TINJAUAN TEORI
1
2
3) Fimbrae (umbai-umbai).
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi
untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
4) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
5) Serviks (leher rahim).
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba,
leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
6) Vagina (liang senggama).
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ±
6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat
lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersanggama, tempat
keluarnya menstruasi dan bayi.
7) Klitoris (kelentit).
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan
bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.
8) Labia (bibir kemaluan).
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil (labia
minor).
b) Organ Reproduksi Laki-Laki
5
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik
pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan
laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi
juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi
yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.
E. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah
provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur
dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang
berkaitan dengan pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon
pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan
kesehatan reproduksi calon pengantin. Pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan
dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud
dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97
tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014,
kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan
status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan
menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41
7
𝐼𝑀𝑇 = BB(kg)
¿¿
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2
a. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
b. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok
Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini
yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian
merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
2. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri
atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin
yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
a. Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
8
3. Pemerian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup
untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud
ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal
status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar
dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan
saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2009 Maka waktu
persalinan diperkirakan: • Tanggal 8+7=15 • Bulan 6-3=3 • Tahun 2009+1=
2010 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2010
4) Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin, yaitu
setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga kesehatan ibu
dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh nasehat atau
pengobatan bila ada keluhan.Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T
:
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b) Pengukuran tekanan darah Ibu. entukan status gizi (ukur lingkar lengan
atas).
c) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri.
d) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.
e) Penilaian status imunisasi TT.
f) Tablet tambah darah.
g) Tes laboratorium.
h) Tata laksana kasus.
i) Tatap muka/konseling tentang kehamilan.
5) Proses Kehamilan
Kehamilan umumnya
Memasuki usia kehamilan
berakhir dengan
lebih lanjut, embrio
persalinan setelah 280
berkembang mengikuti
hari (9 bulan 10 hari)
tahapan kehidupan insani
menjadi janin/ bay
17
6) Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama tidak
ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat yang
cukup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah :
a) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat. Berbaring selama 1 jam
pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari perut. Tidur cukup (9 - 10
jam) . Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan
lanjut.
b) Berpakaian longgar yang menyerap keringat. Memakai kutang yang dapat
menahan payudara yang membesar serta memakai alas kaki bertumit
rendah.
c) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu. •
Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksama.
d) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok.
e) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter. • Makan bergizi
seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari.
7) Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan ibu
juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat menyebabkan
kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum waktunya dan yang
paling parah adalah kematian pada bayi.
8) Kehamilan & Persalinan Berisiko Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi
biasanya terjadi karena faktor:
a) 4 T e r l a l u d a n 3 T e r l a m b a t . 4 (EMPAT) TERLALU yaitu:
(1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun);
(2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun);
(3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3);
(4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
3 (TIGA) TERLAMBAT yaitu:
(1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
kedaruratan.
18
dan lebih cepat karena darah tidak dapat menggumpal tanpa pengobatan. Hal
tersebut dapat mengganggu saat berhubungan seksual dan dapat menurunkan
penyakit hemofilia pada keturunannya. (Prawirohardjo, 2010)
g) Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat
penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi
cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan
jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan
nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang
tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah
dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan
pembuluh darah penis dan jantung.
h) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam
kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
i) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg bakteri, virus,
parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual
merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS
seperti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
j) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima
jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat
menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin yang
dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit
yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau
kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari hewan
terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi:
demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe. Wanita yang
dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat menimbulkan
aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta.
24
Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti
kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
7) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan bisa
menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting
dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi,
dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan dapat
berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Varney, 2007).
8) Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi
(Felicia, dkk, 2015).
b) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi sistem
hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormone seksual
(Idrissi, dkk, 2015). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor
bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
(time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering
mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat mencuci vagina
dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan sabun
khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (Fitriyah,
2014).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan
suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat
25
f. Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto,
dkk, 2017).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
(1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan pielonefritis
atau penyakit ginjal kronis)
(2) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
(3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan terapi
yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
(4) Golongan darah dan rhesus
(5) HbsAg
(6) HIV/AIDS
(7) IMS (Sifilis)
(8) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes
sperma, tes tuberculosis.
B. Perumusan diagnosis dan masalah Diagnosis
Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan
Keluhan dan masalah
Masalah yang sering muncul pada klien prakonsepsi adalah kurang pengetahuan
mengenai persiapan kehamilan (prakonsepsi).
Kebutuhan
Konseling persiapan kesehatan prakonsepsi untuk pasangan.
C. Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
D. Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
E. Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
2) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikhan, dan
29
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W. 2015. Respon Imun pada Penderita Asma Selama Kehamilan. Jurnal
BKKBN. 2009. Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun.
Diakses pada 1 April 2018.
CDC. 2006. Recommendation to improve preconception health and health care-
United state : a report of the CDC/ATSDR preconception care work grup and
the select panel on preconception care.
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian
Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi.
Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado.
Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri
di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik DMPA
dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik DMPA. Bidan
Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan.
Idrissi, K. E., dkk. 2015. Effecr of Physical Activity on Sex Hormones in Women: A
Systematic Review and Meta-Analysis of randomize Controlled Trials.Breast
Cancer Research. Ilmu Kesehatan.
Imanda, R. Desvita. 2016. Menjalani Pernikahan antar Ras. Vol.5, No.2. Jurnal
Empati.
Indriani, Nanien. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah kota Tegal Tahun 2011.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI.
Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals
32