TINJAUAN PUSTAKA
c. Perilaku,
meliputi
kemampuan
bekerja
sama,
kemampuan
yang
berhasil
menghendaki
perilaku
yang
didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli dengan hasil akhir
yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu
dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan tertentu sebagai proses memengaruhi sekelompok orang sehingga
mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
Sebab, pada dasarnya, kepemimpinan merupakan pola hubungan antara
individu-individu yang menggunakan wewenang serta pengaruhnya
terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama mencapai tujuan
(Fiedler, 1967 dikutip dari Nasrudin, 2010).
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai
suatu tujuan. (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2009). Sedangkan menurut
Hersey (2004, dikutip dari Putri, 2010), gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku (kata-kata dan tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan
oleh orang lain.
2.1.3 Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan
1) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam 2 sitem, yaitu
(Nursalam, 2012):
a. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan
yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui
ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu
arah kebawah (top-down).
b. Sistem Benevolent-Otoritatif (Authoritative)
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat
tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman
Robert
House
c. Partisipatif
Pemimpin
berkonsultasi
dengan
bawahan
untuk
4.
5.
6.
7.
dan pertimbangan,
8. tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan
daripada instruktif,
9. pujian dan kritik seimbang,
10. pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam
batas masing-masing,
11. pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar,
12. pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
13. terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan saling
menghargai,
14. tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersamasama.
c. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah
kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan.
Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain:
1. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan,
2. keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan,
3. kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan,
4. pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
5.
6.
7.
8.
9.
bawahan,
hampir tidak ada pengwasan terhadap tingkah laku bawahan,
prakarsa selalu berasal dari bawahan,
hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan,
peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok,
kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok,
10. tanggung
jawab
keberhasilan
organisasi
dipikul
oleh
perorangan.
6) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Gillies (1996 dikutip dari Nursalam, 2012) , gaya
kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan
menjadi empat, yaitu:
a. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan
dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan
dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya
pada kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan
hukuman.
b. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan
kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan
pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok
untuk
menentukan
tujuan
sendiri.
Membuat
rencana
dan
d. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri
kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan kondisi. Staf/bawahan
mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan
hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
2.2 Konsep Caring
2.2.1 Pengertian Caring
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana
seseorang berfikir, merasakan dan berperilaku dalam berhubungan dengan
orang lain (Potter & Perry, 2009). Menurut Mayeroff (1972 dikutip dari
Morrison&Burnard,
2008),
caring
merupakan
suatu
proses
yang
oleh
pendidikan
perawat.
Woodward
(2008)
pencapaian
kesejahteraan
dengan
membantu
pasien
akan
membedakan
caring
dengan
curing.
Dengan
spiritual
dan
kepercayaan
sosiokultural
individu.
yang
dijelaskan
menggunakan
pendekatan
dimiliki
pasien,
mempertahankan
perilaku
penuh
pasien
dan
tetap
dalam
kondisi
waspada
dengan
dan
keterampilan
merupakan
faktor
utama
yang
berpengaruh
terhadap
perilaku
seseorang
dalam
bereaksi
dan
berinteraksi
dengan
orang
lain
(Robbins&Judge, 2008).
3) Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang yang melahirkan
intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela (Sopiah,
2009). Motivasi terdiri atas 2 macam, yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan keinginan yang besar yang
timbul dari dalam individu untuk mencapai tujuan-tujuan dalam
hidupnya. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang
bersumber dari luar diri yang menjadi kekuatan bagi individu
tersebut untuk meraih tujuan-tujuan hidupnya, seperti pengaruh
atasan, teman kerja, keluarga dan lain-lain.
c. Faktor Organisasi
Organisasi adalah suatu sistem terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Variabel organisasi yang mempengaruhi kinerja
karyawan meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan
desain pekerjaan (Gibson, James & John, 2000 dikutip dari Zees, 2011).
perannya
sebagai
seorang
pemimpin.
Gaya