Anda di halaman 1dari 4

A.

IMPLIKASI SOSIAL DAN IMPLIKASI EKONOMI


Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Berdasarkan pengertian di atas konsep patient safety dalam implikasi social dan ekonomi
yaitu :

1. Implikasi social
a. Menjunjung tinggi pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM).
b. Adanya rasa solidaritas sosial yang tinggi antarbangsa di berbagai negara.
c. Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran.
d. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri.

2. Implikasi ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, Terjadinya industrialisasi,
Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill
dan pengetahuan yang dimiliki., Kecenderungan perkembangan teknologi dan
ekonomi, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja
yang diperlukan. Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
akan mengalami perubahan yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah
pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang mampu mentransformasikan
pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang berubah
tersebut.
B. CONTINOUOS EDUCATION UNTUK TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan sebagai salah satu unsur dimasyarakat dan pemerintahan
amat dibutuhkan perannya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Selama ini
peran yang dikenal dari seorang tenaga kesehatan adalah sebagai seorang
“penyembuh”. Harapan masyarakat bila berhadapan dengan tenaga kesehatan adalah
dapat memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kesehatannya baik keluhan hal
yang mendasar sampai hal-hal yang komplikasi ditanyakan kepada mereka. Peran
seorang “penyembuh” ini amat mulia dan dihargai sangat tinggi dimata masyarakat.
Biasanya masyarakat hanya tahu, petugas yang melayani mereka untuk pengobatan
mereka panggil dengan sebutan “dokter”. Padahal seperti yang kita ketahui, tidak
hanya seseorang yang berprofesi sebagai dokter yang melakukan dan memberikan
pengobatan. Untuk itu sebagai tenaga Kesehatan juga perlu Pendidikan berkelanjutan
agar mampu untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbale balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

C. HAK PASIEN MENERIMA EDUKASI KESEHATAN


Edukasi Kesehatan atau Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan
atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata
lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran.Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut
mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Didalam suatu proses pendidikan
kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku,
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses
pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik
atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar
tercapai suatu hasil yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara
harmonis.
D. INFORMED CHOICE ATAS TINDAKAN YANG DI BERIKAN (SECOND
OPINION
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang
dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap
hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang
lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat,
keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus
dihormati, tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Dari riwayat
yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan sungkan baik untuk
membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan klien. Ini
bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan
bersusah payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan
hasil yang diharapkan dari setiap pilihannya.

E. STANDAR TINDAKAN MEDIS


Tindakan medis adalah tindakan professional oleh dokter terhadap pasien dengan tujuan
memelihara, meningkatkan, memulihkan kesehatan, atau menghilangkan atau mengurangi
penderitaan. meski memang harus dilakukan, tetapi tindakan medik tersebut ada kalanya
atau sering dirasa tidak menyenangkan. Tindakan medik adalah suatu tindakan seharusnya
hanya boleh dilakukan oleh para tenaga medis, karena tindakan itu ditujukan terutama bagi
pasien yang menhalami gangguan kesehatan. Suatu tindakan medik adalah keputusan etik
karena dilakukan oleh manusia terhadap manusia lain, yang umumnya memerlu-kan
pertolongan dan keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan atas beberapa alternatif
yang ada. Keputusan etik harus memenuhi tiga syarat, yaitu bahwa keputusan tersebut
harus benar sesuai ketentuan yang berlaku, juga harus baik tujuan dan akibatnya, dan
keputusan tersebut harus tepat sesuai dengan konteks serta situasi dan kondisi saat itu,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut Budi Sampurno, dalam
melakukan tindakan medik yang merupakan suatu keputusan etik, seorang dokter harus :
a. Mempertimbangkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat, profesi, pasien;
b. Mempertimbangkan etika, prinsip-prinsip moral, dan keputusan-keputusan khusus
pada kasus klinis yang dihadapi.
c. Secara material, menurut Danny Wiradharma, suatu tindakan medik tidak
bertentangan dengan hukum apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Mempunyai indikasi medik, untuk mencapai suatu tujuan yang konkret.
2. Dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku dalam ilmu kedokteran
3. Sudah mendapat persetujuan dari pasien.

Syarat a dan b juga disebut sebagai bertindak secara lege artis. Secara yuridis sering
dipermasalahkan apakah suatu tindakan medik dapat dimasukkan dalam pengertian
penganiayaan. Akan tetapi dengan dipenuhinya ketiga syarat tersebut di atas maka
kemudian menjadi jelas. Sebenarnya kualifikasi yuridis mengenai tindakan medik
tidak hanya mempunyai arti bagi hukum pidana saja, melainkan juga bagi hukum
perdata dan hukum administratif.

Lazimnya persyaratan dalam hubungan perjanjian antara pasien-dokter tidak


secara eksplisit dituangkan dalam perumusan persyaratan perjanjian, namun
dianggap telah terkandung di dalam sesuai dengan etik yang mengikuti dokter
dalam menjalankan profesi-jabatan-nya. Dalam hubungan tersebut pengertian
informasi pasien merupakan suatu bentuk umum penerangan kepada pasien pada
umumnya. Guwandi menyebutkan bahwa dokter dalam melakukan tindakan medik
haruslah berdsarkan empat hal, yaitu :

1. Adanya indikasi medik;

2. Bertindak secara hati-hati ;

3. Bekerja berdasarkan standar profesi medis dan prosedur operasional;

4. Ada persetujuan tindakan medik (Informed Consent).

Anda mungkin juga menyukai