Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN DENGAN KALA II LAMA


DI RUANG PERMATA HATI RSUD BANYUMAS

Oleh :
KARTIKA DWI MULYANINGSIH
(1811040088)

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Persalinan kala II lama didefinisikan sebagai persalinan kala II yang lebih dari 3 jam
dengan analgesia regional dan lebih dari 2 jam tanpa analgesia regional pada nullipara
sedangkan pada multipara, keadaan ini didefinisikan sebagai persalinan kala II yang
lebih 2 jam dengan analgesia regional dan lebih dari 1 jam tanpa analgesia regional
(Cunningham, 2013).
Kala II lama adalah persalinan yang sudah dipimpin mengejan pada primigravida
dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesia regional,
sedangkan pada multigravida dibatasi 1 jam dan diperpanjang sampai 2 jam apabila
digunakan analgesia regional (Saifuddin, 2010).

B. Etiologi
Pada prinsipnya, sebab-sebab kala II lama dapat dibagi menjadi:
1. Kelainan tenaga (kelainan his)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga
persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
a) Inersia Uteri : Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi
lebih kuat dan lebih dahulu pada bagian lainnya.
b) Incoordinate Uterine Action: Tidak adanya koordinasi antara bagian atas,
tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan. Tonus otot yang menaik menyebabkan nyeri yang lebih keras dan
lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia janin. (Prawirohardjo,
2010).
2. Kelainan janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak
atau dalam bentuk janin. (Prawirohardjo, 2010)
Menurut Mochtar (2013) kelainan janin yang mengakibatkan kemacetan pada
persalinan, yaitu:
a. Kelainan letak yaitu kelainan pada letak kepala (letak defleksi, letak belakang
kepala UUK melingtang, dan letak tulang ubun ubun), letak sungsang, letak
lintang (transverse lie), dan presentasi rangkap atau ganda.
b. Kelainan bentuk yaitu kelainan pada pertumbuhan janin yang berlebihan (lebih
dari 4000 gram), hidrosefalus, monster (kembarsiam, akardiakus, dan
anensefalus), dan janin dengan perut besar.
c. Tali pusat yang menumbung.
3. Kelainan jalan lahir
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan. (Prawirohardjo,2010).
Disproporsi Fetopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul
secara absolut dimana janin sama sekali tidak akan selamat dengan melewati jalan
lahir dan secara relatif apabila dipengaruhi oleh factor-faktor lain (Oxorn, 2010).
Kesempitan
panggul dibagi menjadi 4 macam, yaitu: Kesempitan pintu atas
panggul,Kesempitan bidang tengah panggul,Kesempitan pintu bawah
panggul,Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah panggul,dan
pintu bawah panggul (Fauziyah, 2012).
4. Faktor Lain
a. Faktor Penolong
Menurut Rukiyah (2009) factor penolong diakibatkan pertolongan yang salah
dalam manajemen persalinan yaitu : Salah pimpin,Manipulasi
(Kristeler),Pemberian uterotonika yang kurang pada tempatnya
b. Faktor psikologis
Ketakutan dan kecemasan dapat menghambat suatu proses persalinan. Dengan
persiapan antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan dengan
mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran bayinya
(Diponegoro, 2009).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Rustam Mochtar (2013) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga
pada janin.
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan
meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring Bandle, oedema serviks, cairan
ketuban berbau, terdapat meconium.
2. Pada janin
Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negarif, air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
a. Kaput succedaneum yang besar
b. Moulage kepala yang hebat
c. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
d. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)

D. Patofisiologi
Pada awal persalinan, uterus akan menghasilkan energi untuk berkontraksi dan

relaksasi. Kondisi metabolik ini dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan aktivitas

ini dipertahankan selama berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung terlalu lama,

akan menyebabkan patologi pada uterus. Pertama-tama, akan timbul gangguan emosi

dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus akan

berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu juga dapat

terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi kebutuhan ATP.

Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus untuk berkontraksi.

Kontraksi yang terus-menerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan

hipoksia akan mengakibatkan ruptur uteri (Syakurah,2011).


pathways

Persalinan

Kontraksi terlalu
lama

Gangguan emosi dan


Dx Kelelahan
kelelahan pada ibu

Cadangan glikogen dan


ATP pada uterus
berkurang

Timbunan asam
laktat

Asidifikasi

Kemampuan uterus
berkontraksi menurun

Ketidakseimbangan
Deplesi energi medan energi
Ketidakefektifan
pola napas Hipoksia

Ruptur uteri

E. Komplikasi
Komplikasi pada persalinan dengan kala II lama dapat terjadi pada ibu maupun pada
bayi. Pada kala II lama dapat terjadi infeksi sampai sepsis.
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat kala II lama adalah gawat janin dalam rahim
sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia berat sehingga
menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan akibat lain dari
persalinan kala II lama yang dilakukan tindakan operastif per vaginam. Trauma tersebut
meliputi eksoriasi kulit, sefalhematom, perdarahan subgaleal, ikterus neonatorum berat,
dan nekrosis kepala yang akan diikuti alopesia di kemudian hari. Selain itu dapat terjadi
patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kala II lama menurut Prawirohardjo (2010) adalah Upaya
mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke
plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan dan
menahan nafas yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ bradikardi yang lama
mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan ekstraksi vakum atau
forcep bila syarat memenuhi. Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan,
berikan oksitosin drip. Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam,
lahirkan dengan bantuan ekstraksi vacuum atau forcep bila persyaratan terpanuhi.
Lahirkan dengan secsio sesarea.
Penatalaksanaan partus lama antara lain :
a. Pencegahan (Oxorn, 2010)
1) Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi
insidensi partus lama.
2) Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik
yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah
mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak
serta bisa dilebarkan.
b. Tindakan suportif
1) Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan
hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam
diri pasien.
2) Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi,
dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah Makanan yang dimakan dalam
proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik. (Oxorn, 2010)
3) Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah
dan aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di pasang infus
untuk pemberian kalori. (Oxorn, 2010)
4) Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum
yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam
keadaan kosong. (Manuaba, 2007)
5) Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan
pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun
semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana.
6) Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin.
Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan
harus dilakukan dengan maksud yang jelas. (Oxorn, 2010)
7) Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran
diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin
ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara
spontan.(Oxorn, 2010)

c. Perawatan pendahuluan
Penatalaksanaan menurut Oxorn (2010), penderita dengan partus lama adalah sebagai
berikut:
1) Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
2) Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
3) Streptomisin 1 gr intramuskular
4) Infus cairan :
a) Larutan garam fisiologis
b) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 literataujam
5) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera
bertindak.
Teori Asuhan Keperawatan

1) Data subjektif
a) Biodata atau identitas
(1) Umur
(2) Paritas
Pada kala II lama paritas mempengaruhi proses persalinan, biasanya pada kala II lama,
primigravida lebih lama proses persalinannya dibanding multigravida (Prawirahardjo,
2009).
(3) Pendidikan
b) Riwayat kehamilan
Persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui ibu pernah hamil berapa kali, bersalin
berapa kali, apakah ada riwayat persalinan malposisi dan malpresentasi (Varney, 2007).
2) Data Obyektif
Data Obyektif adalah data yang dapat diobservasikan dan diukur. Data obyektif yang
berkaitan dengan kala II lama antara lain :
a) Palpasi
Pada ibu bersalin dengan kala II lama, pemeriksaan
Leopold dilakukan untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, punggung
dan bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri atau kanan ibu, penentuan taksiran berat
janin,persentasi penurunan, frekuensi dan lama kontraksi atau his yang biasanya terjadi
pada kala II lama kontraksi his tidak adekuat (Oxorn,2010).
b) Auskultasi
Pada ibu bersalin dengan kala II lama, denyut jantung janin dapat terdengar cepat atau
tidak teratur bahkan negatif saat pemeriksaan secara auskultasi dengan doppler atau
leanec (Mochtar, 2013)
c) Pemeriksaan dalam atau vagina toucher
Pada ibu bersalin dengan kala II lama biasanya ketika pemeriksaan dalam terdapat
odema servikalis , bagian terendah sulit di dorong ke atas, dan terdapat kaput pada
bagian terendah janin, ketuban berbau atau berwarna hijau (Manuaba,2007).
d) Data penunjang
Pada ibu bersalin dengan kala II lama pemeriksaan USG dilakukan untuk memastikan
apakah yang berada di bagian terbawah benar- benar kepala atau tidak, serta melihat
apakah ada kelainan penyebab kala II lama atau tidak misalnya malposisi dan
malpresentasi. (Oxorn, 2010).
b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan data subyektif dan obyektif. Diagnosa
kebidanan dalam studi kasus ini: Ny. H, G1P0A0, umur 23 tahun dengan inpartu kala
II lama.
2) Masalah
Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin dengan kala II lama yaitu ibu merasa
cemas,ketakutan menghadapi persalinannya dan kontraksi lemah (Purwaningsih dan
Fatmawati, 2010). Masalah yang mungkin terjadi adalah kelelahan ibu.
(Prawirohardjo,2010)
3) Kebutuhan
Bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. Kebutuhan
ibu bersalin dengan kala II lama adalah informasi tentang kala II lama, perubahan posisi
dan beri dukungan emosi (Saifuddin, 2009).
Kebutuhan ibu saat kelelahan adalah pemberian sedatif serta analgetik pada dosis yang
tidak berlebihan agar tidak mengganggu kontraksi. Mendorong ibu untuk minum dan
pemberian infus larutan RL untuk mengantisipasi adanya dehidrasi (Oxorn, 2010).

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial atau Diagnosa Potensial
dan Antisipasi Penanganan Diagnosa potensial lain yang mungkin terjadi pada ibu
bersalin dengan partus lama menurut Manuaba (2010), antara lain: pada ibu terjadi
infeksi intrapartum dan ruptur uteri, sedangkan yang terjadi pada bayi antara lain fetal
disstres atau gawat janin, caput sucsedaneum, dan asfiksia sampai terjadi kematian.
Menurut Oxorn (2010) diagnosa potensial kala II lama pada ibu adalah syok
hipovolemik. Antisipasi gawat janin dengan memonitoring jantung janin dan
pengamatan mada pengeluaran mekonium. Harus diperhatikan antisipasi infeksi saat
pemeriksaan rectal atau vaginal yang dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin.
(Oxorn, 2010). Antisipasi penanganan oleh bidan adalah observasi KU, TTV dan DJJ
(Simkin,2008; Kurniawati, 2009). Antisipasi dari gawat janin antara lain dengan
membaringkan ibu miring ke kiri, memberi oksigen (Saifuddin,2009).
Tindakan antisipasi dari infeksi adalah mempercepat persalinan segera dengan
pemberian oksitosin, memberikan kombinasi antibiotik sampai kelahiran terjadi
(apabila ibu melahirkan pervaginam, hentikan pemberian antibiotik pasca persalinan
dan apabila ibu menjalani seksio sesaria, lanjutkan pemberian antibiotik ditambah
metronidazol 500mg melalui IV setiap 8 jam sampai ibu tidak demam selama 48 jam)
(Pamilih,2006).

d. Langkah IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera


Kebutuhan tindakan segera untuk ibu dengan kala II lama yaitu:
1) Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi melakukan rehidrasi
intravena (pemberian cairan infus), untuk mempercepat proses persalinan dengan
induksi dan episiotomi (Varney, 2007; Saifuddin, 2009).
2) Berikan dukungan dan penyamanan dalam persalinan (Chapman,2006).
3) Motivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak terlalu panik dengan kondisinya (Varney,
2007).

e. Langkah V. Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh


Langkah kelima mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif yang
ditentukan dengan langkah sebelumnya. Suatu rencana perawatan yang komprehensif
meliputi hal-hal yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan masalah lain yang
berkaitan. Apapun yang berkaitan dengan aspek apapun dari perawatan harus disetujui
oleh kedua pihak oleh bidan atau wanita tersebut bersifat efektif (Varney, 2007).
Rencana asuhan komprehensif pada ibu bersalin dengan kala II
lama yaitu:
1) Nilai secara cepat keadaan umum, vital sign serta tingkat hidrasinya (Liu, 2008)
2) Tentukan keadaan janin dengan pemeriksaan DJJ selama atau segera sesudah his dan
hitung frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit (Rukiyah, 2009)
3) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih agar tidak mengganggu jalan
lahir. (Sondakh, 2013)
4) Apabila kontraksi tidak adekuat dan tercium bau keton, anjurkan pasien untuk
mobilisasi dan minum minuman yang manis, namun apabila tidak bisa, upaya
stabilisasi dengan memberikan infus dekstrosa atau NaCl. (Sulistyawati, 2010)
5) Berkolaborasi dengan dr. Sp.OG (Simkin, 2008)
6) Jika terjadi gawat janin lakukan sectio cesarea, jika syarat terpenuhi lakukan ektrasi
vakum atauforceps. (Simkin, 2008)
7) Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc dekstrosa atau NaCl
dengan syarat induksi pada kasus kala II
Lama adalah :
a) Janin mendekati aterm
b) Tidak terdapat kesempitan panggul atau sefalopelvik
disproportion
c) Memungkinkan untuk lahir pervaginam
d) Janin dalam presentasi belakang kepala
e) Kepala janin harus sudah masuk panggul. (Oxorn, 2010)
8) Lakukan Episiotomi jika terdapat gawat janin. Syarat melakukan episiotomi adalah
janin mendekati aterm, tidak terdapat kesempitan panggul atau sefalopelvik
disproportion,memungkinkan untuk lahir pervaginam, janin dalam presentasi belakang
kepala, dan kepala janin harus sudah masuk panggul (Cunningham, 2013)
9) Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan (Sulistyawati,2010).
10) Motivasi keluarga untuk pemberian nutrisi termasuk rehidrasi(Sinclair, 2009).
11) Berikan dukungan bagi Ibu dan keluarga (Sondakh, 2013)

f. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien DanAman


Langkah keenam adalah pelaksanaan perawatan yang komprehensif dari langkah
kelima secara efisien dan aman. Hal ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
wanita yang bersangkutan, bidan atau anggota lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,
dia bertanggung jawab atas pengarahan pelaksanaanya (misalnya mengamati bahwa hal
ini telah dilaksanakan) (Varney, 2007).

g. Langkah VII. Evaluasi


Langkah terakhir evaluasi adalah salah salah satu langkah pemeriksaan dari rencana
perawatan, apakah kebutuhan ``butuh bantuan`` yang teridentifikasi dalam masalah dan
diagnosa.Rencana dianggap efektif jika terlaksana dan tidak efektif jika tidak terlaksana
(Varney, 2007).
Menurut Hakimi (2010) hasil evaluasi yang diharapkan dari ibu
dengan kala II lama adalah dilakukan:
1) Infus oxyticin memperbaiki kontraksi uterus.
2) Pemecahan ketuban secara artifisial diperlukan jika kantong ketuban yang masih
utuh.
3) Pasien harus ditempatkan pada meja bersalin dan dipimpin agar mau mengejan pada
tiap kali his.
4) Digunakan vakum untuk menghasilkan penurunan dan rotasi kepala lebih lanjut.
5) Episiotomi perineum yang ulet. Dengan langkah tersebut kalau tidak berhasil
dilakukan sectio saesarea.
Daftar Pustaka

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. 2013. Obstetri Willian Edisi 21.
Jakarta:EGC

Fauziyah, Yulia.2012.Obstetri Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Mochtar, Rustam.2013.Obstetri jilid II. Jakarta:EGC

Oxorn Harry, Dkk. 2010. Ilmu kebidanan : patologi dan fisiologi persalinan. Yogyakarta
: Yayasan Esensia Medica

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP.

Purwaningsih dan Fatmawati.2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba


Medika

Saifuddin B, Rachimhadhi T, Winkjosastro HG. 2013. Buku Panduan Praktis


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Putaka

Anda mungkin juga menyukai