Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LANDASAN TEORITIS
1.1 Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta
aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah
dan masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di
bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.Secara umum, mereka
harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan
rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya
kesehatan masyarakat (UKM).
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan
yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Puskesmas dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu: Puskesmas Tingkat Provinsi,
Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan. Puskesmas dapat
memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini
disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Perawat
memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki subunit
pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos
kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes).
Puskesmas sebagai salah satu salah satu instansi pemerintah yang berperan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut
untuk meningkatkan kualitas kinerja atau mutu dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan mampu memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan masyarakat serta mampu memberikan
kepuasan kepada masyarakat. Saat ini, pudarnya Ujung Tombak Pelayanan
Kesehatan,

demikian

halnya

Puskesmas

menjadi

hal

yang

sangat

disayangkan. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, mestinya

puskesmas dapat menjadi tempat rujukan pertama dengan pelayanan prima


yang dapat menangani berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada
masyarakat, dan yang lebih fatal dimana petugas puskesmas tidak begitu
tanggap dengan pelayanan medik, tetapi lebih menekankan administrasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah bentuk permasalahan yang terjadi di puskesmas terkait dengan
mutu pelayanan kesehatan?
2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan terkait mutu
pelayanan kesehatan?
3. Bagaimanakah bentuk pemecahan masalah serta solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait mutu pelayanan
kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi terkait mutu pelayanan kesehatan di puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di puskesmas terkait
dengan mutu pelayanan kesehatan
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya permasalahan terkait mutu
pelayanan kesehatan
c. Untuk mencari solusi pemecahan masalah terhadap permasalahan yang
terjadi terkait mutu pelayanan kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Puskesmas


Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi
sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek
pembiayaan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis
kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.Secara
umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif
sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP)
atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).
2.2 Peran dan Fungsi Puskesmas
a. Peran Puskesmas
Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit
b. Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah
kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada
4. masyarakat di wilayah kerjanya.
2.2 Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.1 Defenisi Mutu Pelayanan
Mutu Pelayanan Kesehatan merupakan pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

tingkat kepuasan rata-rata penduduk (Dr. Avedis Donabedian, dalam Buku


Manajemen Mutu Paripurna Pelayanan Kesehatan).
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai
(yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang
diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang
bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampua untuk menghasilkan
dampat pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi
(Roemer & Aguilar, 1988).
2.2.2 Faktor-Faktor Penghambat Mutu Pelayanan Puskesmas
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki
masalah-masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas
itu diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: (Tjiptoherijanto dan Said
Zainal Abidin, 1993)
1. Faktor Internal
a. Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan
dalam mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan
Puskesmas. Dimana fungsi manajemen itu untuk planning,
organaizing, leading, dan controling. Pada kegiatan perencanaan
setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan
apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap baik/sudah biasa.
Bahkan

terasa

sekali

bahwa

tidak

pernah

adanya

upaya

pengembangan. Serta tidak pernah terpikir untuk mempersoalkan


kendali mutu pelayanan yang disebabkan kurangnya pengetahuan,
peralatan, dan perhatian tersita pada upaya pengobatan. Dapat
dikatakan bahwa kepala Puskesmas lebih sibuk pada masalahmasalah manajerial daripada kasus-kasus klinik. Dapat dikatakan
juga bahwa kurangnya pengetahuan para Kepala Puskesmas dan
rendahnya disiplin/etos kerja staff, menjadikan unsur manajemen ini
tidak berjalan. Tentu hal ini menghambat kinerja Puskesmas untuk
melayani masyarakat dalam bidang kesehatan. misalnya administrasi
yang lama, petugas yang sering terlambat dan pulang cepat.

b. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam
mencapai target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang
terjadi pada Puskesmas di Indonesia terkesan tidak diperhatian oleh
pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit untuk
dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam
Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis maupun obatobatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki
Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun
menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standart kesehatan.
Misalnya : petugas atau stok yang ada di puskesmas hanya obat
obat standar dan sisanya jika ingin obat yang lebih bagus lagi,
masyarakat harus membeli di apotek.
c. Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan.
Misalanya program Posyandu yang tidak tepat sasaran. Jumlah
tenaga medis sedikit karena insentif dari pemerintah daerah. Faktor
kesejahteraan pegawai memang hal penting karena berkaitan dengan
satu-satunya pendapatan resmi mereka adalah gaji. Untuk mencapai
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas di perlukan
pimpinan yang mau memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dan tenaga dokternya untuk puskesmas yang ada di ibukota
provinsi justru banyak bahkan ada yang sampai spesialis. namun di
pedalaman, kabupaten, dan daerah-daerah yang jauh dari kota,
dokter sangat langka. Hanya ada pada jam jam tertentu atau pada
hari hari tertentu. Padahal sakit gak bisa dijadwalkan kan? apalagi
kalau dokternya tidak tentu. Padahal Tolak ukur bagi puskesmas agar
bisa dikatakan ideal, yaitu jika memiliki dua dokter umum, satu
dokter gigi, dua perawat, dan tiga orang bidan.
d. Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang
didapat tidak sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas

sehingga biaya pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang


terdapat di sana tidak sebanding dengan apa yang harus dibayar
sehingga hal ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi
ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas.
e. Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas dengan penduduk menimbulkan hambatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan Puskesma. Tenaga-tenaga
yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang
terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga penduduk
menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk,
maka akibatnya penduduk segan untuk datang ke Puskesmas.
2. Faktor Eksternal
a. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada
daerah pelosok atau setingkat dengan kecamatan. Dimana
kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan yang berbeda-beda
dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas.
Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu
Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada
juga puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang
bermukim di dekatnya karena penduduk yang lain bertempat
tinggal jauh dari Puskesmas. Hal ini terkait pada dana yang tidak
cukup untuk menggunakan alat-alat transportasi atau memang
tempat tinggalnya terpencil sehingga penduduknya lebih senang
tinggal di rumahnya daripada pergi ke Puskesmas.
b. Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat
atas pemahaman pembangunan kesehatan yang setengah-setengah
dari pihak legslatif dan eksekutif yang tercermin dari dijadikannya
pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan daerah.
Ini berarti orang sakit dijadikan tualng punggung pendapatan
daerah.

Padahal

upaya

menyehatkan

masyarakat

sejatinya

termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25


tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan

publik

dan

mengembangkan

demokrasi

menuju

peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu alokasi anggaran


kesehatan berbagai daerah mencerminkan kurangnya perhatian
terhadap

investasi

hak-hak

dasar

pembangunan

manusia

diantaranya pelayanan kesehatan dasar.


c. Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam
sulitnya mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Jumlah warga negara Indonesia mayoritas bermata pencarian petani
dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang memadai.
Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan mereka yang tidak
mampu untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas, namun
kenyataannya orang-orang yang demikian justru enggan datang ke
Puskesmas.
d. Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam
menghambat pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai
pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama, karena pada
umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola
pikir mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan belum
paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat
tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan
lingkungannya.
e. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada
aspek melayani penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh
penduduk dibandingkan dengan melayani obat-obatan yang dapat
digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya suatu penyakit
pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas
lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada
tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu Dinas Kesehatan
juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap

pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada sehingga


tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.
2.3 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas
Standar Pelayanan Minimal (SPM ) Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada

ayat

(1)

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

741/MENKES/PER/VII/2008 berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang


meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan target Tahun 2010
Tahun 2015. Adapun Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% pada tahun 2015
2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% pada tahun 2015
3. Cakupan pertolongan persalinan ileh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan 90% pada tahun 2015
4. Cakupan pelayanan nifas 90% pada tahun 2015
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada
tahun 2010
6. Cakupan kunjungan bayi 90% pada tahun 2010
7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
100% pada tahun 2010
8. Cakupan pelayanan anak balita 90% pada tahun 2010
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan keluarga miskin 100% pada tahun 2010
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% pada tahun
2010
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100% pada
tahun 2010
12. Cakupan peserta KB aktif 70% pada tahun 2010
13. Cakupan penemuan dan penangnan penderita penyakit 100% pada
tahun 2010
14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100% pada
tahun 2015
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan
1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100% pada tahun 2015
2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan
sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 100% pada tahun 2015

c. Penyelidikan Epidemiology dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa /


KLB
Cakupan

Desa/Kelurahan

mengalami

KLB

yang

dilakukan

penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100% pada tahun 2015


d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Cakupan Desa Siaga Aktif 80% pada tahun 2015

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Gambaran Puskesmas


Puskesmas X merupakan puseksmas rawatan yang terdapat di Kota
Pariaman. Tujuan Puskesmas X adalah mendukung tercapainya tujuan
Pembangunan Kesehatan Nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal
diwilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya dalam rangka mewujudkan Masyarakat Yang Mandiri dan
Berkeadilan.

3.2 Visi dan Misi Puskesmas


(Isi ya bg..)
3.3 Masalah Mutu Pelayanan
3.3.1 Identifikasi Masalah
3.3.2 Daftar Masalah
3.3.3 Menentukan Masalah Mutu

3.3.4 Prioritas Penyelesaian Masalah


3.3.5 Rumusan Masalah Mutu
3.3.6 Mencari Penyebab Masalah
3.3.7 Alternatif Pemecahan Masalah (PoA)

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
ternyata masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak
dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan
prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang
demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari
pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta
komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk
oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar
pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis dapat memberikan beberapa saran
diantaranya kepada tenaga kesehatan yang berperan aktif dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan
perhatian terkait dengan bentuk pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten/ Kota.
Roemer, M.I & C Montoya, A. 1988. Quality assessment and
assurance in primary health care. Geneva : World Health
Organization.
Tjiptoherijanto, P & Abidin, S. Z. 1993. Reformasi Administrasi
dan Pembangunan Nasional. Jakarta: L.P. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai