PENDAHULUAN
merupakan suatu aib yang sngat besar dan memalukan bagi keluarga. Dan tidak jarang
mereka membuang atau menggugurkan janin yang ada di rahim mereka. Salah satu dari anak
yang memiliki kebutuhan khusus itu adalah anak yang memiliki IQ di bawah 70, dan pada
umumnya orangtua akan menganggap anak mereka bodoh. Anak-anak yang memiliki IQ di
bawah 70 ini jarang sekali dapat mengurus dirinya sendiri dan berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Untuk itu peran orangtua sangat di butuhkan namun jarang sekali
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi
Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari
seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan
Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui
karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan
dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah
dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak
1
dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis,
1.3. Tujuan
a. Dapat mengetahui konsep penyakit retardasi mental pada anak
b. Dapat mengetahui bagaimana tahap perkembangan anak
c. Dapat mengetahui peran dan fungsi keluarga dalam penyakit ini
d. Dapat mengetahui respon dinamika keluarga terhadap penyakit dan stress
e. Dapat mengetahui pelayanan “Home Care” untuk kasus retardasi mental
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2
International Classification of Disease revisi ke-10 (ICD-10) menggunakan istilah
“retardasi mental adalah suatu kondisi terhentinya atau tidak lengkapnya perkembangan
pikiran, yang terutama ditandai oleh gangguan keterampilan yang dimanifestasikan selama
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial” (Szymanski LC & Kaplan LC, 2004 ;
Maslim, 2001). Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan
Menurut WHO (dikutip dari Menkes, 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental
Carter CH (dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang mnyebabkan ketidakmampuan individu
untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi yang rendah yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan
3
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa
1. Maturasi
2. Proses belajar
3. Penyesuaian diri secara sosial
2.1.2 Penyebab
a. Faktor Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui
adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Ada beberapa faktor
penyebab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi mental, misalnya faktor cedera
yang terjadi didalam rahim, saat bayi tersebut masih berbentuk janin. Selain itu dapat pula
terjadi cedera pada saat kelahiran (persalinan). Ada teori lain, menyebutkan adanya variasi
somatik yang dikarenakan perubahan fungsi kelenjar internal dari sang ibu selama terjadinya
kehamilan, dan hal ini belum diketahui secara lengkap mekanismenya. Selain itu, perlu
diwaspadai penyakit-penyakit yang terjadi pada awal masa kanak-kanak, karena hal yang
demikian dapat menimbulkan retardasi mental. Diperkirakan juga ada sejumlah faktor
Demikian pula halnya dengan beberapa faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu
yang hamil, misalnya telah sama diketahui bahwa calon ibu-ibu yang mengalami penyakit
campak Jerman (Rubella) sering anak yang dikandungnya dikemudian hari akan mengalami
gangguan retardasi mental. Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
4
reye, dehidrasi hipernatremik, Hipotiroid kongenital, hipoglikemia (diabetes melitus yang
tidak terkontrol dengan baik), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini seperti
mental juga dapat disebabkan oleh kesalahan jumlah kromosom (sindroma Down), defek
pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader Willi), dan
translokasi kromosom. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan. seperti
sindroma Sanfilippo juga dapat menjadi penyebab retardasi mental. Akibat penyakit otak
yang nyata (postnatal), dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma
(tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa
reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga
herediter). Reaksi sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif,
sklerotik atau reparatif. Prematuritas dan kehamilan wanita diatas 40 tahun juga dapat
menjadi penyebab kasus retardasi mental. Hal ini berhubungan dengan keadaan bayi pada
waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan atau dengan masa hamil kurang dari
38 minggu.
b. Faktor Prenatal
Penyebab retardasi mental adalah infeksi dan penyalahgunaan obat selama ibu
mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah Rubella, yang dapat menyebabkan
kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis,
cytomegalovirus, dan herpes genital. Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan
dapat mempengaruhi bayi melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik dan
retardasi mental yang parah. Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering
lahir dengan sindrom fetal dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab retardasi
5
mental. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera kepala, infeksi otak,
seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat yang mengandung timah sangat
c. Infeksi Maternal
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kehamilan meningkatkan risiko terjadinya
limpadenopati, dan poliartritis. Jadi, infeksi primer yang ditularkan kepada janin pada sekitar
40 % kasus, lebih sering berkaitan dengan morbiditas parah. Meskipun infeksi transplasental
tidak universal, janin yang terinfeksi lebih besar kemungkinannya disertai dengan infeksi
maternal selama masa pertama kehamilan. Dalam kenyataannya, mengingat sebagian besar
infeksi selama kehamilan bersifat rekuren, mayoritas neonatus dapat terinfeksi secara
kongenital. Untungnya, infeksi kongenital yang terjadi akibat infeksi rekuren lebih jarang
disertai dengan sekuele yang terlihat secara klinis dari pada infeksi kongenital yang
disebabkan oleh infeksi primer. Infeksi selama kehamilan perlu mendapat perhatian
mengingat efeknya yang berbahaya bagi janin. Namun, kebanyakan kasus infeksi sulit
dideteksi karena tidak memperlihatkan gejala seperti demam. Kondisi tersebut sangat
menyulitkan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi atau tidak. Akibatnya, sebagian
besar ibu hamil tidak menyadari bahwa kehamilannya berisiko. Bayi yang dilahirkan pun
berisiko mengalami cacat bawaan, kelainan mata, dan hidrosefalus. Di samping lewat
makanan yang tidak dimasak secara matang, cuci tangan yang kurang bersih akan
menyebabkan tersalurnya infeksi ke dalam tubuh. Bagi ibu yang telah terinfeksi akan
menyalurkan parasit melalui plasenta. Plasenta ini dapat menyebarkan penyakit ke janin
melalui aliran darah, namun resiko janin terinfeksi tergantung dari usia kehamilan saat ibu
6
terinfeksi. Semakin muda usia kehamilan, semakin besar risiko bayi cacat. Sebaliknya,
semakin tua usia kehamilan, maka semakin kecil risiko bayi cacat.
Retardasi mental adalah keadaan fungsi intelektual umum bertaraf subnormal yang
kemampuan belajar maupun daya penyesuaian dan proses pendewasaan individu. Retardasi
mental bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu kondisi yang memiliki penyebab
berbeda-beda. Penyebab retardasi mental dapat dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu yang
berat badan, usia kelahiran, posisi bayi dalam kandungan, penyakit campak waktu bayi,
stimulasi dini, lingkungan yang tidak memacu perkembangan otak, terutama pada tiga tahun
prevalensi penderita retardasi mental lebih besar pada keluarga dengan tingkat sosioekonomi
tidak sempurnanya berat badan dan usia kelahiran. Bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram sewaktu dilahirkan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita retardasi
mental. Anak dengan usia kandungan di bawah 9 bulan berkaitan dengan ketidak sempurnaan
bayi yang membuatnya peka terhadap tekanan, stres dan penyakit dari lingkungan. Akibat
psikologik dan kemampuan belajar yang disebabkan oleh ketidak sempurnaan berat badan
dan usia kandungan saja sulit dipastikan karena kedua hal itu dipengaruhi oleh banyak
variabel. Retardasi mental dipengaruhi juga oleh posisi bayi dalam persalinan. Bayi dengan
posisi normal, yaitu kepala dalam kedudukan ke luar lebih dahulu, mengalami luka dan
kesakitan lebih sedikit dibandingkan dengan posisi lain. Bayi dengan posisi abnormal dapat
7
menimbulkan berbagai macam masalah. Kerusakan otak dan anoksia dapat terjadi karena
posisi yang abnormal. Kedua hal itu dapat mempengaruhi perkembangan bayi, terutama
fungsi intelektualnya.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering
1) Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sach
3) Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
8
4) Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
b. Kejang
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan aaVI
- Phenyl ketonuria
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
c. Kelainan kulit
1) Bintik café-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
9
2) Rambut cepat memutih
- Ataksia telangiektasia
3) Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
e. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
f. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom Prader-Willi
g. Distonia
1) Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik
kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan
biasbisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
10
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka
ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih
tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD
saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan,
pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar
saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena
gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka
11
Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian
pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam
diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali
hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl kesimpulan. Pada kasus seperti ini,
apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti
apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderitaretardasi mental,
a. Kromosomal kariotipe
3) Ganitalia abnormal
1) Kejang local
2) Tuberous sklerisis
1) Mikroptalmia
2) Mikrosefali
12
3) Chorioretinitis
4) Klasifikasi intracranial
5) Neonatal hepatosplenomegali
1) Gout
2) Sering mengamuk
3) Choreoatetosis
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Ataksia
4) Opthalmoplegia
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan
jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara
individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu
dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social
13
kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah
strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi
medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu
yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi
pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara
guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan
taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan
dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk
anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-
keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula
tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan
tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
14
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus.
mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak
dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat
perhatian.
mempersepsi lingkungannya. Teori ini membagi skema yang digunakan anak untuk
Deskripsi Perkembangan
1. Sensorimotor (0 – 2 tahun)
Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek
atau mengisap
2. Praoperasional (2 – 6 tahun)
15
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan)
secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti : kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan
Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah
dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan
objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui
Kejuruan
Sangat Berat Retardasi jelas; Ada beberapa Beberapa
16
perawatan; menolong diri memerlukan
bantuan dan
pengawasan terus
menerus
Berat Perkembangan Dapat berbicara Dapat berperan
yang terkendali
Sedang Dapat berbicara Dapat berbicara Dapat bekerja
17
cukup; mendapat cukup; mendapat memerlukan
18
BAB III
Orang tua hendaknya memperhatikan benar perawatan diri anak retardasi mental,
sehubungan dengan fungsi peran anak dalam merawat diri kurang. Orang tua perlu
mengetahui bahwa anak yang menderita retardasi mental bukanlah kesalahan dari mereka,
tetapi merupakan kesalahan orang tua seandainya tidak mau berusaha mengatasi keadaan
anak yang retardasi mental. Menyarankan kepada orang tua anak retardasi mental, agar anak
tersebut dimasukkan di dalam pendidikan atau latihan khusus yaitu di Sekolah Luar Biasa
agar mendapat perkembangan yang optimal ( syazili mustofa, 2010). Anak dengan Retardasi
19
mental bisa dilatih agar tak terlalu bergantung.
Ashinfina Handayani dalam wila (2009), mengatakan hal pertama yang perlu
diberikan kepada anak dengan Retardasi mental adalah kepercayaan diri dalam melakukan
sesuatu. Caranya, di antaranya orang-orang terdekat harus selalu diberikan pujian atas apa
yang telah dilakukan, meskipun hasilnya tidak sempurna. Dengan begitu, si anak merasa apa
yang dia lakukan sudah benar. "Sehingga, timbul rasa percaya diri, berani tampil di depan
2. Kerja keras orang tua, tidak sekadar menunggu keajaiban anak bisa mandiri.
4. Toilet training
5. Pendekatan perilaku
6. Upaya menumbuhkan kepercayaan diri dan penghargaan atas apa yang telah
dikerjakan.
20
3.2 Respon dan dinamika keluarga terhadap penyakit dan stres
Keluarga dalam hal ini adalah lingkungan terdekat dan utama dalam kehidupan
mereka. Heward (2003) menyatakan bahwa efektivitas berbagai program penanganan dan
peningkatan kemampuan hidup anak dan remaja yang mengalami keterbelakangan mental
akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga, sebab pada
dasarnya keberhasilan program tersebut bukan hanya merupakan tanggung jawab dari
lembaga pendidikan yang terkait saja. Di samping itu, dukungan dan penerimaan dari setiap
anggota keluarga akan memberikan ‘energi’ dan kepercayaan dalam diri anak dan remaja
yang terbelakang mental untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang
dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup mandiri, lepas dari
ketergantungan pada bantuan orang lain. Sebaliknya, penolakan yang diterima dari orang-
orang terdekat dalam keluarganya akan membuat mereka semakin rendah diri dan menarik
diri dari lingkungan, selalu diliputi oleh ketakutan ketika berhadapan dengan orang lain
maupun untuk melakukan sesuatu, dan pada akhirnya mereka benar-benar menjadi orang
yang tidak dapat berfungsi secara sosial serta tergantung pada orang lain, termasuk dalam
Terdapat dua kemungkinan sikap yang akan dimunculkan oleh anggota keluarga
terhadap individu yang terbelakang mental, yaitu menerima atau menolak. Secara normatif,
sebagian besar orang tentunya menyatakan telah menerima keberadaan mereka, sebab
bagaimanapun mereka telah ditakdirkan menjadi bagian dari keluarga. Namun pada
inilah yang nantinya akan menjelaskan apakah mereka telah benar-benar menerima atau
21
sebenarnya melakukan penolakan dengan cara-cara dan perlakukan tertentu. Hal ini juga akan
menjelaskan tentang bagaimana pola sebuah keluarga untuk dapat menyesuaikan diri dengan
Terapi ini diberikan kepada anak retardasi mental untuk melatih gerak funsional anggota
2. Playtherapy(Terapibermain)
Terapi yang diberikan kepada anak retardasi mental dengan cara bermain, misalnya:
memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain
jual-beli.
Untuk memandirikan anak retardasi mental, mereka harus diberikan pengetahuan dan
keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri
sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata
biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak retardasi mental yang
memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh
karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan
keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga dan
22
Selain diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga diberikan latihan kerja.
Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak retardasi mental diharapkan dapat
bekerja.
Menurut jevuska (2010), Latihan dan pendidikan yang diberikan kepada anak retardasi
mental yaitu:
Latihan anak-anak ini lebih sukar dari pada anak-anak biasa karena perhatian mereka mudah
sekali tertarik kepada hal-hal yang lain. Harus diusahakan untuk mengikat perhatian mereka
dengan merangsang panca indera, misalnya dengan alat permainan yang berwarna atau yang
berbunyi, dan semuanya harus konkrit, artinya dapat dilihat, didengar dan diraba. Prinsip-
prinsip ini yang mula – mula dipakai oleh fiabel dan Pestalozzi, sehingga sekarang masih
kebersihan badan.
2. Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial
3. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial.
4. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik.
Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan hukuman dan
23
Untuk pelayanan home care pada anak retardasi mental penanganan terhadap
penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada
orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial
yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang
berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar
maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu
mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan
tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih
dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari
orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta
sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang, sehingga
Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental, Ada beberapa jenis latihan yang dapa
diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian
sendiri, dst.,
2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita, dan
4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik
dan buruk secara moral.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
lstilah Retardasi mental digunakan jika intelegensi dan kemampuan seorang anak
untuk bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya secara mencolok di bawah rata-rata dan
mempengaruhi cara dia belajar serta mengembangkan keterampilan yang baru. Semakin berat
keterbelakangan ini, semakin tidak ma-tang tingkah laku anak tersebut untuk usianya
Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek berikut: Proses
kognitif (terbatas dan menghambat prestasi dalam bidang akademis); Pemerolehan dan
penggunaan bahasa: kurang benar dalam hal struktur dan maknanya; Kemampuan fisik dan
motorik (termasuk penglihatan dan pendengaran serta penggunaan motorik ringan); Ciri-ciri
pribadi dan sosial (kurang daya konsentrasi, bermasalah dalam tingkah laku)
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan
antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi
penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi
pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
4.2 Saran
keluarga dan orang terdekat anak memang sangat penting, namun dibalik itu, kecakapan dan
25
keterampilan tenaga kesehatan, terkhusus perawat juga memiliki arti yang begitu bermakna
Oleh karena itu, sebagai calon perawat, kita sudah sepatut nya memahami bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami retardasi mental, karna setiap
26
DAFTAR PUSTAKA
Marlynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC :
Jakarta
John Gibson. 2000. Diagnosa Gejala Penyakit Untuk Para Perawat. Yayasan Essentia
Medica : Yogyakarta.
Niluh Gede Yasmin Asih, S.Kp. 1996. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Suddarth and Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3. EGC : Jakarta.
27