Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,


diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan
ini. Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang
kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak
yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang
seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan
proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang
terpenting.
Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di
negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang
berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus
baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi
mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian
melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-
laki dibandingkan perempuan.
Berdasarkan uraian diatas kami selaku mahasiswa keperawatan
tertarik untuk membuat makalah mengenai Retardasi Mental
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental ?
2. Apa penyebab dari retardasi mental ?
3. Bagaimana klasifikasi dari retardasi mental ?
4. Bagaimana gejala klinis dari retardasi mental dan penegakkan diagnosis pada
retardasi mental ?
5. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan pada retardasi mental ?
6. Bagaimana prognosis dari retardasi mental ?
7. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental ?
C. MAKSUD dan TUJUAN PENULISAN
Mengetahui yang dimaksud retardasi mental , penyebab dari retardasi
mental, mengenal macam-macam pembagian mengenai retardasi mental,

1
gejala yang mucul pada retardasi mental, penegakkan diagnosis nya dan
prognosis pada retardasi mental serta penatalaksanaan yang diberikan pada
retardasi mental

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI RETARDASI MENTAL
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi
yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak
masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:
jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO).
American Association on Mental Deficiency (AAMD)membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai
suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial.
B. PENYEBAB RETARDASI MENTAL

Penyebabretardasi mental dapatterjadimulai dari fasepranatal, perinatal


dan postnatal. Beberapapenulissecaraterpisahmenyebutkanlebih dari 1000
macampenyebabterjadinyaretardasi mental, dan banyakdiantaranya yang
dapatdicegah. Ditinjau dari
penyebabsecaralangsungdapatdigolongkanataspenyebabbiologis dan
psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokulturalmempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan

3
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah
masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan
bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-
kultural.
Penyebabretardasi mental tipe klinisataubiologikaldapatdibagidalam:
a. Penyebab pranatal
o Gangguanmetabolisme
Gangguanmetabolismeasam amino yaitu Phenyl KetonUria
(PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguansiklus urea, histidiemia,
homosistinuria, Distrofiaokulorenal Lowe, hiperprolinemia,
tirosinosisdanhiperlisinemia.
Gangguanmetabolismelemakyaitudegenerasiserebromakulerdanlekoen
sefalopatiprogresif.Gangguanmetabolismekarbohidratyaitugalaktosem
iadan glycogen storabe disease.
o KelainanKromosom
Kelainankromosommunculdibawah 5 persenkehamilan,
kebanyakankehamilan yang
memilkikelainankromosomberakhridengankasuskeguguranhanyaseten
ggahdarisatupersen yang lahirmemilikikelainankromosom,
danakanmeninggalsegerasetelahlahir. bayi yang bertahan,
kebanyakanakanmemilikikelainan down syndrome, atau trisomy
21.Manusianormal memiliki 46 kromosom (23
pasang).orangdengankelainan down syndrome memiliki 47 kromosom
(23 pasang + 1 kromosompadakromosomke 21).
o Infeksi maternal selamakehamilan
yaituinfeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body
disease merupakanpenyakitinfeksi virus yang paling

4
seringmenyebabkanretardasi mental.Infeksi virus
ringanatausubklinikpadaibuhamildapatmenyebabkankerusakanotakjan
in yang bersifat fatal.Penyakit Rubella
kongenitaljugadapatmenyebabkandefisit mental.
o Komplikasikehamilan
Meliputitoksemiagravidarum, Diabetes Mellitus padaibuhamil
yang takterkontrol, malnutrisi,
anoksiajaninakibatplasentapreviadansolutioplasentasertapenggunaansi
tostatikaselamahamil.
b. Penyebab perinatal
o Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi
menyebabkanmeningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan
lahir rendah sedangkanbayi-bayitersebut mempunyai resiko besar
untuk mengalami kerusakanotak, sehingga akandidapatkan lebih
banyak anak dengan retardasi mental.
o Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secaraspontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir,umumnyaakan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
o Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin
takterkonjugasi di dalam sel-sel otak.
o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab postnatal
o Infeksi (meningitis, ensefalitis)
o Trauma fisik
o Kejang lama
o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
C. KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL
Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III:

5
1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak
naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan
rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau
mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari
anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan
Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban
dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.
2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudahtampaksejakanakmasihkecildenganadanyaketerlambatandalamp
erkembangan,
misalnyaperkembanganwicaraatauperkembanganfisiklainnya.
Anakinihanyamampudilatihuntukmerawatdirinyasendiri,
padaumumnyatidakmampumenyelesaikanpendidikandasarnya,
angkakejadiansekitar 12% dari seluruhkasus RM.
Anakpadagolonganinimembutuhkanpelayananpendidikan yang khusus dan
dukunganpelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan
kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk
dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar,
angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan
organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang
ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudahtampaksejaklahiryaitugangguankognitif, motorik, dan
komunikasi yang pervasif. Mengalamigangguanfungsimotorik dan
sensoriksejakawalmasa kanak-kanak, individu
padatahapinimemerlukanlatihan yang ekstensifuntukmelakukan“self care”
yang sangatmendasarsepertimakan, BAB, BAK.

6
Selainitumemerlukansupervisi total dan perawatansepanjanghidupnya,
karenapadatahapinipasienbenar-benartidakmampumengurusdirinyasendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi
Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak
mungkin dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti
buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya terganggu berat atau
fisiknya tidak mampu.

D. DIAGNOSIS & GEJALA RETARDASI MENTAL


Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia
saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari
sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu
dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari
anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental.
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit
dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang
kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda
dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan
neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan fisik
pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan
bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan
down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral sangan mudah
dikenali seperti hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan
pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah yang tampak tumpul.
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.
Namun, tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik,
melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang
berbeda. penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi
yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes
psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu

7
menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan
ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas indikasi,
pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai
screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai
adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu
seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi
adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes
psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai
perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara dan
bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan
motor dan American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994,
mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:
 Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau
kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individu.
 Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi
adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar
yang diharapkan pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya
dalam bidang berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri,
kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-interpersonal, penggunaan
sumber dalam komunitas, self dierection, keterampilan akademik
fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan keamanan.
 Terjadi sebelum berusia 18 tahun.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi
mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate
mental retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe
mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound
mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan
keterbelakangan mental:

8
Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam
berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak
melihat keterbelakangan ini.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman
dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam
oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
 Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan
kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan
dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 – 49)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan
dengan jelas terlambat.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan
dasar dan kebutuhan keamanan.
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi
terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada
permainan sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang
dikenal, mampu merawat diri sendiri.

Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 – 34)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda,
sedikit atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan
sendiri (misalnya makan sendiri).
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat
ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan,
dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan
kebiasaan lain yang dapat diterima.

9
 Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan
memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan
pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.

Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)


 Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang,
kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
 Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas
tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari
pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi
dengan ketat.
 Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan
cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak
dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida

F. PROGNOSIS RETARDASI MENTAL

10
Mengukur kecerdasan dan perilaku adaptif dapat membantu klasifikasi
dari kecenderungan keterbelakangan dan dapat memprediksikan apakah
individu tersebut dapat hidup secara independen. Individu dengan
keterbelakangan mental menengah (moderate mental retardation) lebih sering
ditemukan dapat mencapai seilf-sufficiency dan mendapatkan hidup yang
bahagia. Untuk mencapai tujuannya, mereka membutuhkan lingkungan yang
sesuai dan mendukung seperti pendidikan, komunitas, lingkungan sosial,
keluarga dan keterampilan yang konsisten. Harapannya lebih kecil untuk
individu yang menderita keterbelakangan mental sangat berat (profound
retardation). Individu dengan profound retardation membutuhkan dukungan
yang besar dan biasanya tidak bisa hidup secara independen atau di rumah
secara berkelompok.
Penelitian menemukan bahwa mereka memiliki harapan hidup yang lebih
kecil. Kecenderungan dari keterbelakangan invidu cenderung menetap selama
hidup. Misalkan seorang anak didiagnosa memiliki keterbelakangan mental
berat (severe) pada usia 5 tahun, maka ia akan memiliki diagnosa yang sama
pada usia 21 tahun. Hal ini mungkin tidak akan terlalu terlihat oleh keluarga
mereka, dimana anak-anak dengan keterbelakangan memiliki kemampuan
yang mirip dengan rekan-rekan mereka, namun akan nampak bahwa mereka
akan semakin tertinggal dengan sejalannya usia mereka.

G. PENCEGAHAN RETARDASI MENTAL


Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental
dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat
dilakukan dengan:
1) pendidikan kesehatan pada masyarakat,
2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
3) konseling genetik,
4) Tindakan kedokteran, antara lain:

11
a) perawatan prenatal dengan baik,
b) pertolongan persalinan yang baik, dan
c) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat
dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan
gangguan lainnya.

H. PENANGANAN RETARDASI MENTAL


Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada
penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian?
Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika
anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat
dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik
dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk
itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling
dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua
penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil
anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan
pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas
yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi
berkurang atau bahkan hilang.

12
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada
melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita
retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian
mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang
indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita
retardasi mental, yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan
dan berpakaian sendiri, dst.,
2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis
kelamin penderita, dan
4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan
mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium,
misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental.
Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan
otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan
otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik
yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam
jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur,
penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak
dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:

13
1. Lakukan pengkajian fisik.
2. Lakukan pengkajian perkembangan.
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan
gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu
jenisnya yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya
trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme,
konsumsi obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,
ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet,
Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental
Retardation Adaptif Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14. Tidak responsive terhadap kontak.~Kontak mata buruk selama
menyusui.
15. Penurunan aktivitas spontan
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17. Peka rangsang.
18. Menyusui lambat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakan fungsi kognitf.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita retardasi mental.

14
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif
4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya
kematangan perkembangan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakan fungsi kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
a. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada
bayii untukmembantu memaksimalkan perkembangan anak.
b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat
catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar
sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk
mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
d. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak
karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
e. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera
setelah anak mencapai kesiapan.
f. Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang
optimal.
g. Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan
sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.
h. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan
anak lain.
i. Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua
tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita retardasi mental.
Intervensi keperawatan / rasional.
a. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau
setelah kelahiran.

15
b. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian
informasi.
c. Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang
kondisii anak.
d. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari
perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk
menyeldiki semua alternatif residensial sebelum membuat
keputusan.
e. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang
mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima
dukungan tambahan.
f. Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga
melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya
masing-masing.
g. Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.

D. PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik
yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu
lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut
antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga
alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak
lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk
sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang
kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.

E. EVALUASI

16
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi
dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data
objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah
tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa
yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan
adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu
yang telah ditetapkan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental
atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya
mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren
dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan
struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena
adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan
pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta
delusi yang besar.

17
B. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti
memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi
kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah
prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan
kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan
tentang retardasi mental kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry.


Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental Retardation.” Terdapat pada:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.

18

Anda mungkin juga menyukai