Anda di halaman 1dari 34

1

TINJAUAN TEORI

1. TINJAUAN TEORI PRANIKAH


A. Definisi pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir
batin) antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan
UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30
tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin
(Setiawan, 2017).
B. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
1. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas
2. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
3. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi
dan
4. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Informasi Pranikah
1. Kesehatan Reproduksi
Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan
istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu
indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan
reproduksinya berada pada kondisi yang baik.

1
2

Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi


kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan
proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau
kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial perempuan dan laki-
laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki..
Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan
reproduksi.. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus
hidup manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan
remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan
reproduksi. Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab
utama masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan,karena
menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan
fertilitasnya.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi,
seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat
kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan lebih rentan
secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS.
Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki dan
perempuan. Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi laki-laki dalam
kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki-laki juga mempunyai
masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan IMS
termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi untuk memperbaiki
kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan
tanggung jawab laki-laki.
Walaupun korban kekerasan adalah perempuan dan laki-laki, perempuan
pada dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan kasar, yang
pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap laki-laki atau
hubungan gender yang tidak setara.
2. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama dan
secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan seterusnya
serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan. Hak
Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon
pengantin, termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang
lengkap tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping
obatobatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi.
3

Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti


tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa
terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan KB yang
aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan.
Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan
persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan
masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan
bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Hak reproduksi
juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang penyakit
menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi
menular seksual (IMS) serta dan memahami upaya pencegahan dan
penularannya yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki-
laki, perempuan dan keturunannya.
3. Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Perempuan

1) Ovarium (Indung Telur).


Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur
(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri
dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel
yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma
sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan
ikut keluar bersama darah saat menstruasi.
2) Tuba Fallopii (saluran telur).
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum
dari indung telur menuju rahim.
4

3) Fimbrae (umbai-umbai).
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi
untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
4) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
5) Serviks (leher rahim).
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba,
leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
6) Vagina (liang senggama).
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ±
6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat
lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersanggama, tempat
keluarnya menstruasi dan bayi.
7) Klitoris (kelentit).
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan
bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.
8) Labia (bibir kemaluan).
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil (labia
minor).
b) Organ Reproduksi Laki-Laki
5

1) Testis (buah zakar).


Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga panggul
karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari
pada suhu badan (36,7 o C). Sperma merupakan sel yang berbentuk
seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan saat
ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang
matang akan terjadi pembuahan.
2) Skrotum (kantung buah zakar).
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat lipat.
Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot
polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud
mengatur suhu testis agar relatif tetap.
3) Vas deferens (saluran sperma).
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke
uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5
cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu
saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-
kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
4) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen). yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
5) Penis.
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran
sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika
terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke penis sehingga
berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans
merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin
(preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan cara membuang
kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan karena memudahkan
pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi,
radang dan kanker.
D. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan
kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
6

selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik
pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan
laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi
juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi
yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.
E. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah
provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur
dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang
berkaitan dengan pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon
pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan
kesehatan reproduksi calon pengantin. Pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan
dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud
dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97
tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014,
kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan
status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan
menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41
7

Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

𝐼𝑀𝑇 = BB(kg)
¿¿
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2
a. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
b. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok
Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini
yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian
merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
2. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri
atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin
yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
a. Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
8

Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13


g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria
WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah
kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita
dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia
selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya
(Oehadian, 2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu
masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Fatimah, 2011).
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
1) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe
1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian syndrome
(PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia urine, neuropati, gangguan
vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh dalam patogenesis
terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan lubrikasi
vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga
berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
2) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang
dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau
kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada bagian putih
mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan
9

IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari


hal-hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara
penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi,
hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum
sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari ibu hamil
penderita hepatitis B ke janinnya.
3) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV
II). Dapat ditularkan melalui:
a) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak
dimasak dengan sempurna atau setengah matang
b) Penularan dari ibu ke janin
c) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar,
burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacatan
pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan
terganggunya fungsi motoric.
4) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis,gonorea, klamidia,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-
lain. Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan
gatal
b) Gatal di sekitar vagina dan anus
c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau
anus
d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
f) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
a) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
b) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
c) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
10

d) Gatal di sekitar alat kelamin


e) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun,
mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar
kandungan, cacar bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf,
kanker serviks, dan kanker organ seksual lainnya.
5) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi
sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire
Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda
penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung menjadi AIDS
dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di dapatkan di dalam
darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air
susu ibu). Cara penularan HIV melalui:
a) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
c) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat
menyusui.
d) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi
HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat
pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis
kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan
penularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
(1) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
(2) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(3) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)
(4) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti
narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato)
dengan siapapun.
(5) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)
c. Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal
dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
11

3. Pemerian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup
untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud
ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal
status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar
dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan
saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT

Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan

TT 1 Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila
telah mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
4. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi,
serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi
gizi seimbang dan tablet tambah darah.
5. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan
pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang
diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami dan menerima
agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk
menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
12

untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan


penyesuaian di kemudian hari secara baik. Konseling pernikahan atau yang
biasa disebut marriage counseling) merupakan upaya membantu pasangan
calon pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang
professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling
menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh
anggotakeluarganya. Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk
pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu
pasangan agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik
secara sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan
komunikasi yang baik. (Willis, 2009).
Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon pasangan
suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau
lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan
hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk
menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Anggota
keluarga calon suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai
hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha,
2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan
sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
a. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan
kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti
menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan
persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko
masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan
lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada
saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan
pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih
13

rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan infeksi menular


seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.
b. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan
yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin
setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak
serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi yang
perlu diketahui natra lain:
1) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
2) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung
dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran
reproduksi (ISR), serta memahami cara penularannya, upaya
pencegahan, dan pengobatan.
3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta
mengetahui dan memahami efek samping dan komplikasi dari
masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.
4) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar
sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta
memperoleh bayi yang sehat.
5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan
dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan. Perilaku yang harus dihindari
dalam aktivitas seksual antara lain:
a) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa
nifas
b) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena
berisiko dalam penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.
c. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat
istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender
adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
14

perempuan bebas mengembangkan kemampuan personil mereka dan


membuat pilihan- pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender
yang kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
1. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing
a. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan, dan pendidikan anak.
b. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.
c. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
2. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:
a. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut,
menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
b. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-
lain)
c. Kekerasan seksual
d. Penelantaran rumah tangga.
d. Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan
perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
1. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
3. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4. Menggunakan celana yang tidak ketat
5. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
1. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan menggunakan
air bersih dan dikeringkan.
2. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
3. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap
tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi,
ganti pembalut sesering mungkin.
4. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta keluhan
organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke petugas
kesehatan.
15

Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:


1. Menjaga kebersihan organ kelamin
2. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang
3. menutup penis.
4. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
F. Informasi Tentang Kehamilan, Pencegahan Komplikasi Persalinan Dan
Pascasalin
1) Konsep Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, masa kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kelahiran normal akan berlangsung dalam waktu 40 mg
atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo,
2010).
2) Tanda-Tanda Kehamilan
Diantara tanda-tanda kehamilan adalah:
a) Tes kehamilan positif (+)
b) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak menstruasi
pada siklus haid bulan berikutnya).
c) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari serta
sering buang air kecil.
d) Tidak ada nafsu makan
e) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya.
f) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar detak
jantung janin.
3) Cara menghitung usia kehamilan dan menentukan taksiran persalinan
Menghitung Usia Kehamilan Misalnya tanggal 8 Juni 2009 masih haid,
kemudian ketika diperiksa tanggal 14 Juli 2009 dinyatakan positif hamil
berarti bahwa umur kehamilannya adalah antara 8 Juni sampai dengan 14 Juli
2009 adalah 36 hari atau sekitar 5 minggu. Menentukan taksiran persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir
(tanggal,bulan,tahun)
Rumus:
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
16

Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2009 Maka waktu
persalinan diperkirakan: • Tanggal 8+7=15 • Bulan 6-3=3 • Tahun 2009+1=
2010 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2010
4) Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin, yaitu
setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga kesehatan ibu
dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh nasehat atau
pengobatan bila ada keluhan.Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T
:
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b) Pengukuran tekanan darah Ibu. entukan status gizi (ukur lingkar lengan
atas).
c) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri.
d) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.
e) Penilaian status imunisasi TT.
f) Tablet tambah darah.
g) Tes laboratorium.
h) Tata laksana kasus.
i) Tatap muka/konseling tentang kehamilan.

Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan : Trimester I


(0-3 bulan) : 1 kali Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali Trimester III (7-9 bulan) :
2 kaan

5) Proses Kehamilan

Sel telur yang matang Sel telur yang telah dibuahi


dibuahi oleh sperma sperma (embrio) menempel
dalam saluran telur di lapisan dalam dinding
(tuba fallopi) rahim

Dalam 120 hari pertama,


embrio berkembang
mengikuti tahapan
kehidupan sel (hayati)

Kehamilan umumnya
Memasuki usia kehamilan
berakhir dengan
lebih lanjut, embrio
persalinan setelah 280
berkembang mengikuti
hari (9 bulan 10 hari)
tahapan kehidupan insani
menjadi janin/ bay
17

6) Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama tidak
ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat yang
cukup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah :
a) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat. Berbaring selama 1 jam
pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari perut. Tidur cukup (9 - 10
jam) . Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan
lanjut.
b) Berpakaian longgar yang menyerap keringat. Memakai kutang yang dapat
menahan payudara yang membesar serta memakai alas kaki bertumit
rendah.
c) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu. •
Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksama.
d) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok.
e) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter. • Makan bergizi
seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari.
7) Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan ibu
juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat menyebabkan
kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum waktunya dan yang
paling parah adalah kematian pada bayi.
8) Kehamilan & Persalinan Berisiko Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi
biasanya terjadi karena faktor:
a) 4 T e r l a l u d a n 3 T e r l a m b a t . 4 (EMPAT) TERLALU yaitu:
(1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun);
(2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun);
(3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3);
(4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
3 (TIGA) TERLAMBAT yaitu:
(1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
kedaruratan.
18

(2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan


(3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat. 38 Usia terbaik
perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara jarak kehamilan
yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak kelahiran
tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi si ibu
untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi kesempatan
bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali normal dengan baik
dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk tumbuh dan
berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang. Sebelum
merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan secara
matang, misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan
kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
9) Tanda Bahaya Kehamilan
Pada ibu hamil dapat terjadi tanda-tanda yang dapat mengancam jiwa ibu
atau janin yang dikandungnya. Beberapa tanda-tanda bahaya yang dapat
terjadi adalah :
a) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
b) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang
c) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
d) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
e) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
f) Muntah terus dan tidak mau makan.
g) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
h) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama
sekali.
2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan
Perencanan Kehamilan
A. Pengkajian
Data Subjektif
1) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
a) Umur Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun
(Prawirohardjo, dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat
reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum stabil
akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih,
2012).
Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ
lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada usia ini,
19

memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani,


2012).
b) Umur Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai
dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25
tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana
keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi
(Khaidir, 2006).
Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang
(RSUA, 2013). Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan risiko
kelainan baik fisik maupun psikis pada keturunananya (Mc Grath, dkk,
2014).
c) Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap
kesehatan istri dan suami pada masa prakonsepsi.vBeberapa penelitian
menyebutkan bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih
sering mengalami abortus spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih
sering dijumpai diantara perempuan yang bertempat tinggal dekat tempat
aplikasi karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).
d) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah
kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam
uterus, BBLR, dan prematur (Reeder, dkk, 2011).
2) Riwayat menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan gangguan
menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang merupakan tahap
kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda siklus masa subur telah
mulai. Siklus menstruasi dan gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa
subur. (Yusuf, dkk, 2014).
a) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-16
tahun.
20

b) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama


menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus
menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15%
yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh, 2009).
c) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah,
2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi
berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
d) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea (Kusmiran,
2012)
e) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih,
dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya
kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)
3) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat
mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus
selalu diskrining (Kemenkes RI, 2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi
tinggi di daerah tempat tinggal caon pengantin wanita dan laki – laki.
4) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya kesuburan pada
perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu untuk pemulihan setelah
lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Handayani, dkk (2010), bahwa lama kembalinya kesuburan dari wanita pasca
menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah
13 bulan.
5) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan dengan
morbiditas dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu digali dengan
cermat untuk menghasilkan riwayat yang akurat sebelum memberikan nasihat
tentang konsepsi.
a) Paritas
Menurut Forney A dan E. W.Whitenhorne, paritas yang aman untuk tidak
terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu dengan jumlah melahirkan 1
- 2 kali (Manuaba, 2010). Paritas lebih dari 3 memiliki besar risiko 3 kali
untuk mengalami komplikasi persalinan. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu
yang pernah melahirkan 4 kali atau lebih yakni antara lain : kelainan letak,
persalinan letak lintang: robekan rahim pada kelainan letak lintang;
21

persalinan lama; perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011).


b) Jumlah anak
Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya mempunyai risiko
relatif tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini menurun pada
paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan
seterusnya (Sofian, 2011).
c) Jarak kehamilan
Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai dengan 5 tahun.
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana
(BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun (BKKBN, 2009).
d) Riwayat komplikasi
Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya merupakan salah
satu penyebab komplikasi obstetrik yang tidak langsung. Termasuk riwayat
obstetrik sebelumnya yang buruk meliputi abortus, partus prematur, IUFD,
perdarahan postpartum, riwayat pre eklamsia, riwayat kehamilan mola
hidatidosa, perdarahan antepartum, gemeli, hidramnion, riwayat persalinan
dengan tindakan. Seorang ibu yang pernah mengalami komplikasi pada
kehamilan atau persalinan yang sebelumnya berisiko akan mengalami
komplikasi pada kehamilan atau persalinan berikkutnya (Manuaba, 2010).
6) Riwayat kesehatan klien
a) Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur
dan retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal yang
lenih tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu
yang paling sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan
kemudian dipantau ketat selama masa kehamilan. Sebagian besar wanita
dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang
normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah menghindarai
penggunaan penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita
harus diberi pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin (Varney, 2007).
Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah
gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat.
b) Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar waktu
konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral, jantung,
dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan meliputi
preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena itu, wanita
yang menderita diabetes melitus perlu mendapat konseling dan memantau
22

disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa prakonsepsi maupun


sepanjang masa usia subur (Varney, 2007; Prawirhardjo, 2010).
c) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal untuk
mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi, aliran
darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%.
Jika kehamilan terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut. Pada
pertengahan trimester kedua, aliran darah ke ginjal meningkat hingga 70-80%
jika dibandingkan wanita tidak hamil, menyebabkan peningkatan LFG hingga
55%. (Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki gagal ginjal kronis, terjadi
kegagalan dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi
kualitas sperma dan kesuburan.
d) Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau
bertambah keparahannya. Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit,
hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan
emosional tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga merupakan salah satu
penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.
e) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atauthalassemia akan
bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih
tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan produksi
eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau pertumbuhan
yang cepat dari ca prostat.
f) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor
IX) diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan dari keluarga penderita
hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun 10-
20% perempuan pembawa dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan
yang bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di bawah jumlah
minimal untuk mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil penderita mungkin
mempunyai cukup folikel-folikel untuk hamil. Pada laki-laki dengan
Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan dalam waktu terus menerus
23

dan lebih cepat karena darah tidak dapat menggumpal tanpa pengobatan. Hal
tersebut dapat mengganggu saat berhubungan seksual dan dapat menurunkan
penyakit hemofilia pada keturunannya. (Prawirohardjo, 2010)
g) Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat
penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi
cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan
jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan
nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang
tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah
dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan
pembuluh darah penis dan jantung.
h) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam
kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
i) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg bakteri, virus,
parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual
merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS
seperti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
j) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima
jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat
menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin yang
dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit
yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau
kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari hewan
terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi:
demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe. Wanita yang
dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat menimbulkan
aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta.
24

Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti
kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
7) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan bisa
menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting
dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi,
dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan dapat
berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Varney, 2007).
8) Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi
(Felicia, dkk, 2015).
b) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi sistem
hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormone seksual
(Idrissi, dkk, 2015). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor
bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
(time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering
mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat mencuci vagina
dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan sabun
khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (Fitriyah,
2014).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan
suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat
25

menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam


hari sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam
(Latifah, dkk, 2002a; Varnney, 2007).
e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan perokok
aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok,
seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain
SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis
media (Prawirohardjo, 2010).
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat
membahayakan janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban
yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan
menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin
(Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).
9) Riwayat pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan, alasan
berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan
dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan
pasangan sekarang.
10) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital
psychological screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum
membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam
memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan
tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan
komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan
persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam
keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan
secara terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak
keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes, 2014).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya atau
ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik, misalnya
tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara
berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah pada
26

perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh orangtua


sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
(1) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler. Normal
100/60-140/90 mmHg
(2) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus
defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi
sehingga denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula
pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat dari
kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi,
kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
(3) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C – 37,0°C.
(4) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan
tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit (Uliyah,
dkk, 2009).
2. Antropometri
a. Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori
supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi, karena
obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia dan
gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk meningkatkan
asupan asam folat sebesar 400 mg per hari (Kemenkes, 2015; Varney, 2007).
Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat badan ideal,
mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang
seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem reproduksi
(Soetjiningsih, 2010).
b. Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki
TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming,
27

dkk, 2013). Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks


Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Dengan klasifikasi :
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
c. Lingkar lengan atas (LiLA)
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Maryam,
2016).
3. Pemeriksaan fisik
a. Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk, 2013).
Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik
yang lain (Prawirohadjo, 2010).
b. Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada
klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan
jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan
mencegah tirotoksikosis.
c. Payudara
Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
d. Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
e. Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil
seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda
keputihan patologis
28

f. Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto,
dkk, 2017).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
(1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan pielonefritis
atau penyakit ginjal kronis)
(2) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
(3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan terapi
yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
(4) Golongan darah dan rhesus
(5) HbsAg
(6) HIV/AIDS
(7) IMS (Sifilis)
(8) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes
sperma, tes tuberculosis.
B. Perumusan diagnosis dan masalah Diagnosis
Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan
Keluhan dan masalah
Masalah yang sering muncul pada klien prakonsepsi adalah kurang pengetahuan
mengenai persiapan kehamilan (prakonsepsi).
Kebutuhan
Konseling persiapan kesehatan prakonsepsi untuk pasangan.
C. Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
D. Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
E. Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
2) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikhan, dan
29

persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah


ditentukan oleh Kemenkes (2014)
R/ meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan
prakonsepsi.
3) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat
untuk prakonsepsi.
R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar
indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu
menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi (CDC,
2006).
F. Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah
ditetapkan.
G. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan
dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil:
1) Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali mengenai
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya.
2) Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali hasil
konseling yang diberikan mengenai persiapan kehamilan.
30
31

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, W. 2015. Respon Imun pada Penderita Asma Selama Kehamilan. Jurnal
BKKBN. 2009. Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun.
Diakses pada 1 April 2018.
CDC. 2006. Recommendation to improve preconception health and health care-
United state : a report of the CDC/ATSDR preconception care work grup and
the select panel on preconception care.
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian
Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi.
Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado.
Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri
di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.
Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik DMPA
dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik DMPA. Bidan
Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan.
Idrissi, K. E., dkk. 2015. Effecr of Physical Activity on Sex Hormones in Women: A
Systematic Review and Meta-Analysis of randomize Controlled Trials.Breast
Cancer Research. Ilmu Kesehatan.
Imanda, R. Desvita. 2016. Menjalani Pernikahan antar Ras. Vol.5, No.2. Jurnal
Empati.
Indriani, Nanien. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah kota Tegal Tahun 2011.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI.
Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals
32

(SDGs). Jakarta: Kemenkes RI.


Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian
Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1).
Kurniawan, L. B. 2016. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium
Diabetes Melitus Gestasional.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
Laming, C. Y., dkk. 2013. Hubungan Tinggi Badan dengan Ukuran Lebar Panggul
pada Mahasiswi Angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal e-Biomedik.
Latifah M, dkk. 2002a. Gaya Hidup Sehat (Buku Ajar Berwawasan Pola Hidup Sehat
untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas 3). Kerjasama Pusat Kurikulus Balitbang
Departemen Pendidikan Nasional dengan Lembaga Penelitian IPB. Bogor.
Manuaba, I.B.G., dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC
Mariana, W., dkk. 2013. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro Kota
Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan.
Maryam, S. 2016. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol di Jakarta tahun 2011. Tesis. Jakarta:
Univeritas Indonesia.
Mc Grath, J.J., dkk. 2014. A Comprehensive Assessment of Parental Age and
Oehadian, A. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. CDK-194.
Paramita, D. A., dkk. 2016. Penyakit Jantung Bawaan pada Kehamilan.
PMK No. 41 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
Purnawati, D., dkk. 2012. Konsumsi Jamu Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Asfiksia
33

Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.


Ramaiah, S. 2006. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta: Medika.
Reeder, Sharon J., Martin LL., and Griffin K. 2011. Keperawatan Maternitas :
Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga (Ed 18) Vol 1 (Yti A, Imami NR, dan Sri
Djuwatiningsih, penerjemah). Jakarta : EGC
Ringoringo, H. P. 2009. Insidens Defisiensi Besi dan Anemia Defisiensi Besi pada
Bayi Berusia 0 – 12 Bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: Studi Kohort
Prospektif. Sari Pediatri.
Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University
Press.
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi. Jakarta: PT
Binda Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud.
Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV
Sagung Seto.
Sofian, Amru, (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi Ed.3, Jilid 1, Jakarta : EGC.
Sugiarto, dkk. 2017. Laboratorium Keterampilan Klinis Buku Manual Keterampilan
Klinis Dasar Pemeriksaan Fisik Untuk Semester 1. Solo: FK UNS.
Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil
Mengenai Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal Selatan Kota
Tegal Tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Supariasa, I. D. N., B. dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. SUPAS. 2015.
Profil Penduduk IndonesiaHasil SUPAS 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi
Budaya Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.Jurnal
Konseling Indonesia.
Uliyah, dkk. 2009. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jakarta: Salemba
Medika.
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 1. Jakarta: EGC.
Wicaksono, dkk. 2017. Sindrom Nefrotik dalam Kehamilan. Vol. 44, No.8. Laporan
Kasus
Wijayanti, T., dkk. 2014. Seropositif Toxoplasmosis Kucing Liar pada Tempat-
34

tempat Umum di Kabupaten Banjar Negara.BALABA.


Willis, S. S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.
Winardi, B. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan pada Masa Prakonsepsi. Bahan Ajar
Perkuliahan Pendidikan Bidan FK UNAIR.
WNPG (Widyakarya Pangan dan Gizi X). 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan
Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal. Jakarta: 20−21
November 2012.
World Health Organization. Meeting to Develop a Global Consensus on
Preconception Care to Reduce Maternal and Childhood Mortality and
Morbidity. Geneva. 2012.
Yusuf, Y., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Menarche dengan Kesiapan Remaka
Putri Menghadapi Menarche di SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan. Artikel
Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado.
Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4
KUA Kec. Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai