(profesional).

Makassar , September 2019

Dekan FK Unismuh Makassar

PAGE 1
Tim penyusun ;

1.................................................

2................................................

3................................................

PAGE 2
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ……………………………………………………………..

Daftar Isi……………………………………………………………………..

I. Pendahuluan …………………………………………………………...
a. Latar Belakang ……………………………………………………...
b. Permasalahan ……………………………………………………….
c. Tujuan ………………………………………………………………..
II. Strategi dan Metode……………………………………………………..
III. Pelaksanaan Kegiatan …………………………………………………..
a. Etika Kedokteran …………………………………………………….....
b. Kemampuan Kerjasama dalam TIM…………………………………..
c. Hubungan Dokter Pasien…......………………………………………...
IV. Monitoring dan Evaluasi ……………………………………………….
V. Referensi.......................................................................................................

PAGE 3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan yang begitu


pesat, menuntut institusi pendidikan kedokteran dalam memberikan
pembelajaran harus memenuhi tuntutan kemajuan tersebut sehingga
memberikan pengetahuan saat

Lulusannya melakukan pengabdian sebagai dokter yang semakin hari


semakin berat. Untuk mempertahankan citra luhur profesi kedokteran,
maka setiap dokter diharuskan benar-benar menghayati dan
mengamalkan etika kedokteran yang sudah ada dan disepakati. Di lain
pihak dokter adalah manusia biasa yang tidak terlepas dari
keasalahan-kesalahan atau kekeliruan- kekeliruan ini merupakan risiko
seorang dokter, karena risiko adalah suatu pernyataan tentang
kemungkinan-kemungkinan terjadi sesuatu yang belum berarti bahwa
kemungkinan-kemungkina itu akan menjadi kenyataan pada tindakan
yang dilakukan. Risiko yang kemudian menjadi kenyataan akan
menimbulkan tanggung jawab profesi yang dibebankan kepada
seorang dokter, sehingga tanggung jawab ini akan berfungsi apabila
pihak penerima jasa medis atau keluarganymengajukan tuntutan
kepada dokter selaku pemberi jasa medis. Tuntutan yang diajukan
oleh penerima jasa medis, karena penderita mengalami kerugian baik
fisik, materiil maupun mental, harus diperhatikan karena penderita
adalah Warga Negara Indonesia yang berhak atas pelayanan
pemeliharaan kesehatan yang baik dari

pihak tenaga Medis.

Selain itu seorang dokter harus dapat melakukan komunikasi yang


efektif kepada masyarakat yang datang mencari pertolongan. Dengan
bersedia mendengarkan keluhan mereka dengan sabar dan penuh

PAGE 4
perhatian, dokter secara tidak langsung telah mengurangi penderitan
pasien. Terlebih dari itu, dengan menyampaikan informasi yang benar
ataupun memberikan kata-kata yang menyejukkan dan menguatkan,
membuat pasien semakin merasa tertolong.

Dengan komunikasi yang efektif inilah, dokter dapat meningkatkan


kesehatan jiwa, kepuasan pasien, dan dapat mengurangi risiko
malpraktik.

Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien adalah komunikasi


yang dilakukan dua arah dan saling bertukar informasi baik secara
verbal maupun non-verbal.

Dalam proses pendidikan kedokteran, kemampuan mahasiswa dalam


hal berkomunikasi sangatdiperlukan. World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan dokter untuk
menghasilkan the five-star doctor, salah satunya dokter sebagai
komunikator. Komunikasi efektif juga merupakan salah satu dari 7 area
standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang lulusan dokter
Indonesia. Selain mampu berkomunikasi secara efektif, dokter juga
dituntut untuk memiliki rasa empati. Empati adalah kemampuan untuk
merasakan, menghayati, dan menempatkan diri sendiri ditempat
oranglain. Dengan berempati, dokter mampu meningkatkan
pertumbuhan pasien dalam hal kesucian, kebijakan, kasih dan hikmat
spiritual. Tidak hanya itu, dengan berempati dokter dapat menolong
pasien untuk menjadi kuat, mandiri, dan dapat melihat realita
kehidupannya.

Sikap professionalisme menjadi penting diajarkan dan diterapkan


dalam perkuliahan ilmu kedokteran secara eksplisit. Dengan
mengedepankan perilaku profesionalisme yang ditunjukkan dengan
perkataan, perbuatan dan penampilan, hal ini akan membangun
kepercayaan bagi para pasien. Kompetensi seorang dokter tidak

PAGE 5
hanya dinilai dari keterampilan klinis maupun pengetahuan semata
tetapi juga membutuhkan perilaku yang baik. Hal ini karena dokter
akan berhubungan dengan seorang pasien. “Sehingga selain
kemampuan maupun pengetahuan kedokteran yang baik, seorang
dokter juga dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang prima
terhadap masyarakat.

Sikap professionalisme merupakan perilaku-perilaku yang bisa


diamati. Dimana perilaku tersebut mencerminkan standar-standar dan
nilai-nilai yang dibuktikan melalui cara bertutur kata, cara bersikap
maupun berpenampilan. Hal itu nantinya akan menimbulkan sikap
percaya pasien kepada dokter. Ketika sikap percaya itu tumbuh yang
terjadi apapun yang terjadi pada dirinya pasien akan merasa nyaman.

seorang dokter juga harus memiliki komitmen dan tanggung jawab.


“Dokter juga harus selalu mengupdate ilmunya agar tidak terjadi
regresi atau kemunduran ilmunya dan menerapkan pembelajaran
sepanjang hayat (life long learning). Hal itu rawan terjadi terutama
ketika dokter menjalani praktik di daerah pelosok yang minim sarana
infrastruktur misalnya jaringan internet serta jarang mengikuti seminar
untuk meningkatkan keilmuannya,

Dokter yang baik adalah seorang dokter yang memiliki kemampuan


intelektual yang baik, memahami undang-undang yang berlaku,
komitmen terhadap pelayanan masyarakat, dan harus memiliki etika
sehingga nantinya benar-benar akan terwujud dokter dengan sikap
profesionalisme yang baik.

Bagian-bagian dari sikap profesionalisme misalnya meletakkan


kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi atau dokter. Kemudian
memiliki sikap rasa saling menghormati tidak hanya kepada pasien
tetapi juga terhadap keluarga, teman sejawat atau rekan kerja

PAGE 6
B. Permasalahan
Dalam praktik kedokteran sering ditemui konflik kepentingan (conflict
of interest) adalah masalah yang melekat dalam pekerjaan sehari-hari
dalam kehidupan sehari para profesional, termasuk dokter. Masalah ini
juga melekat pada pemegang kekuasaan misalnya anggota DPR,
camat, lurah, polisi, badan pengawas pemilihan umum. Khusus untuk
bidang kesehatan, yang banyak menghadapi masalah konflik
kepentingan (KK) ialah dokter yang memiliki kekuasaan untuk
memutuskan kebijakan publik, key opinion leaders, direktur rumah
sakit, dn yang lainnya. Sebagai contoh dalam promosi obat agar sering
di resepkan ,perusahaan farmasi menjanjikan bahwa setiap dokter
yang meresepkan suatu obat golongan tersebut sampai mencapai
target tertentu akan dapat ikut wisata gratis ke luar negeri. Dampaknya
luar biasa karena pemberian resep produk tersebut maka
memaksakan untuk diresepkan ke pasien tanpa peduli berapa harga
obat tersebut,padahal kemampuan biaya berobat pasien terbatas.
Banyak dokter yang malah tidak merasakan adanya pelanggaran etika
ketika mereka melakukan perbuatan tidak terpuji terkait masalah konflik
kepentingan ini.Konflik kepentingan adalah suatu keadaan di mana
seorang profesional yang mempunyai kewajiban primer , yaitu bahwa ia
harus menjalankan kewajibannya secara baik, adil, dan jujur dalam
kondisi tertentu melalaikan kewajibannya itu karena adanya pengaruh dari
luar, yaitu adanya kepentingan sekunder (secondary interest). Dokter
sangat dipercaya oleh masyarakat. Kata-katanya dianggap sebagai
kebenaran yang tidak perlu disangsikan lagi. Karena itu seorang dokter
yang memiliki konflik kepentingan sering tidak mengutamakan layanan
kesehatan pada masyrakat menjadi prioritas utama, jika seorang dokter
yang memiliki konflik kepentingan sering memaksakan kehendak kepada

PAGE 7
pasien dan ini berdampak terhadap sikap profesional dalam
melaksanakan etika profesi, kerjasama tim dan komunikasi yang baik
terhadap pasien.
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional
sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin,
hukum, dan sosial budaya.
2. Mahasiswa mampu menerapkan nilai moral islam dan prinsip etika dalam
pengelolaan masalah kesehatan untuk individu, keluarga, dan
masyarakat.
3. Mahasiswa mampu melakukan refleksi diri, mawas diri dan evaluasi diri
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, secara terus-
menerus dikaitkan dengan praktik kedokteran
4. Mahasiswa mampu menerapkan karakter pembelajar sepanjang hayat
dalam konteks pengembangan diri, profesionalisme dan pelayanan
kedokteran.
5. Mahasiswa mampu mempraktikkan komunikasi efektif dan berempati
dengan pasien dan keluarganya.
6. Mahasiswa mampu mempraktikkan komunikasi efektif dan berempati
dengan komunitas dalam upaya meningkatkan status kesehatan
komunitas.
7. Mahasiswa mampu menerapkan pelayanan kedokteran dan kesehatan
yang sesuai dengan hukum perundangan yang berlaku dan mampu
mengidentifikasi, menindaklanjuti masalah legal yang relevan dengan
pelayanan kedokteran dan kesehatan.
8. Mahasiswa mampu bersikap sebagai seorang dokter yang harus
senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi tertinggi.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa standar profesi tertinggi harus
diterapkan dalam pelayanan bagi pasien dan ini tidak boleh di-downgrade

PAGE 8
akibat tugas sebagai dokter yang bersangkutan mau menerima hadiah
yang tidak wajar.
10. Mahasiswa nantinya dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, bahwa
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa profesionalisme seorang dokter
tidak boleh dicederai oleh faktor eksternal yang memberi keuntungan
material bagi dokter yang bersangkutan atau kerabatnya.
12. Mahasiswa memiliki kemampuan melakukan praktik kedokteran dengan
menyadari keterbatasan, mengatasi masalah personal, mengembangkan
diri, mengikuti penyegaran dan peningkatan pengetahuan secara
berkesinambungan serta mengembangkan pengetahuan demi
keselamatan pasien.

II. Strategi dan Metode Pembelajaran


Dosen dan mahasiswa memberikan pemahaman dan pernyataan yang
serupa tentang profesionalisme dalam kedokteran, yaitu kemampuan
dalam menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional
yang sesuai dengan standar yang berlaku.
Metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi penguasaan
profesionalisme dalam masa pendidikan kedokteran meliputi 2 hal,
yaitu yang bersifat eksplisit seperti tertuang
dalam kurikulum tertulis, dan implisit misalnya hidden curriculum. Role
model dinyatakan oleh sebagian besar responden sebagai metode
pembelajaran yang efektif untuk memfasilitasi penguasaan
profesionalisme,termasuk perilaku profesionalnya.sebagai
seperangkat sikap perilaku serta pola pikir sebagai penguasaan
kompetensi keilmuan dan keterampilan,dan pelaksanaannya
disesuaikan dengan aturan dan etika yang berlaku.

PAGE 9
Sikap dan perilaku menjadi standar dalam profesionalisme karena hal
tersebut adalah bagian yang tampak dan dapat diamati.Sikap
merupakan tendensi seseorang untuk bereaksi dan beraksi terhadap
suatu objek dan kejadian.Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh
informasi yang diperoleh, sehingga nilai-nilai yang baik seperti agama,
kearifan lokal (local wisdom), etika dan moral serta aturan diharapkan
dapat membentuk sikap yang baik pula.
Sikap akan menstimulasi pembentukan perilaku. Pembentukan
perilaku individu dalam kesehatan dan kedokteran merupakan
perpaduan beberapa faktor yang saling mempengaruhi. Salah satu
faktor tersebut adalah faktor individu, dengan sikap, kepribadian dan
persepsi menjadi sebagian komponen penyusunnya.Oleh karena itu,
pengenalan terhadap nilai-nilai positif akan menimbulkan sikap yang
positif dan pada akhirnya membentuk perilaku yang positif pula.
Perilaku profesional dalam kedokteran merupakan tindakan dari
pelaksana medis yang dapat diamati dan sesuai dengan standar etika
yang berlaku.
Profesionalisme dalam kedokteran dapat diperoleh melalui
internalisasi nilai dan tanggung jawab kepada pasien yang prosesnya
dimulai sejak pertama kali masuk sekolah kedokteran.Oleh karena itu,
usaha pembelajaran terhadap penguasaan perilaku profesional perlu
dimulai sejak awal pembelajaran dengan mengkolaborasikan perilaku
profesional ke dalam prosedur dan metode yang terstruktur.

PAGE 10
Tabel. Metode pembelajaran Sikap Profesional

No Metode Dosen Mahasiswa


01 Kuliah /tatap Materi kuliah ilmu dasar Ditanamkan
muka tentang etika profesi,etika pemahaman dan
islam,sikap penjelasan
profesionalism,kerjasama tentang materi
tim, komunikasi dokter tersebut.dikaitkan
pasien dengan modul
blok dalam
skenario-
skenario.
02 Latihan/praktek Dilakukan saat Melakukan
praktek yang
melakukan praktek skills
sudah diajarkan
lab, saat belajar dengan
dan menerapkan
pasien standar dan
saat memeriksa
pasien di RS.
pasien
sungguhan
03 Aturan Memberikan dan Memahami dan
mengingatkan Ada nya melaksanakan
aturan,sanksi dan aturan yang
penghargaan yang telah berlaku
dilakukan
04 Role model Memberikan contoh
perilaku dan sikap
profesional dan sikap

PAGE 11
islami dalam kegiatan
pembelajaran, sebagai
contoh menghormati dan
menghargai guru guru
yang selayaknya.
Memberikan salam”
assalamualaikum
warahmatullahi
wabarakatuh.
05 Diskusi dan 1. Melakukan kajian Aktif terlibat
refleksi diri terhadap dalam diskusi
permasalahan
sikap profesional
yang update terjadi
dalam praktik
kedokteran
2. Metode
pembelajaran
melalui
pengalaman
06 Seminar Keterlibatan
Peningkatan kapasitas
/pelatihan mahasiswa
dosen atas
perkembangan peraturan
yang terjadi

PAGE 12
III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Etika Kedokteran

Pengembangan profesionalisme seorang dokter di Program Studi Pendidikan


Dokter FK Unismuh Makassar diperkenalkan secara dini pada tahap akademik.
Sikap profesionalisme termuat dalam diskusi dilema etika kedokteran dan
keterampilan belajar, dan Blok Bioetik. Pengembangan etika kedokteran
berpedoman kepada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) tahun 2012.
Pencapaian etika keislaman didapatkan melalui program pembinaan asrama
mahasiswa KH. Djamaluddin Amin (Asmadina) Unismuh yang diselenggarakan
selama 1 tahun, serta integrasi SKKDM dalam tahap akademik maupun profesi.
Dalam kesehariannya, mahasiswa dibiasakan untuk berlaku Islami dalam
berbicara dan berkomunikasi, berpakaian, dan berperilaku Islami. Disini
mahasiswa dibiasakan shalat berjamaah, tadarus Al-Qur’an, kultum, adzan, serta
menerima materi keislaman atau materi kedokteran Islam kontemporer. Selain
itu, tata cara ibadah antara lain thaharah, adab-adab berdoa, tata cara
mendoakan orang sakit, dan penyelenggaraan jenazah juga merupakan materi
yang diajarkan oleh dosen pembimbing Al-Islam & Kemuhammadiyahan (AIK)
dan dibantu oleh mentor-mentor dari organisasi kemahasiswaan. Aktifitas ini
selanjutnya terus menerus dilaksanakan dan diaplikasikan dalam keseharian
mahasiswa. Aktivitas ini berpedoman pada standar karakter dan kompetensi
dokter muhammadiyah

B. Kemampuan kerjasama dalam tim

Kemampuan ini telah tertuang lebih awal dalam penyajian early clinical exposure
(ECE) dan keterampilan belajar di tahap akademik, dimana mahasiswa PSPD
FK Unismuh diberikan pengetahuan tentang bekerjasama dalam tim yang

PAGE 13
bertujuan agar kelak mahasiswa PSPD FK Unismuh mampu mengaplikasikan
ilmu tersebut dalam menjalankan tenaga keprofesiannya. Selain itu, kemampuan
ini juga tertuang dalam kegiatan tutorial PBL, dimana mahasiswa diarahkan
untuk dapat bekerja secara kooperatif dalam satu kelompok, mengelaborasi
pengetahuan yang dimiliki. Pada kegiatan tutorial diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan prinsip komunikasi dokter-pasien, menghargai pendapat orang lain,
tidak memotong pembicaraan orang lain, Kegiatan kemahasiswa dalam lembaga
kemahasiswaan juga meliputi kerjasama tim dimana akan teraplikasi di setiap
pelaksanaan. Bentuk kerjasama tim juga terimplementasi dalam persiapan dan
pelaksanaan kegiatan LSIT bagi mahasiswa baru PSPD FK Unismuh.

C. Hubungan dokter – pasien

Dalam kaitannya dengan aspek hubungan dokter-pasien, mahasiswa mengikuti


kegiatan observasi lapangan early clinical exposure pada blok kedokteran
komunitas dan blok siklus hidup. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa dapat
secara langsung mengamati dan berinteraksi dengan pasien dan memahami
nilai-nilai yang mendukung perilaku profesional yang harus dimiliki seorang
dokter. Selain itu, mahasiswa diharapkan untuk berperilaku etis dan penuh
tanggung-jawab selama mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu pada
kegiatan CSL mahasiswa berlatih mempraktekkan komunikasi dokter-pasien,
etika dalam menjaga kerahasiaan pasien. Semua hal tersebut telah diatur dalam
pedoman komunikasi efektif dokter–pasien yang dikeluarkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia tahun 2006. Dalam kegiatan kepaniteraan klinik,
pengembangan sikap profesional tersebut menjadi lebih tajam dan
diimplementasikan pada setiap kegiatan dan wahana pendidikan

PAGE 14
IV. MONITORING DAN EVALUASI
Indicator monitoring dan evaluasi sikap profesional yang digunakan untuk
mengukur perilaku profesional mahasiswa kedokteran yaitu indikator perilaku
profesional dokter yang dikemukakan oleh Royal College Physician (RCP)
meliputi Integrity, Compassion, Altruism, continous improvement, and
competence.
1) Integrity adalah sikap dan perilaku seseorang dalam menjaga kualitas serta
citra dirinya sebagai seorang dokter.
2) Compassion adalah sikap dan perilaku yang menunjukan simpati, empati,
cinta kasih dan kemurahan untuk merawat dan menyembuhkan pasien.
3) Altruism adalah sikap dan perilaku mengutamakan kepentingan pasien diatas
kepentingan diri sendiri atau dengan kata lain motivasi untuk membantu orang
lain atau keinginan untuk selalu meringankan penderitaan orang lain.
4) Countinous improvement adalah sikap dan perilaku untuk mengembangan diri
secara berkelanjutan. seorang dokter harus selalu memperbaiki dan mengikuti
perkembangan keilmuan dan keterampilannya untuk meningkatkan pelayanan
terhadap pasien.
5) Competence atau kompetensi merupakan kemampuan yang harus dimiliki
seorang dokter dalam melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
kompetensi profesi dokter yang ditetapkan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara :

1. Observasi
Untuk mengukur perilaku profesional mahasiswa kedokteran, dapat memilih
alternatif penilaian perilaku profesional mahasiswa menggunakan teknik
observasi.
Pengamatan perilaku sikap profesioanal, kerjasama tim , hubungan komunikasi
dokter pasien , observasi ini diamati dalam perilaku mahasiswa sehari-hari baik

PAGE 15
di tahap akademik, kegiatan mahasiswa maupun pada tahap profesi dan menjadi
catatan portofolio mahasiswa dan menjadi pertimbangan saat yudisium.
2. Teknik penskoran rubrik
Teknik penskoran rubrik dapat dilakukan pada saat penilaian pelaksanaan
tutorial dipertemuan 1 dan pertemuan kedua dengan memiliki rubrik penilaian
yang jelas serta teknik penskoran yang baik, dan juga saat penilaian skills lab
atau OSCE . Instrumen sudah dilengkapi dengan petunjuk penggunaan,
sehingga tutor/ instruktur skills lab manapun dapat dengan mudah menggunakan
instrumen. sehinngga pengguna instrumen dengan mudah di implementasikan.
3. Log books
Penilaian dalam log books mahasiswa yaitu dengan menilai melalui instrumen
sikap profesional dalam log books dimana setiap melakukan setiap tindakan dan
selesai melakukan setiap tindakan.
Sebagai contoh Log books kegiatan Al Islam Kemuhammadiyahan di asrama
bagi mahasiswa tahun pertama.

PAGE 16
V. REFERENSI
1. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode etik kedokteran tahun
2012. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2012.
2. Setiabudy Rianto, Julitasari Sundoro ; Konflik Kepentingan dalam Profesi
Dokter , Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia2Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
3. Lloyd M dan Bor M. Communication skills for medicine. Edinburgh.Elsevier.
2009
4. Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi efektif dokter-pasien. Jakarta.2006
5. Purnamasari Cicih Bhakti *, Mora Claramita**, Yayi Suryo Prabandari**
Pembelajaran profesionalisme kedokteran dalam persepsi instruktur dan
mahasiswa, Jurnal UGM, Maret 2015.
6. Khasanah Uswatun, Atik Sutisna, Rr. Vivi Meidianawaty ; Pengembangan
Instrumen Penilaian Perilaku Profesional Mahasiswa Kedokteran, Jurnal
Unswagati,2015.

PAGE 17

Anda mungkin juga menyukai