Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFERTILITAS

DI SUSUN OLEH

Kelompok :

Oren Pertalia

Sherlyn Adita Grizilia

Uga Nidia Al Qumairoh

Dosen Pembimbing : Riski Amalia, SST.,M.Kes

PROGRAM STUDI KEBIDANAN KHUSUS

UNIVERSITAS KADER BANGSA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................

Daftar Isi.....................................................................................................................

Bab  I  Pendahuluan....................................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................

B. Rumusan Masalah................................................................................................

C. Tujuan..................................................................................................................

D. Manfaat................................................................................................................

Bab II Pembahasan......................................................................................................

Bab III Penutup................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................

B. Saran........................................................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................................

LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan petunjuknya sehingga makalah yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi
Infertiitas” dapat diselesaikan sebagai mana mestinya meskipun dalam bentuk yang sederhana
dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan perbaikan seperlunya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian makalah ini tidak dapat kami
selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu patutlah
kiranya kami sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.

Untuk itu semoga makalah yang Kami buat ini dapat bermanfaat untuk kita semua penggunanya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertil bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak akan menimbulkan
kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga. Infertilitas juga dianggap sebagai
suatu hal yang memalukan di masyarakat, dimana seorang pria diharapkan dapat
meneruskan keturunannya sebagai ciri kejantanannya. Konseling merupakan salah satu
cara yang tepat untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan-permasalahan dalam
hidup. Konseling akan membantu mengiden-tifikasi masalah, mencari solusi atau
alternatif yang tepat dan menyadarkan akan adanya potensi dari setiap manusia untuk
dapat mengatasi berbagai masalahnya. Untuk itu diperlukan suatu penanganan infertilitas
yang menyeluruh dari tenaga kesehatan meliputi pasangan suami istri, keluarga dan
lingkungan diantaranya melalui kegiatan konseling infertilitas. Sering kali wanita yang
dipermasalahkan bila suatu pasangan suami istri sukar memperoleh keturunan. Sekitar
40% kasus infertilitas disebabkan oleh kemandulan wanita, 30% disebabkan oleh
kemandulan pria dan 30% oleh keduanya.

Di negara kita sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak dan
dikatakan sebagai pasangan yang mengalami infertilitas. Sebagian besar pasangan suami
istri tersebut berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak, padahal 1 diantara
10 pasangan akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak. Beberapa masalah yang
bisa timbul akibat infertilisasi, antara lain : kehilangan kepercayaan diri pada pasangan
suami istri, timbul konflik dalam rumah tangga karena salah satu pasangan merasa
kecewa, anggapan masyarakat bahwa infertillitas itu yang disalahkan adalah wanita,
trauma dan kecewa terhadap diri sendiri, perasaan rendah diri, mengalihkan fungsi
keibuan pada kegiatan erotik dan seksual, mengabdikan diri pada satu ideologi atau
interes emosional.

Infertilitas dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk terjadinya konsepsi setelah


1 tahun bersenggama tanpa menggunakan kontrasepsi. Infertilitas dibagi menjadi dua
macam yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi bila istri belum
pernah hamil walaupun bersenggama setelah 1 tahun tanpa kontrasepsi. Infertilitas
sekunder terjadi bila istri pernah hamil, tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama selama 1 tahun tanpa kontrasepsi. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi infertilitas diantaranya faktor fisik, pasikologis dan lingkungan. Faktor
psikologis yang dapat menyebabkan infertilitas adalah gangguan emosional yang kronis
seperti ketakutan dan merasa tidak mampu untuk menjadi seorang ibu, meningkatnya
supersensitifitas karena pengaruh penambahan umur sehingga menjadi paranoid dan
menyebabkan infertilitas. Perempuan yang mengalami stres dalam perkawinannya
diperlukan siklus reproduksi lebih untuk bisa hamil. Ketidaksuburan menyebabkan stres
dalam hubungan suami istri dan berdampak apakah seorang wanita mendapatkan hamil
atau tidak (Boivin, J. 2008 dalam Salynn, 2008).

Upaya pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat
bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk
terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Pentingnya dukungan suami dalam
memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pengobatan. Peran dan dukungan
suami sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan koping secara efektif.
Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (konsele) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Pada prinsipnya konseling melihat
kliennya sebagai seorang yang tidak mempunyai kelianan secara patologis. Konseling
dilakukan dengan cara melakukan pertemuan antara konselor dengan kliennya yang
memungkinkan terjadinya dialog dan bukan pemberian terapi atau treatment. Konseling
juga mendorong terjadinya penyelesaian masalah oleh diri klien sendiri.
Atas dasar itu maka konseling infertilitas dimaksudkan untuk membantu pasangan
suami istri dengan masalah infertil. Penekanan-penekanan perilaku dalam konseling
infertilitas antara lain : bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan, memberikan
pengertian terhadap pasangan, memberikan support, membantu mencari alternatif untuk
mengadopsi anak bila upaya tindakan bayi tabung tidak berhasil, membantu pasangan
supaya dekat dengan anak-anak dan bisa menerima kenyataan hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Faktor Mempengaruhi Infertilitas?
2. Apa saja masalah yang ditimbulkan Akibat Infertilitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja Faktor Mempengaruhi Infertilitas
2. Untuk mengetahui apa saja masalah yang ditimbulkan Akibat Infertilitas

D. Manfaat

Untuk membantu pasangan suami istri dengan masalah infertil. Penekanan-penekanan


perilaku dalam konseling infertilitas antara lain : bersikap baik dan simpatik terhadap
pasangan, memberikan pengertian terhadap pasangan, memberikan support, membantu
mencari alternatif untuk mengadopsi anak bila upaya tindakan bayi tabung tidak berhasil,
membantu pasangan supaya dekat dengan anak-anak dan bisa menerima kenyataan
hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian infertilitas
Infertilitas adalah ketidamampuan untuk terjadi konsepsi setelah 1 tahun
bersenggama tanpa menggunakan kontrasepsi.
2. Pembagian infertilitas
Terbagi menjadi 2 yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi
bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama setelah 1 tahun
tanpakontrasepsi.Sedangkan Infertilitas sekunder terjadi bila istri pernah hamil, tetapi
kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama selama 1 tahun tanpa
kontrasepsi.
3. Pemeriksaan infertilitas
a. Syarat pemeriksaan pasangan infertile Adapun syarat pemeriksaan pasangan infertli
meliputi :
(1) Istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 1 tahun. Pemeriksaan dapat dilakukan dini apabila : Pernah
mengalami keguguran berulang, Diketahui mengindap kelainan endokrin, Pernah
mengalami peradangan rongga perut dan rongga panggul, Pernah mengalami bedah
gynekologik;
(2) Istri yang berumur antara 31- 35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang untuk pemeriksaan;
(3) Pasangan infertil yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini dan
(4) Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu
anggotanya mengindap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri dan
anaknya.

b. Jenis pemeriksaan infertilitas Meliputi :

(1) Anamnesa lengkap; Identitas pasangan, Riwayat perkawinan, Riwayat kesehatan


keluarga, Riwayat penyakit dahulu, Riwayat Obstetri dan Riwayat menstruasi;

(2) pemeriksaan fisik; Pemeriksaan umum secara head to toe, Pemeriksaan Tanda-
tanda vital, Pemeriksaan payudara, Pemeriksaan abdominal dan Pemeriksaan
ginekologi;

(3)pemeriksaan diagnostic ; Pemeriksaan ovulasi :

(a) Pencatatan suhu basal dalam kurve (Bila siklus anovulatoir suhu basal bersifat
bifasis, sedangkan bila terjadi ovulasi terdapat kenaikan suhu basal yang
disebabkan karena pengaruh progesterone),
(b) Pemeriksaan vaginal smear (Pembentukan progesteron menimbulkan
perubahan sitologis pada sel-sel superficial),

(c) Pemeriksaan lendir servik (Progesteron menimbulkan sifat lendir servik


menjadi kental dan membentuk gambaran fern bila lendir dikeringkan),

(d) Pemeriksaan endometrium (Kuretase pada fase premenstruil menghasilkan


endometrium dalam stadium sekresi dengan gambaran histologis khas,

(e) Pemeriksaan hormon entrogen, ICSH, pregnadiol dan (f) Perhitungan masa
subur (Bila siklus wanita berlangsung teratur selama 28 hari, maka suburnya kira-
kira terjadi 2 minggu setelah HPHT ( hari ke14). Kadang-kadang ditandai oleh
nyeri dibagian bawah perut, keluarnya lendir banyak dari vagina). Selanjutnya
adalah Pemeriksaan sperma.

Hal ini adalah Sperma diperiksa dan ditampung setelah pasangan tidak
melakukan senggama selama 3 hari dan diperiksa segera setelah dikeluarkan.
Penilaian sperma meliputi : Makroskopis : warna, volume, pH, bau, juga secara
Mikroskopis : jumlah, bentuk,motilitas, morpologi. Selain hal tersebut diatas juga
perlu dilakukan Pemeriksaan lendir servik dengan menilai Kekentalan lendir
servik. Pada stadium proliferasi lendir servik agak cair karena pengaruh estrogen,
sedangkan pada stadium sekresi lendir servik kental karena pengaruh progesteron.
Adapun kondisinya adalah untuk pH lendir servik : Lendir servik bersifat alkalis
dengan pH 9, Enzim proteolitik (mempengaruhi viskositas lendir servik),
Immunoglobulin (dapat menimbulkan aglutinasi dari sperma). Pada pemeriksaan
lender serviks dengan menggunaka : Sim Huhner Test. Test ini adalah uji pasca
senggama pada pertengahan siklus haid, dilakukan 2 jam setelah senggama untuk
menilai ketahanan hidup sperma dalam lendir servik. Selain itu juga bisa dengan
Kurzrock Miller Test Adalah uji sederhana untuk mengukur kemampuan sperma
masuk kedalam lendir servik Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah
Pemeriksaan tuba.

Pemeriksaan ini dengan cara ;

(a) Pertubasi (Rubin Test), yaitu pemeriksaan patensi tuba dengan jalan
meniupkan gas CO2 melalui kanula / kateter folley yang dipasang pada kanalis
servikalis, apabila salah satu atau kedua tuba paten, maka gas akan mengalir
bebas kedalam kavum peritonei;

(b) Histerosalpingografi: Adalah pemeriksaan untuk mengetahui bentuk cavum


uteri dan bentuk dari saluran tuba apabila terdapat sumbatan, dengan menyuntikan
cairan contras kedalam uterus;

(c) Kuldoskopi : Untuk melihat secara langsung melalui suatu alat keadaan tuba
dan ovarium dan
(d) Laparaskopi : Untuk melihat secara langsung keadaan genitalia interna dan
sekitarnya. Berikutnya adalah Pemeriksaan endometrium, yaitu dilakukan pada
saat stadium premenstruil, dilakukan mikrokuretage untuk mengetahui gambaran
histologi stadium sektesi.

4. Faktor yang mempengaruhi infertilitas

a. Faktor fisik; Pada laki-laki meliputi Kualitas dan kuantitas sperma, Menderita infeksi
virus kelenjar getah bening bawah tulang rahang yang mengakibatkan kerusakan pada
testis, Sperma tidak bisa keluar dari penis karena terdapat jaringan parut bekas ulkus pada
saluran sperma yang bisa disebabkan oleh PMS, Mengalami gangguan dalam
berhubungan seks karena : tidak bisa ereksi, ereksi kurang lama, terlalu cepat ejakulasi,
Menderita penyakit menahun seperti diabetes, tuberculosis, dan malaria yang dapat
mengganggu kesuburan.

Adapun factor fisik yang mendukung pada Wanita :

(1) Menderita jaringan parut pada saluran tuba atau dalam uterus. Jaringan parut
tersebut dapat mengganggu perjalanan sperma dan mengganggu sel telur yang telah
dibuahi menempel pada uterus, Jaringan parut dapat disebabkan : Infeksi PMS,
Aborsi yang tidak aman, Pemasangan IUD nonseptik sehingga menimbulkan infeksi,
Tindakan bedah pada vagina, uterus, tuba atau ovarium. Wanita yang

(2) tidak terjadi ovulasi disebabkan karena gangguan hormon reproduksi,

(3) Terdapat fibroid dalam uterus (Fibroid dapat mencegah konsepsi atau menyulitkan
kelestarian kehamilan),

(4) Penyakit menahun Penyakit seperti : Diabetes, TBC, Malaria.

b. Factor psikologis ; Gangguan emosial yang kronis seperti ketakutan dan merasa tidak
mampu untuk menjadi seorang ibu, Meningkatnya supersensitifitas karena pengaruh
penambahan umur sehingga menjadi paraniod dan menyebabkan infertilitas.

c. Faktor lingkungan ; meliputi Polusi udara, air yang tercemar, bahan kimia yang dipakai
pabrik dan pertanian, Merokok, minuman beralkohol dan kopi kental, Suhu tinggi pada
testis dan penekanan yang terlalu ketat serta penggunaan Obat-obatan.

5. Masalah yang timbul akibat infertilitas

a. Kehilangan kepercayaan diri pada pasangan suami istri karena menganggap diri tidak
mampu mempunyai keturunan.

b. Timbul konflik dalam rumahtangga disebabkan karena salah satu pasangan merasa
kecewa terhadap pasangannya yang tidak bisa membuat keturunan sampai berakhir
dengan perceraian.
c. Masih ada pandangan masyarakat bahwa terjadinya infertilitas itu yang disalahkan
adalah wanita, karena wanita baru bisa baru bisa diterima status warga masyarakat
sepenuhnya apabila telah menjadi seorang ibu.

d. Trauma dan kecewa terhadap diri sendiri karena merasa tidak sempurna sebagai
wanita.

e. Menimbulkan perasaan rendah diri dan kebuntuan dimasa-masa mendatang.

f. Mengalihkan fungsi keibuan pada interes-interes lain seperti mengutamakan pada


kegiatan erotik dan seksual.

g. Mengabdikan diri pada satu ideologi atau satu interes emosional tertentu. Konseling
Infertilitas

5. Pengertian Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan
oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga
diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat
pada klien (client centered).

6. Perbandingan dengan psikoterapi Dibanding dengan psikoterapi, konseling lebih berurusan


dengan klien(konseli) yang mengalami masalah yang tidak terlalu berat sebagaimana halnya
yang mengalami psikopatologi, skizofrenia, maupun kelainan kepribadian. Umumnya
konseling berasal dari pendekatan humanistik dan client centered. Konselor juga
berhubungan dengan permasalahan sosial, budaya, dan perkembangan selain permasalahan
yang berkaitan dengan fisik, emosi, dan kelainan mental.

Dalam hal ini, konseling melihat kliennya sebagai seseorang yang tidak mempunyai
kelainan secara patologis. Konseling merupakan pertemuan antara konselor dengan kliennya
yang memungkinkan terjadinya dialog dan bukannya pemberian terapi atau treatment.
Konseling juga mendorong terjadinya penyelesaian masalah oleh diri klien sendiri.

7.Tehnik konseling Berbagai cara atau strategi dalam melakukan konseling telah
dikembangkan oleh beberapa ahli, salah satunya adalag cara yang dikembangkan oleh
Bingham, W dkk dengan istilah konseling Trait and Factor.

Adapun tehniknya terurai sebagai berikut. Proses konseling dibagi dalam lima tahap yaitu
meliputi tahap analisis, tahap sintesis, tahap diagnosis, tahap konseling dan tahap tindak
lanjut.

a) Tahap analisis merupakan Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan
data mengenai klien.
b) Tahap sintesis merupakan Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis
yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan
kemampuan penyesuaian diri klien. Adapun

c) tahap diagnosis Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan


hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan,
sebabsebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengruh pada penyesuaian diri. Pada
tahap diagnosis meliputi ;

(1) Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan


kategori Bordin dan Pepinsky. Kategori diagnosis Bordin ini terdiri dari : dependence
(ketergantungan), lack of information (kurangnya informasi), self conflict (konflik
diri) dan choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan). Sedangkan berdasarkan
Kategori diagnosis Pepinsky meliputi : lack of assurance (kurang dukungan), lack of
information (kurang informasi), dependence (ketergantungan) dan self conflict
(konlflik diri). Selanjutnya pada langkah kedua :

(2) Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa
kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor
menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari
program kerja berdasarkan diagnosa sementara. Setelah lanngkah menentukan sebab-
sebab akan dilanjutkan dengan :

(3) penentuan Prognosis yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya


diagnosisnya kurang cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan
sekolah yang sulit sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter.
Kalau klien belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan
membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya
sendiri, yang berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional
belum mau menerima. Selanjutnya

d) tahap keempat adalah tahap konseling. Tahap ini merupakan hubungan membantu
klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik
dilembaga, sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan
penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya.

Dalam kaitan ini ada lima jenis konseling yaitu : belajar terpimpin menuju
pengertian diri, mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan
individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.,
bantuan pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan
prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari., mencakup hubungan
dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif dan mendidik kembali yang sifatnya
sebagai katarsis atau penyaluran Tahap kelima adalah
e) tahap tindak lanjut. tahap ini Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi
maslaah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin
keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individualitas
klien.

Tehnik melakukan konseling yang dapat dilakukan oleh konselor meliputi hal-hal antara
lain :

a) Pengunaan hubungan kedekatan (Rapport), Konselor harus menerima konseli


dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan
terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli. Selanjutnya

b) Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan


dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi
kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis dilakukan bersama-sama dengan klien
dan Konselor menunjukkan profil tes secara arif.

c) Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari


pilihan, tujuan, pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang
mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai
pemberian nasehat harus dipahami klien.

Metode pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh Konselor :

(1) Nasehat langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas
menyatakan pendapatnya;

(2) Metode persuasif, dengna menunjukan pilihan yang pasti secara jelas;

(3) Metode penjelasan, yang merupakan metode ynag paling dikehendaki dan
memuaskan. Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data
diagnostic dan menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan
potensi konseli dan

(4) Melaksanakan rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam


menetapkan pilihan atau keputusan secara implementtasinya. Berikutnya tehnik
konseling yang keempat d) adalah menunjukkan kepada petugas lain (alih tangan)
bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi masalah klien.

8. Pengelolaan pasutri dengan infertilitas Mengelola Kasus Infertilitas a) Pasangan suami –


istri harus dipandang sebagai satu kesatuan biologis yang utuh b) Pasangan infertilitas
sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah dijadwalkan.

Selanjutnya beberapa hal yang dapat diambil sebagai langkah untuk membantu mengatasi
masalah yang dialami pasutri dengan infertilitas :
a) Ubah gaya hidup dan kebiasaan bersenggama, yaitu terutama dilakukan pada saat istri
berada pada masa subur.

b) Pemberian obat-obatan (disesuaikan dengan penyebabnya).

c) Pemberian terapi hormonal (bila mengalami gangguan hormonal yang mengakibatkan


gangguan ovulasi pada wanita, maupun gangguan produksi spermatozoa pada laki-laki).

d) Terapi reproduksi dibantu (perencanaan bayi tabung).

e) Adopsi Alur pasutri yang dapat menjadi bahan pertimbangan saat melakukan
konseling : MENIKAH PASUTRI MENGELUH BELUM MEMILIKI KETURUNAN
BERAPA LAMA DARI WAKTU PERNIKAHAN ?? CERITAKAN RIWAYAT
KESEHATAN ANDA PADA PETUGAS KESEHATAN : Lama tidak memiliki
keturunan, peristiwa obstetri yang lalu, riwayat seksual secara terperinci, kondisi medis,
riwayat pembedahan , riwayat terpapar bahan berbahaya bagi sistem reproduksi
INFERTLE PRIMER ATAU SEKUNDER?? Akan dilakukan pemeriksaan fisik,
pengkajian khusus sistem reproduksi dan pemeriksaan penunjang lainnya Mengubah
gaya hidup (terutama kebiasaan bersenggama), Menjalani pemeriksaan secara terjadwal,
Menjalani pengobatan sesuai anjuran Bila tidak memungkinkan untuk memiliki
keturunan, maka mungkin berpikir untuk melakukan ADOPSI Berdasarkan alur tersebut,
terdapat beberapa penekanan perilaku yang sangat dianjurkan untuk membantu pasutri
dengan masalah infertilitas.

Hal tersebut meliputi :

a) Bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan yang mengalami infertilitas, karena
mereka membutuhkan dukungan dan pengertian.

b) Memberikan pengertian terhadap pasangan untuk menghargai satu sama lain.


Jangan saling menyalahkan.

c) Memberi support bahwa keadaan sepeti ini tidak hanya menimpa satu pasangan
saja, berikan alternatif pengobatan lain yang masih bisa di usahakan.

d) Membantu mencari alaternatif untuk mengadopsi anak, bila upaya tindakan bayi
tabung tidak berhasil.

e) Membantu pasangan untuk mencari jalan lain supaya dekat dengan anak-anak dan
bisa menerima kenyataan hidup. Penelitian terkait Infertilitas Para peneliti
melaporkan bahwa stres infertilitas pada pernikahan adalah prediktor kuat kegagalan
pengobatan dari stres pribadi atau strain infertilitas terkait pada hubungan lainnya.
Perempuan yang melaporkan stress dalam perkawinan diperlukan siklus reproduksi
lebih dibantu untuk bias hamil daripada yang memiliki stress kurang, peneliti (Boivin,
J. 2008 dalam Salynn, 2008) "Intinya adalah bahwa jika ketidaksuburan
menyebabkan banyak stres dalam suatu kemitraan yang sangat baik itu bisa
berdampak pada apakah seorang wanita mendapatkan hamil atau tidak.
Sebelumnya Boivin tidak percaya bahwa stres memainkan peran penting dalam
ketidaksuburan hingga saat ini, namun bukti penelitian tidak mungkin untuk
diabaikan. Dia menjelaskan, bagaimanapun, bahwa faktor biologis seperti usia dan
kualitas embrio jauh lebih penting dalam keberhasilan atau kegagalan perawatan
kesuburan dari stres. Boivin dan kolega Lone Schmidt, PhD, diikuti sekitar 800
pasangan Denmark menjalani perawatan kesuburan. Semua peserta menyelesaikan
kuesioner pada awal penelitian untuk menilai tingkat stres. Para peneliti kemudian
melihat angka kehamilan satu tahun kemudian. Selama masa studi satu tahun
didapatkan data 71% pasangan dibutuhkan 1 atau 2 siklus pengobatan infertilitas,
26% memiliki 3-5 siklus dan 2% memiliki lebih dari 5 siklus . Sekitar 60% dari
pasangan mencapai kehamilan yang sedang berlangsung atau kelahiran hidup dan
40% tidak. Pasangan yang tidak mencapai kehamilan cenderung lebih tua daripada
mereka yang melakukannya, dan mereka telah subur lagi dan siklus pengobatan lebih
selama studi.

Sedangkan stres pada pria adalah prediktor independen terhadap keberhasilan


pengobatan, dampaknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dampak terlihat pada
wanita. Boivin mengatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa infertilitas yang
terkait dengan menekankan kompromi kualitas sperma atau faktor lainnya yang
terkait dengan kesuburan pria. Penelitian lain secara kualitatif yang dilakukan oleh
Sugiarti (2008) dengan judul sumber-sumber stress, strategi coping dan dukungan
social pada wanita yang mengalami masalah infertilitas. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap
wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia
mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna.

Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki


keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil
dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama
secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan
infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap
kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan
pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan
membutuhkan kedalaman informal.

Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam


memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang
diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan
pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil. Selain hal tersebut pada
tahun 2007 penulis juga telah berinteraksi secara langsung dengan pasutri dengan
kasus infertilitas. Berbagai hal dijumpai selama proses konseling yaitu dari 5
pasangan ada yang membiarkan saja hal tersebut terjadi tanpa melakukan upaya apa
selain minum jamu-jamuan yang diduga sebagai penyubur, ada yang melakukan
pemeriksaan ke dokter obgyn namun hanya 3-5 kali dan akhirnya berhenti, kegiatan
mengambil anak (adopsi illegal) juga dilakukan oleh salah satu pasangan dengan
tujuan agar segera memperoleh momongan. Semua pasangan sangat menginginkan
segera memiliki anak, meskipun diantara mereka semua adalah infertilitas primer
dengan variasi waktu, ada yang 7 th , 2 th, 4 th, 3 th dan 3,5 th dari usia pernikahan
namun masih belum memiliki keturunan. Bahkan 1 pasutri sempat terjadi konflik
dengan mertua karena belum memiliki keturunan. Namun kelima pasutri tersebut
belum ada satupun pasangan yang pernah dating dan memanfaatkan klinik infertilitas
untuk melakukan konseling. Pada prinsipnya mereka mengatakan bahwa hal tersebut
berkaitan dengan biaya, juga waktu. Suami dari pasangan tersebut adalah pekerja
menengah ke bawah yang membutuhkan waktu hampir 1 hari dalam 24 jam dan 6
hari dalam satu minggu untuk mendapatkan nafkah keluarga (Indriyani, 2007)
BAB III
KESIMPUAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Hadirnya seorang anak dalam keluarga memang impian banyak orang. Sayangnya
tidak semua keluarga segera diberi momongan. Jangankan keluarga baru, mereka
yang sudah mengarungi bahtera rumah tangga hingga bertahun-tahun terkadang
belum dikarunia anak. Selain itu terkadang mereka juga menghadapi stigma negative
dari lingkungan sekitar. Tampaknya keterbatasan pengetahuan pada istilah infertilitas
menjadi penyebab timbulnya stigma negative tersebut. Bagaimana solusi untuk
mengatasi masalah tersebut. Sangat dianjurkan pasutri untuk mencari bantuan pada
petugas yang kompeten dalam bidang ini. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
mengikuti konseling infertilitas di klinik-klinik pelayanan kesehatan.
2. Saran
Makalah ini telah disusun berdasarkan dengan ruang lingkup pembelajaran yang
ada. Namun, kami menyadari bahwasanya masih banyak kesalahan maupun
kekurangan baik didalam penulisan ataupun isinya. Oleh karena itu, kami minta kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya.
Semoga materi yang ada didalam makalah ini dapat berguna bagi kita semua yang
mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Konseling. http://episentru.com/layanan/ko nseling/#more-19 diakses 24 Juni


2010
Anonim. 2009. Infertilitas.http://askepaskeb.cz.cc/2010/03/infertilitas. html.diakses 24 Juni
2010.
Anwar,INC. 2008. Kenali Infertil Sejak Dini. http://www.astaga.com.diakses 24 Juni 2010.
Bobak, LM., Lowdermilk, DL, & Jensen, M.D. 2005. Alih bahasa*wijayarini, M.A). Buku ajar
keperawatan maternitas, edisi 4, Jakarta:EGC
British medical journal. 2004. Menunda punya anak, http://www.hanyawanita.com/
motherhil/pregnancy/article.ph p?article_id=4733
Indriyani, Indriyani, D. 2007. Asuhan keperawatan keluarga pada pasangan infertile primer,
kumpulan lampiran KTI, Jakarta;universitas indonesia. Tidak dipublikasikan.
Klinik ingin punya anak/infertile clinic, http://hamil.info/infertilitas.htm
l, diperoleh tanggal 08 Februari 2007.
Klinik Sammarie. 2000. Fertilitas, menopause dan klimakterium.http://www.samm
arieclinic.com/aspbasra/fertilita s.asp?utk=fertilitas1, diperoleh tanggal 08 Juni 2007.
Milis. 2009. Penyebab infertilitas pada suami dan istri. http//www.mailarchive.com/balita-
anda@balit anda.com,diakses tanggal 24 Juni 2010.
Mochtar, R. 2000. Sinopsis obstetri, obstetri fisiologi-obstetri patologi.jilid 1. (edisi 3).
Jakarta:EGC.
Salynn, B. 2008. Peneliti terkait infertilitas stres mempengaruhi kemungkinan kehamilan,
http://vitadocs.com. Diakses 24 Juni 2010.
Sugiarti. 2009. Sumber-sumber stres, strategi coping dan dukungan sosial pada wanita. :
http://www.digilib.ui.ac.id. Diakses 24 Juni 2010.
Taher, A. 2004. Pria sebagai penyebab sulit punya anak,
http://www.balitaanda.indoglobal.com/priapenye bab.html., diperoleh tanggal 08 Februari 2007.
Wikipedia. 2008. Konseling.http://eko13.wordpre ss.com. diakses 24 Juni 2010. Wiknjosastro,
H., dkk.1999. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Cetakan kelima. Jakarta : yayasan bina pustaka
sarwono prawiroharjo, FK UI.
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Kebutuhan belajar/ diagnosa keperawatan :

Kurangnya pengetahuan Pasangan Usia Subur dengan kurun waktu satu tahun bersenggama
tanpa alat kontrasepsi terhadap Faktor yang mempengaruhi infertilitas.

1. Topik : Penyuluhan tentang Faktor yang mempengaruhi infertilitas

2. Sasaran Penyuluhan : Pasangan Usia Subur dengan kurun waktu satu tahun bersenggama
tanpa alat kontrasepsi

3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan tentang Faktor yang mempengaruhi infertilitas diharapkan


pasangan ini memahami infertiitas yang dialaminya.

b. Tujuan Khusus

1) Setelah dilakukan penyuluhan tentang Faktor yang mempengaruhi infertilitas


diharapkan mampu :

a) Menjelaskan pengertian infertilitas.

b) Menjelaskan Faktor yang mempengaruhi infertilitas

4. Materi Terlampir Faktor yang mempengaruhi infertilitas:

a. Pengertian infertilitas

b. Faktor yang mempengaruhi infertilitas

c. masalah yang timbul karna infertilitas

5. Metode Ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi

6. Waktu Hari Minggu, 18 Apri 2021 jam 14.00 WIB s/d Selesai

7. Tempat : Alua Polindes Kelurahan Sungai Medang

8. Evaluasi Pasangan Mampu menjelaskan Faktor yang mempengaruhi infertilitas


LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFERTILITAS
OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS KADER BANGSA
PALEMBANG
DI KELURAHAN SUNGAI MEDANG

Nama : Pasangan Infertilitas

Hari : Minggu

Tanggal : 18 April 2021

Sasaran : Pasangan Usia Subur dengan kurun waktu satu tahun bersenggama tanpa
alat kontrasepsi

Jumlah Peserta : 10 Orang

Bentuk kegiatan : Penyuluhan dan Tanya Jawab

Susunan acara :

1. Moderator : Uga Nidia Al Qumairoh


2. Penyaji Materi : Sherlyn Adita Grilzilia
3. Notulen : Oren Pertalia

Waktu Kegiatan Tempat

14.00 s/d Selesai Penyuluhan tentang Aula Polindes Kelurahan


Faktor yang Sungai medang
mempengaruhi infertilitas
Hasil :

a) Pasangan memahami dan mampu Menjelaskan pengertian infertilitas.

b) Pasangan memahami dan mampu Menjelaskan Faktor yang


mempengaruhi infertilitas

Anda mungkin juga menyukai