Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patient safety adalah suatu sistem dimana suatu pelayanan kesehatan
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan

penyakit

dan

peningkatan

kesehatan,

dengan

menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien


sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan.
Tidak hanya di rumah sakit, problema tentang keselamatan pasien juga
berlaku di lingkungan komunitas. Pasalnya, tindakan keperawatan yang dilakukan
ke masyarakat belumlah sesuai dengan konsep pasien safety itu sendiri. Untuk itu,
kami akan membahas mengenai Pasien Safety dalam Keperawatan Komunitas
sesuai dengan tugas yang kami dapatkan agar lebih memahami konsep safety itu
sendiri dalam komunitas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah konsep dasar dari keperawatan komunitas ?
1.2.2 Apa tujuan keperawatan komunitas ?
1.2.3 Apa saja unsur-unsur keperawatan komunitas ?
1

1.2.4

Bagaimana asumsi dan kepercayaan terhadap perawatan kesehatan

1.2.5
1.2.6
1.2.7

komunitas menurut ana (american nurses association) ?


Bagaiman patient safety dalam keperawatan komunitas ?
Bagaimana standar patient safety dalam keperawatan komunitas ?
Apa saja sasaran patient safety dalam keperawatan komunitas?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi konsep

patient safety pada keperawatan komunitas.


Tujuan Khusus :
- Untuk mengetahui konsep dasar dari keperawatan komunitas.
- Untuk mengetahui tujuan keperawatan komunitas.
- Untuk mengetahui unsur-unsur keperawatan komunitas.
- Untuk mengetahui gambaran asumsi dan kepercayaan terhadap
perawatan kesehatan komunitas menurut ana (american nurses
-

association).
Untuk mengetahui patient safety dalam keperawatan komunitas.
Untuk standar patient safety dalam keperawatan komunitas.
Mengetahui sasaran patient safety dalam keperawatan komunitas.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar dari Keperawatan Komunitas
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
2

pencegahan

penyakit

dan

peningkatan

kesehatan,

dengan

menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien


sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
2.2 Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upayaupaya sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health General
Community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
2.3 Unsur-Unsur Keperawatan Komunitas
Unsur-unsur dalam keperawatan komunitas adalah :
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan klien / klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk
mencapai Tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi
keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk
kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah
kumuh.
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi

terbebasnya

dari

gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang


dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang
bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
3

4. Keperawatan
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka
dikembangkan: tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas
2.4 Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas
Menurut ANA (American Nurses Association)
1. Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a.

Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

b.

Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan


dasar praktek penelitian.

c.

Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.

d. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.


2. Kepercayaan
a.

Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.

b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.


c.

Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan


kesehatan.

d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.


e.

Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.

f.

Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu


yang lama.

g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.


h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
2.5 Patient Safety dalam Keperawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi:
1. Upaya Promotif
4

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan klien, keluarga,


kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
Dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, perawat
harus memperhatikan bahwa informasi yang diberikan benar dan tidak
terjadi kesalahan komunikasi ketika masyarakat menerima informasi
b. Peningkatan gizi
Peningkatan gizi dilakukan agar kondisi fisik pasien menjadi lebih
membaik. Namun sebelum melakukan peningkatan gizi, perawat harus
mengkaji terlebih dahulu status gizi dari klien tersebut
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
Pemeliharaan kesehatan perorangan dapat dilakukan dengan cara
perawatan kebersihan diri, pemeriksaan kesehatan, dan lain-lain
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
Pemeliharaan kesehatan lingkungan dimaksudkan agar klien terhindar dari
hal-hal

yang

dapat

mengganggu

kesehatan,

seperti

memberikan

pemahaman tentang pentingnya pembuangan sampah pada tempatnya,


pengurasan bak mandi dan lain-lain
e. Olahraga secara teratur
Olahraga dapat membantu klien untuk meningkatkan kesehatan. Namun,
harus diperhtikan kesehatan dari masing-masing klien, apakah klien
mampu untuk melakukan olahraga yang berat atau tidak. Misalnya, klien
dengan riwayat penyakit jantung disarankan untuk tidak melakukan
olahraga yang berat
f. Rekreasi
Rekreasi dapat membantu klien untuk mendapatkan udara yang segar yang
berguna untuk kesehatan klien
g. Pendidikan seks.
Pendidikan seks diperlukan oleh masyarakat tahu cara melakukan seks
yang benar dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
hubungan seks. Selain itu, masyarakat juga dipaparkan dampak yang
dapat terjadi jika melakukan perilaku seks yang menyimpang.
2. Upaya Preventif
5

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan


gangguan terhadap kesehatan klien, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
Dalam memberikan imunisasi, perawat harus meperhatikan prinsip 6
tepat, yaitu :
1) Tepat obat: mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
menanyakan ada tidaknya alergi obat, menanyakan keluhan pasien
sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat,
mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat, hanya
memberikan obat yang didiapkan diri sendiri.
2) Tepat dosis: mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
mengecek hasil hitungan dosis dengan dengan perawat lain,
mencampur/mengoplos obat.
3) Tepat waktu: mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
mengecek tanggal kadarluarsa obat, memberikan obat dalam rentang
30 menit.
4) Tepat pasien: mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas
pasien pada papan/kardeks di tempat tidur pasien
5) Tepat cara pemberian: mengecek program terapi pengobatan dari
dokter, mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat.
6) Tepat dokumentasi: mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian
obat (Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997).
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
Dalam setiap pemeriksaan

kesehatan,

perawat

memperhatikan

perkembangan klien dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang


diberikan apakah berhasil atau tidak
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun
di rumah.
6

Pemberian vitamin A dan yodium sangat penting dalam meningkatkan


kesehatan masyarakat
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Kehamilan, nifas dan menyusui merupakan tahap yang sangat rentan
terhadap terjadinya gangguan kesehatan.
Pada saat pemeriksaan kehamilan, harus diperhatikan keselamatan
klien, seperti saat melakukan pemeriksaan leopold ataupun tindakan
lainnya.
Pada saat pemeliharaan kesehatan ibu nifas, yang harus diperhatikan
perdarahan yang terjadi, dan adanya tanda-tanda infeksi pada bekas
jahitan episiotomi atau bekas luka sesar.
Pada saat menyusui, ibu harus diajarkan cara menyusui yang benar,
agar menghindari terjadinya gangguan kesehatan baik pada ibu ataupun
bayi. Selain itu, disarankan bagi ibu agar memberikan ASI bagi bayi dan
jika diberikan PASI, harus menggunakan produk susu yang telah disetujui
oleh tenaga medis.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
Dalam memberikan perawatan di rumah,

harus

memperhatikan

lingkungan tempat klien beristirahat. Seperti perawatan kebersihan diri


klien selama sakit, pemberian obat yang tepat waktu, menghindari
terjadinya resiko jatuh dengan cara memberikan pengaman ketika klien
sedang tidur dan menuntun klien jika klien bisa berjalan sendiri. Dalam
hal ini, perawat dapat bekerja sama dengan keluarga.
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit dilakukan untuk memantau keadaan dan perkembangan klien.
7

Misalnya klien yang mengalami masalah gangguan kejiwaan harus perlu


dikontrol setelah keluar dari rumah sakit. Tujuannya adalah agar perawat
dapat mengetahui apakah klien menjalankan terapi obat yang telah
diberikan sesuai dengan yang diresepkan dan apakah klien tidak ada
factor-faktor yang akan membuat klien memperberat kondisi mental klien.
Hal ini untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada klien
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas
Ibu hamil yang memiliki kondisi patologis memerlukan perawatan yang
intensif. Jika ibu hamil tersebut melakukan perawatan di rumah, maka
perawat harus selalu mengobservasi keadaan ibu hamil tersebut secara
rutin dan memberikan tindakan keperawatan yang diperlukan. Selain itu,
perawat harus membantu ibu hamil agar terhindar dari resiko jatuh atau
cedera.
Perawatan pada ibu bersalin adalah dengan memperhatikan kesterilan alat
dan menjaga privacy klien. Selain itu komunikasi yang terpeutik harus
selalu diberikan untuk menurunkan tingkta ansietas klien ataupun keluarga
Pada saat pemeliharaan kesehatan ibu nifas, yang harus diperhatikan
perdarahan yang terjadi, dan adanya tanda-tanda infeksi pada bekas
jahitan episiotomi atau bekas luka sesar
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara sangat penting dilakukan, khususnya pada ibuyang
menyusui. Perawat bisa memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara
melakukan perawatan payudara yang baik agar ibu tersebut memahami
cara-cara perawatan yang benar, manfaat dari perawatan payudara dan
akibat jika tidak melakukan perawatan payudar yang benar.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
Masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir adalah terjadinya infeksi
pada tali pusat. Maka, perlu diberikan pendidikan kesehatan bagi ibu yang
baru melahirkan mengenai cara perawatan tali pusat yang benar. Hal ini
dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi pada tali pusat pada bayi baru
lahir.
8

4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui
kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang maupun kelainan bawaan
Latihan fisik yang diberikan pada klien harus sesuai dengan penyakit yang
diderita klien. Selain itu latihan fisik yang diberikan harus bertahap agar
pemulihan klien juga bisa menjadi optimal.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
Latihan fisik yang diberikan pada klien harus sesuai dengan penyakit yang
diderita klien. Selain itu, perawat juga harus memperhatikan Universal
Precautions dalam melakukan latihan fisik, untuk mencegah terjadinya
penularan ataupun infeksi.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan klien, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompokkelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan
masyarakat

untuk

dapat

menerima

kembali

kelompok

yang

mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar


masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan
penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan
dapat dimengerti.
9

2.6 Standar Patient Safety dalam Keperawatan Komunitas


Tujuh standar patient safety dalam keperawatan komunitas:
1. Hak pasien
2. Mendididik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
2.7 Kondisi yang Berhubungan dengan Keselamatan Pasien
Berbagai kondisi yang berhubungan dengan keselamatan pasien dalam
keperawatan komunitas antara lain :
1. Keadaan Nyaris Cedera
Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan
untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada
seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat/dirasakan atau kejadian
jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit
seperti stroke, pingsan, dan lainnya.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh setelah
klien meminum obat-obatan adalah perawat melihat efek samping obat

yang memungkinkan terjadinya jatuh, seperti :


Penglihatan menurun: perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat
menyebabkan jatuh, menggunakan kaca mata, sehingga pasien dapat

berjalan sendiri misalnya pada malam hari.


Perubahan status mental: perawat tanggap terhadap perubahan perilaku
pasien Meletakkan sepatu dan tali sepatu pada tempatnya: perawat
mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh (misal sepatu

atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya).


Jatuh di lantai: perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh.
10

Terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi (perawat
menganjurkan untuk minum 6-8 gelas per hari). (Joint Commission
International, 2007)

2. Kejadian Yang tidak Diharapkan


Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan
pada pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak
bertindak (ommision), dan bukan karena underlying disease atau
kondisi

pasien

(KKP-RS).

KTD

yang

tidak

dapat

dicegah

(unpreventable adverse event): - suatu KTD akibat komplikasi yang


tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir (KKP-RS).
Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan (AHRQ Publication No.04RG005, Agency for Healthcare Research and Quality Desember

2003):
Masalah komunikasi.
Penyebab yang paling umum terjadi medical errors. Kegagalan
komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar perawat dan pihak
kluarga ataupun klien, dan informasi tidak didokumentasikan dengan

baik/hilang
Masalah SDM.
Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, dokumentasi
suboptimal dan labelling spesimen yang buruk, kesalahan berbasis
pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk setiap
pasien pada saat diperlukan Hal-hal yang berhubungan dengan pasien.
Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap,
kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat
transfer pengetahuan di rumah sakit. Kekurangan pada orientasi atau
training, tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya, transfer
pengetahuan di RS pendidikan. Pola SDM/alur kerja. Para dokter, perawat
,dan staf lain sibuk karena SDM tidak memadai, pengawasan/supervisi
yang tidak adekuat.
11

Kegagalan-kegagalan teknis.
Kegagalan alat/perlengkapan:

pompa

infus,.

Komplikasi/kegagalan

implants atau grafts. Instruksi tidak adekuat, peralatan dirancang secara


buruk bisa sebabkan pasien cedera. Kegagalan alat tidak teridentifikasi
secara tepat sebagai dasar cederanya pasien, dan diasumsikan staf yang
buat salah. RCA yang lengkap, sering tampilkan kegagalan teknis, yang

mula-mula tidak tampak, terjadi pada suatu KTD.


Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat.
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu terjadinya
banyak medical errors. Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri
sebabnya pada buruknya dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau
SOP klinis yang adekuat.

2.8 Sasaran Patient Safety di Keperawatan Komunitas (Puskesmas)


Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji dalam identifikasi pasien di Puskesmas adalah nama,
tanggal lahir, alamat, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
riwayat penyakit sekarang. Hal yang perlu perawat puskesmas selaku perawat
komunitas kaji juga adalah masalah lingkungan di sekitar pasien yang mungkin
mempengaruhi status kesehatan pasien. Misalnya pasien datang dengan masalah
diare akut sejak 6 hari yang lalu, ternyata masalah diare ini juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dimana di komunitas tersebut tidak ada MCK yang memadai
sehingga masyarakat harus buang air di WC umum yang digunakan secara
bersama-sama oleh masyarakat atau di kali. Bagaimana suatu budaya dalam
komunitas mempengaruhi pola kesehatan pasien dan keluarga juga menjadi
acuan perawat komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga
perawat komunitas perlu mengkaji budaya pasien. Misalnya di Puskesmas X
masalah kesehatan yang paling banyak terjadi di komunitas adalah penyakit
hipertensi dan kolesterol. Dari hasil pengkajian kepada pasien yang datang
berkunjung

ke

Puskesmas

tersebut

didapatkan

budaya

yang

sering

mengkomsumsi daging, atau makanan-makanan berlemak dalam waktu yang


12

sering. Sehingga untuk menerapkan patien safety di komunitas perawat


puskesmas tidak hanya mengkaji tentang pasien tetapi juga keluarga, lingkungan
dan budaya pasien yang mungkin mempengaruhi status kesehatan pasien dan
keluarga.
Selanjutnya setelah didapatkan data-data terkait masalah yang ada di
lingkungan masyarakat maka dapat dibuat suatu peta GMM Geomedicmapping,
dimana peta ini nantinya dapat dipakai untuk memantau masalah kesehatan di
suatu wilayah ( RT ). GMM adalah Peta Masalah Kesehatan di suatu wilayah
(RT). Dengan peta wilayah sampai RT, Puskesmas akan lebih mudah mengamati
wilayah kerjanya.
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Dalam keperawatan komunitas komunikasi yang dipakai adalah komunikasi
yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh pasien, akan
mengurangi kesalahan dan meningkatan keselamatan pasien. Komunikasi verbal
antar petugas kesehatan saat serah terima menggunakan teknik SBAR (situationbackround-assesment-recommendation) untuk pasien rawat inap di puskesmas.
Dalam berkomunikasi dengan pasien perawat perlu memahami bahasa yang
digunakan pasien agar dapat memberikan pelayanan dengan baik.
Selain komunikasi yang ada di Puskesmas, komunikasi dengan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal juga sangat diperlukan karena maslah-masalah
kesehatan yang ada di masyarakat tidak hanya yang terlihat saja, tetapi
sebenarnya banyak masalah yang tidak terdeteksi. Ada beberapa program yang
bisa dilakukan oleh perawat yang ada di puskesmas, seperti:
1. informasi tentang resiko tinggi ibu hamil harus sampai di Ketua RT dan
Kader Desa SiAGA, agar patient safetynya tetap berjalan, tidak hanya saat
berada di Puskesmas.
2. Posyandu adalah alat pantau status gizi untuk bayi/balita. Dari kaca mata
patient safety,tujuan Posyandu adalah : menjaga BB bayi/balita berada
dijalur yang benar, dan menemukan masalah gizi (BGT/BGM) seawal
mungkin. Mencegah BGT dan BGM menjadi Gizi Buruk. SOPnya : Setiap
13

BGM harus dikunjungi rumah dan

jika Gakin diberi PMT (makanan

tambahan pemulihan ) selama 90 hari makan. Melindungi bayi dari penyakit


berbahaya yang menyerang anak-anak, yaitu melalui imunisasi
3. Kesehatan Masyarakat Membangun Sistem Informasi GMM
Geomedicmapping (GMM) dipakai untuk memantau

masalah

kesehatan di suatu wilayah ( RT ). GMM adalah Peta Masalah Kesehatan di


suatu wilayah (RT). Dengan peta wilayah sampai RT, Puskesmas akan lebih
mudah mengamati wilayah kerjanya. Komunikasinya memakai HT.
Kegunaannya banyak, terutama untuk survailance.
Langkah pertama membuat GMM adalah membuat peta wilayah kerja
Puskesmas dengan batas RT yang jelas. Peta setiap RT ini diperbesar
kemudian diserahkan kepada kader untuk dibuatkan gambar rumah warga
RT lengkap dengan jalan, gang dan tempat penting lainnya di RT. Setelah
lengkap gambarnya, Peta ini dipindahkan ke komputer dengan program
Corell Draw. Di print dan diserahkan kembali kepada kader untuk dikoreksi.
Jika sudah final maka peta ini dipakai sebagai pegangan oleh kader untuk
pengamatan, pendataan bayi, balita, lansia dan ibu hamil di setiap RT. Satu
lembar peta RT diwarnai oleh petugas kesehatan Puskesmas khusus untuk
memantau beberapa kasus yang perlu diamati oleh kader maupun Ketua RT.
Warna yang disepakati bersama dengan kader adalah warna merah untuk
bayi BGM, kuning untuk bumil RESTI, biru untuk TB Paru dan tanda silang
untuk Gakin. Dengan peta GMM ini Kader dan Ketua RT bisa mengetahui
dengan jelas, masalah kesehatan yang ada diwilayah RTnya, termasuk kasus
kesehatan yang perlu diamati bersama. Ini adalah contoh Peta GMM RT-02
di Desa Purwajaya. Rumah dengan warna-warna tertentu menggambarkan
masalah yang dimiliki oleh KK di RT 02. Dengan melihat Peta GMM, Kader
desa SiAGA dan Ketua RT bisa mengetahui dengan pasti masalah kesehatan
yang ada di Rtnya dan yang mana yang perlu diamati. Peta GMM ini
dipegang oleh Kader Desa SiAGA, Ketua RT, Puskesmas Pembantu dan

14

Puskesmas. Komunikasi Kader dengan Puskesmas/Pusban melalui HP.


Setiap saat bisa berubah sesuai dengan informasi terbaru.
4. Informasikan SOP/ standar kebijakan puskesmas ke Kader desa
Tujuan pengamatan kasus adalah untuk keselamatan pasien dan warga
RT lainnya. Mungkin muncul pertanyaan, untuk apa diamati jika prosedur
selanjutnya tidak jelas ? Puskesmas harus memiliki SOP yang baik untuk
masalah kesehatan yang diamati ini. Misalnya, SOP bayi BGM : Semua
kasus BGM dikunjungi rumah ( PHN ), jika Gakin diberi PMT Pemulihan
( Makanan Tambahan ) selama 90 hari makan. SOP Bumil RESTI : Pada
trimester III semua bumil RESTI telah memegang rekomendasi dari Bidan
KIA Puskesmas dimana dia harus atau boleh melahirkan. Semua kader Desa
SiAGA harus tahu mengenai kebijakan Puskesmas yang tertuang dalam SOP.
Jika SOP sudah ada, maka tuntutan selanjutnya adalah mematuhi SOP.
Oleh karena itu dibutuhkan komitmen yang kuat dari Puskesmas untuk
menjalankan SOP ini dilapangan.
5. Konsultasi Kesehatan Masyarakat
Puskesmas mengembangkan satu bentuk Konsultasi Kesehatan
Masyarakat, yaitu antara masyarakat di RT dengan Puskesmas. Setiap pagi
dokter Puskesmas menjawab berbagai pertanyaan masalah kesehatan yang
masuk melalui Hp petugas GMM Puskesmas. Media Promosi Kesehatan.
Setiap minggu sekali Puskesmas mengirim kan pesan kesehatan ke semua
kader desa SiAGA.
6. Membangun Link Puskesmas-Masyarakat
Kasus-kasus kesehatan ( Gizi Buruk, BGM Bumil RESTI, TBParu,Kusta,dsb ) ditangkap di Puskesmas, Gizi buruk dan BGM di
Posyandu. Melalui petugas GMM Puskesmas mengirimkan informasi ini
melalui SMS ke Kader Desa Siaga di RT dimana penderita/kasus itu tinggal
dan tembusannya ke Pusban. Kader desa SiAGA akan memberi warna pada
peta GMMnya sesuai dengan kasusnya. Dan sebaliknya Kader Desa SiAGA
bisa mengirimkan informasi kasus/masalah kesehatan yang mereka temukan
melalui SMS ke Petugas GMM, misalnya ada anak warga RT yang dirawat
15

di RS dengan DBD. Informasi semacam ini penting karena Puskesmas akan


menemukan kasus pertama. Demikian juga di Posyandu, jika ditemukan
bayi/balita BGM atau Gizi buruk, maka informasi ini dengan cepat (via
SMS) akan sampai ke Kader Desa SiAGA dan Ketua RT untuk sama-sama
mengamati. KLB tidak akan terjadi jika kita mengatasi kasus pertama.
Yang penting adalah informasi yang cepat dan akurat.

Ditingkat RT Kader

bisa membuat jaring pengamatan sendiri dengan warga RT lain nya melalui
HP, sehingga pekerjaan kader menjadi lebih efektif dan efisien.
Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat-obat Yang Perlu Diwaspadai
(high-alert)
Dalam pemberian obat perawat perlu melakukan independent double-check
yang meliputi aspek :
- Bandingkan dengan resep/instruksi dokter:
- Identitas pasien sudah benar?
- Nama obat sudah benar?
- Kekuatan/dosis sudah benar?
- Rute sudah benar?
- Kecepatan infus sudah benar ? (untuk pasien rawat inap puskesmas)
- Waktu pemberian sudah benar?
Additional double check meliputi aspek :
- Indikasi obat sesuai dengan diagnosis?
- Formulasi obat sudah benar?
- Rute pemberian aman untuk pasien?
Dalam memberikan obat kepada pasien perawat juga perlu memperhatikan
prinsip 7 benar yang meliputi :
1. Benar obat
2. Benar dosis obat
3. Benar cara pemberian
4. Benar waktu pemberian
5. Benar pasien
6. Benar informasi
7. Benar dokumentasi
Selain itu, penting juga agar puskesmas membuat suatu kebijakan tentang
penyimpanan obat-obat berisiko tinggi seperti obat narkotika, dan juga bagi
16

pasien-pasien dengan masalah ketergantungan NAPZA yang datang ke


puskesmas untuk rawat jalan, maka pemberian obat-obat substitusi harus sesuai
dengan prosedur, harus jelas pemberianya bagi pasien tersebut, karena
dikawatirkan adanya penyalahgunaan obat-obatan tersebut oleh pasien atau pun
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sasaran IV : Kepastian Tepat Pasien, Tepat Lokasi, Tepat Prosedur Operasi
Prosedur operasi di puskesmas harus dilakukan sesuai dengan SOP/
Kebijakan yang berlaku di puskesmas tersebut. SOP untuk Patient Safety dalam
pelayanan kesehatan masyarakat sebaiknya dibuat bersama oleh Puskesmas dan
instansi terkait lainnya yang ada di Kecamatan, seperti Dinas Sosial, Dinas
Peternakan, Dinas Pertanian, LPM, Kepala Desa, dan Camat. Tujuannya adalah
agar komitmennya kuat dan utuh
Khusus untuk pelaksanaan prosedur operasi, karena di puskesmas peralatan
terbatas maka sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pengkajian pasien
terlebih dahulu, apakah memungkinkan pasien tersebut untuk dioperasi di
Puskesmas dengan peralatan yang tersedia, jika tidak maka puskesmas harus
segera membuat surat rujukan yang jelas tujuan RS tempat dilaksanakannya
operasi dengan fasilitas yang dibutuhkan.
Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Untuk SKP V ini sama halnya pelaksanaannya di RS, dimana untuk mencegah
terjadinya penularan infeksi dalam pemberian pelayanan kesehatan (infeksi
nosokomial) yang terpenting harus memperhatikan kebersihan diri para petugas
khusunya dalam hal cuci tangan. Cuci tangan harus dijadikan suatu kebijakan
dari puskesmas yang wajib diikuti oleh semua tenaga kesehatan yang ada
dipuskesmas. Prosedur cuci tangan harus mengikuti standar dari WHO yang
terbaru dan telah dipakai oleh beberapa tempat pelayanan kesehatan.
Selain itu penting juga untuk mensosialisasikan langkah cuci tangan yang
benar kepada tenaga kesehatan dan juga menempelkan poster-poster tentang cuci
tangan disetiap lokasi di puskesmas, khususnya di tempat-tempat cuci tangan.
17

Selain membuat kebijakan tentang cuci tangan, puskesmas juga harus


membuat kebijakan mengenai standar APD yang hasrus di gunakan oleh tenaga
kesehatan selama pemberian pelayanan kesehatan, karena disamping kita harus
memperhatikan keselamatan pasien, kita juga harus memperhatikan keselamatan
para pemberi yankes nya.
Sasaran VI : Pengurangan Resiko Paisen Jatuh
Pada sasaran ini, yang harus diperhatikan oleh perawat dalam memberikan
yankes khususnya di komunitas adalah bagi masyarakat yang berobat di
puskesmas dengan indikasi rawat inap, maka perawat harus melakukan
pengkajian resiko jatuh bagi pasien tersebut. Setelah didapatkan hasilnya maka
tugas selanjutnya adalah memberikan beberapa intervensi bagi pasien dengan
resiko tinggi jatuh. Hal ini bertujuan untuk mencegah kejadian jatuh khusunya
bagian pasien dengan resiko tinggi jatuh, agar keselamatan pasien terjaga dan
dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan

penyakit

dan

peningkatan

kesehatan,

dengan

menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien


sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan.
Tujuan dari penerapan Patient Safety di Puskesmas adalah menekan
sekecil mungkin kejadian yang tidak diharapkan (KTD) atau Medical Error pada
pasien. Setiap tindakan hanya dilakukan berdasar kan SOP. Dimasing-masing unit
kerja di Puskesmas di lengkapi dengan SOP ( Standard Operating Procedure )
untuk tindakan-tindakan tertentu. Di Puskesmas yang menerapkan Patient Safety,
keselamatan pasiennya akan terjaga atau terjamin dari setiap tindakan medis yang
keliru ( pemeriksaan, diagnosa, injeksi, obat, tindakan bedah, dll )yang dilakukan
tenaga kesehatan, maupun dari faktor lain didalam gedung Puskesmas (sampah
medis lantai yang licin, dsb ). Artinya pasien yang datang ke Puskesmas dengan
penyakit tertentu,keluarnya tidak bertambah parah atau malah jumlah penyakitnya
bertambah.
3.2 Saran
Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan
masyarakat agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan prosedur
yang telah di tentukan.
19

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and
practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts and
practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health
nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange
Potter, P.A and Perry , A.G. (1997). Fundamental of nursing concept; process and
Practice. St. Louis: Mosby. Jilid 2

20

Anda mungkin juga menyukai