Anda di halaman 1dari 27

CARDIOTOKOGRAFI DAN TERMINASI KEHAMILAN

BLOK 6.1

dr. Panggayuh Wilutomo , SpOG


Kelompok 4:

1.
Pebriana Napitubulu
(G1A113098)
2.
Atika Soraya
(G1A113100)
3.
Primas Shahibba
(G1A113101)
4.
Eldi Novriandi
(G1A113102)
5.
Fathony Arsyad
(G1A113104)
6.
Miftakhul Baiti
(G1A113107)
7.
Iman Agus Lisanto
(G1A113111)
8.
Nuraida Adlaila
(G1A113112)

9.
Try Wira Purtranto
(G1A113114)
10.
Amelia Ananda SM
(G1A113115)
11.
Ayu Lestari
(G1A113121)
12.
Devi Arnes
(G1A113122)
13.
K.M Alkindi
(G1A113123)
14.
Deswitri Ginta Sari
(G1A111325)
15.
Arvin Aditya P
(G1A113127)
16.
Alfa Suryani Ardli
(G1A113129)

17.
Helena Kartika U
(G1A113131)
18.
M. Albari Akbar
(G1A113132)
19.
Efander Tampubolon
(G1A113134)
20.
Muthia Khanza A.B
(G1A113136)
21.
Agustina BR Pakpahan(G1A113139)
22.
Yasmin Shabira W
(G1A113140)

23.
Loli Melatina Putri
(G1A113141)
24.
Diah Media Rizki
(G1A113142)
25.
Fitrah Nurfauziah
(G1A113143)
26.
Zaujah Nurhanni Z
(G1A113144)
27.
M. Galihka Ayatullah
(G1A113145)

28.
29.
30.
31.

FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

32.

UNIVERSITAS JAMBI
33.

2015/2016
34.
35.BAB 1
36.PENDAHULUAN
37.

38.

Menurut Federasi Obstetri

Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan


dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung
dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung
dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang
masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12
minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan
trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke- 28 sampai minggu ke-40). Dalam proses
kehamilan

ada beberapa tanda - tanda awal kehamilan bisa subjektif maupun

objektif sebagai berikut.

Tanda tidak pasti adalah perubahan perubahan fisiologis yang dapat


dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Beberapa
peneliti mengemukakan beberapa gejala presumptif kehamilan yang
meliputi:Amenorea, mual dan muntah, ngidam, singkope, sering miksi,
konstipasi.

Tanda kemungkinan adalah perubahan perubahn fisiologis yang dapat


diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada
wanita hamil,seperti Pembesaran Perut, Tanda Hegar, Tanda Goodel,
Teraba Ballotement.

Tanda

Pasti

(Positive)

Kehamilan

Tanda

pasti

adalah

tanda

yang

menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung


oleh pemeriksa seperi : Gerakan Janin dalam Rahim, Denyut Jantung
Janin.
39.

Kehamilan selama kurang

lebih 40 minggu harus senantiasa dijaga, dari awal persiapan kehamilann hingga
menjelang hari persalinan.Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu dan janin
harus selalu dipantau melalui yang dialami langsung oleh ibu hamil ataupun
menggunakan alat medis. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian
perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara
lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada
dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang
berkaitan hipoksia janin dalam rahim. Seberapa jauh gangguan tersebut dan
akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Hampir semua
ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan berjalan
normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak
lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sebenarnya bukan hanya
untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan janin.
"Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada
komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik
dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan
dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi,
sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan
mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun
mengalami kematian saat baru lahir.

40.

Tetapi

dalam

keadaan-

keadan tertentu bila terjadi permasalahan dalam proses kehamilan tersebut akan
dilakukan tindakan pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu bila kehamilan itu
terlalu berresiko terhadap ibu maupun janin tersebut. Tindakan ini dapat dilakukan
secara legal dengan indikasi yang bertujuan untuk menyelamatkan jiwa sang ibu
maupun janin. Sebagai bahan pemikiran sekitar 50.000 wanita meninggal setiap
tahun akibat komplikasi terkait preeklampsia dan eklampsia. Preeklampsia dan
eklampsia adalah bentuk hipertensi dalam kehamilan yang paling menonjol sebagai
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Sehingga sangat
penting dirasa untuk meningkatkan taraf hidup keluarga dan pemahaman ibu
terhadap kondisi-kondisi kehamilan agar terminasi kehamilan dapat dikurangin
dengan penindakan yang sesuai dengan keadaan ibu.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.BAB II
52.
53.CARDIOTOKOGRAFI dan
TERMINASI KEHAMILAN

54.
55.

A.

CARDIOTOKOGRAFI
(CTG)
1. Definisi
56.

Cardiotokografiadalah

suatu instrument elektronik yang dirancanguntuk mendeteksi kecepatan


denyut jantung janin (KDJ) secara serentak dan mengukur intensitas dan
lama nya kontraksi uterus (KU).
57.

Cardiotokografi

didasarkan pada asumsi bahwa janin yang sehat akan lebih aktif dari pada
janin yang berisiko dan jantung nya akan berespon terhadap kontraksi
uterus dengan berdetak lebih cepat.
58.
2. Cara Pemeriksaan
59.Ada 2 metode
pemeriksaan
kardiotokografi:
-

Metode Eksternal
60.

Dilakukan

dengan

memasangkan sensor bertekanan (pressure sensor) di pasangkan pada


abdomen wanita, dengan posisi duduk setengah berbaring (bukan
terlentang

lurus

karena

dihubungkan ke ultrasound.
61.

dapat

menghasilkan

temuan

yang

keliru)

62.

63.
Metode Internal
64.
dengan

cara

Pencatatan
lain

bisa

dilakukan,

setelah

ketuban

langsung

pecah

dengan

menggunakan selang bertekanan yang dimasukkan kerongga amnion


melalui vagina.
65.
langsung

Pengamatan janin secara

ataupun internal hanya mungkin setelah ketuban pecah dan

cervix agak dilatasi.Perekaman yang segera dan terus menerus frequensi


denyut jantung janin, khususnya dalam hubungannya dengan kontraksi
uterus,

memberikan

suatu

penilaian

terhadap

kesejahteraan

janin.Perubahan pada frequensi jantung janin merupakan petunjuk paling


awal dari insufisiensi uteroplasenter atau kompresi tal ipusat.Jika kontraksi
spontan

tidak

terjadi

pada

30

menit,

dapat

dirangsang

dengan

merangsang putting susu. Variasi denyut jantung berkaitan dengan


kontraksi dicatat.Jika janin letargik, ia dapat dirangsang untuk bergerak
dengan melakukan ketukan pada uterus secara lembut.
66.
3. Indikasi

67.

Pada kehamilan normal,

pemeriksaan CTG pada umumnya bisa diabaikan.Pada persalinan normal,


pemeriksaan ini dilakukan pada kala 1, dengan pencatatan secara intermiten
selama 20 menitdengan interval setiap setengah jam. Bila grafiknya
abnormal atau adanya risiko yang baru terlihat, perlu dilakukan pencatatan
terus menerus.
68.

Indikasi pemeriksaan

CTG sebelum dan selama persalinan:


1) Indikasi Absolut
69.
70. 71.

72.

No Indikasi
73. 85.

Waktu
97.

1
Post maturitas>7 hari
74. 86.

Setiaphari
98.

2
Insufisiensi placenta
75. 87.

Beberapa kali/hari
99.

3
Hipertonus, imaturitas janin
76. 88.

Setiap 4 hari
100.

4
Kontraksi terlampau dini
77. 89.

Beberapa kali/hari
101.

5
Berisiko persalinan premature
78. 90.

Setiap 2 hari
102.

6
Diabetes
79. 91.

Setiap 1-2 hari


103.

7
Kehamilan ganda
80. 92.

Setiap 4 hari
104.

8
Inkompatibilitas Rh
81. 93.

Setiaphari s/d

9
Plasenta letak rendah
82. 94.
10 Plasenta previa
83. 95.
11 Perdarahan trisemester kedua
84. 96.
12

Setelah mengalami

setiapminggu
105.
Beberapa kali/hari
106.
Setiap 4 hari
107.
Setiap 4 hari
108.

trauma/kecelakaan

Diulang setiap hari/setiap


4 hari

109.
2) IndikasiRelatif
110.
111. 112.

113.

No Indikasi
114. 118.

Waktu
122.

1
Usia ibu dibawah 18 tahun, diatas
115.
40 tahun
2
119.
116.
Riwayat kehamilan dengan
3
komplikasi
117.
120.
4
Oligohidroamnion, polihidroamnion
121.

Setiap 2 hari
123.
Setiap 2-4 hari
124.
Setiap 2-4 hari
125.
Setiaphari

Gerakan janin terasa berkurang


126.
4. TeknikPemeriksaan
1) Persiapan Pasien
a. Informed Consent: menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan
kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medic
ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup
persetujuan lisan).
b. Kosongkan kandung kemih
c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu
d. Ibu tidur telentang, bilaada tanda-tanda inflamasi uteroplasenter atau gawat janin, ibu tidur miring kekiri dan
diberioksigen 4L/min
e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak,
f.

presentasi dan punctum maksimum DJJ


Hitung DJJ selamasatu menit, bilaada his, dihitung sebelum dan

segera setelah kontraksi berakhir


g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan
DJJ di daerah punctum maksimum
h. Setelah transduser terpasang baik, beritahu bila janin terasa
bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung gerakan
i.

bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman CTG


Hidupkan computer dan Cardiotokograf

j.

Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin

dan hasil yang ingin dicapai)


k. Lakukan pencetakan hasil rekaman CTG
l. Lakukan dokumentasi data untuk rumah sakit
m. Maitkan computer dan mesin cardiotokograf. Bersihkan dan
rapihkan kembali alat padat empatnya
n. Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai
o. Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab
atau paramedic membantu membacakan hasil intepretasi
computer secara lengkap kepada dokter
127.
2)

Evaluasi/pe
mbacaan
hasil CTG

128.

Ada 4 kardiotokografi

yang mungkin terjadi, yaitu:


o Normal
129.

Pola normal menunjukkan

bahwa janin tidak mempunyai risiko mati dalam 7-10 hari


berikutnya.Janin ini disebut reaktif.Frequensi denyut jantung janin
normal adalah antara 110 dan 160 denyut per menitdengan
variabilitas

batas

dasar

normal

antara

5-15

denyut

per

menit.Selama pola ini persisten sepanjang persalinan, prognosis


o

neonates baik.
Suboptimal
130.

Jika

di

dapati

pola

suboptimal, risiko janin sedikit meningkat dan tes harus diulang


o

dalam 3-4 hari


Deselerasi

131.

Pola

deselerasi

menunjukkan bahwa tes harus diulang keesokan harinya, kecuali


jika
o

kondisi-kondisi

untuk

melahirkan

sudah

memungkinkan,

sehingga persalinan harus di induksi


Preterminal
132.

Pola

preterminal

menunjukkan bahwa janin mempunyai risiko kematian di dalam


uterus yang tinggi dan harus dilahirkan segera.
133.

Satu

masalah

dengan

cardiotokografia dlaah bahwa pola yang normal meramalkan bahwa


janin tidak dalam keadaan yang bahaya, dan pola abnormal tidak
memberikan prediksi yang akurat terhadap bahayaj anin.
134.
135.
135.
135.
135.
135.
135.
135.
135.
135.
135.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.

144.
144.
144.
144.
144.
144.
144.
144.
144.
144.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.

156.
157.
158.
159.
160.

B.

TERMINASI

KEHAMILAH
161.
162.

1. Definisi
Terminasi

kehamilan yang diberikan baik ahli kedokteran maupun hukum cukup


beragam pada saat ini, walaupun intinyaadalah sama.Dalam pengertian
medis, terminasi kehamilan adalah suatu tindakan yangdilakukan untuk
menghentikan kehamilan dengan kematian dan pengeluaran janinbaik
menggunakan alat-alatan atau obat-obatan pada usia kurang dari 20
minggudengan berat janin kurang dari 500 gram, yaitu sebelum janin
dapat hidup di luarkandungan secara mandiri.
163.
Blacks Law

Sementara
Dictionary menyebutkan abortion is the spontaneous or

artificially

induced

expulsion of

an

embryo or fetus. As used in legal context refers to induced abortion


Dengan

demikiankeguguran yang berupa keluarnya embrio atau fetus

semata-mata bukan karenaterjadi secara alami (spontan) tapi juga karena


disengaja atau terjadi karena adanyacampur tangan (provokasi) manusia.
Ensiklopedia Indonesia memberikanpenjelasan bahwa terminasi kehamilan
diartikan sebagai pengakhiran kehamilansebelum masa gestasi 28 minggu
atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.Untuk lebih memperjelas
maka

berikut

ini

dikemukakan

definisi

para

ahli

tentangterminasi

kehamilan, yaitu:
164.

a.

Eastman:

terminasi

kehamilan adalah keadaan terputusnya suatu kehamilandimana fetus


belum

sanggup

berdiri

sendiri

di luar

uterus.

Belum

sanggup

diartikanapabila fetus itu beratnya terletak antara 400 1000 gr atau


kehamilan kurang dari 28 minggu;
165.

b.

Jeffcoat:

terminasi

kehamilanyaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28minggu, yaitu


fetus belum Viable ;
166.

c.

Holmer:

terminasi

kehamilan yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana


proses plasentasi belum selesai.
167.
168.

2. Indikasi
169.

Di

luar

negeri

indikasi

Eklampsia

berat,

dilakukan aborsi terapeutika antara lain:


170.

Indikasi obstetri:
171.
kelainan hipertensi (konvulsi dan koma)

Kondisi keganasan:
172.

karsinoma serviks yang

invasif, karsinoma ovariumdan kanker payudara dengan metastasis,


Kondisi kardiovaskular:

173.

penyakit katub jantung,

gagal jantung, penyakit jantung kongenital, fibrilasi atrium dan hipertensi,


Kondisi respiratorik:
174.
insufisiensi
respiratorik pada penyakit paru sepertibronkitis kronis dan asma,
Kondisi psikologis dan emosional:
175.

Ketika

anak

tersebut tidak diinginkan dan merupakan hasil daripemerkosaan


176.
Kondisi yang menyebabkan abnormalitas fetal:
a. Kondisi infeksi (Rubella, Mumps)
b. Ibu yang terpapar obat-obatan berbahaya (Thalidomide, androgensdan
estrogen)c.
177.
Inkompatibilitas rhesus
178.
179.

3.

Macam-macam

terminasi kehamilan
180.
181.

A.

Menurut

terjadinya,

abortus

dibedakan atas:
182.

1.

Abortus

spontan adalah
penghentian

kehamilan

sebelum janin mencapai


viabilitas (usia kehamilan
22 minggu).
183.

2.

Abortus

provocatus
184.

Suatu proses

dihentikannya kehamilan
sebelum janin mencapai
viabilitas, terjadi akibat
intervensi tertentu yang

bertujuan

untuk

mengakhiri

proses

kehamilan. Ditinjau dari


aspek

hukum

dibagi

menjadi 2 golongan:

Abortus provocatus medicinalis


185.
Pengguguran kandungan
yang dilakukan menurut
syarat

dan

yang

cara-cara

dibenarkan

oleh

undang-undang. Untuk
menyelamatkan
nyawa/

menyembuhkan

si ibu.

Abortus provocatus criminalis


186.
Pengguguran kandungan
yang

tujuannya

selain

dari

pada

untuk

menyelamatkan/menyem
buhkan si ibu, dilakukan
oleh tenaga yang tidak
kompeten

serta

memenuhi

syarat

cara-cara

tidak
dan
yang

dibenarkan oleh undangundang.

Karena

dalamnya

mengandung

unsur

kriminal

kejahatan.
187.

di
atau

188.

B.

Menurut

gambaran

klinisnya,

abortus dibedakan atas:


189.

1.

Abortus

imminens:
190.

Peristiwa

terjadinya
dari

perdarahan

uterus

kehamilan

pada

sebelum

20

minggu, di mana hasil


konsepsi

masih

dalam

uterus, dan tanpa adanya


dilatasi

serviks.

Ciri

perdarahan pervaginam,
dengan

atau

tanpa

disertai kontraksi, serviks


masih tertutup Jika janin
masih hidup, umumnya
dapat bertahan bahkan
sampai kehamilan aterm
dan

lahir

terjadi

normal.

kematian

Jika
janin,

dalam

waktu

singkat

dapat

terjadi

abortus

spontan.

Penentuan

kehidupan janin dilakukan


ideal

dengan

ultrasonografi,

dilihat

gerakan denyut jantung


janin dan gerakan janin.
Jika

sarana

terbatas,

pada usia di atas 12-16


minggu denyut jantung
janin dicoba didengarkan

dengan alat Doppler atau


Laennec. Keadaan janin
sebaiknya

segera

ditentukan,

karena

mempengaruhi

rencana

penatalaksanaan/tindaka
n.
191.

2.

Abortus

insipiens
192.

Peristiwa

terjadinya
dari

perdarahan

uterus

kehamilan

pada

sebelum

20

minggu, dengan adanya


dilatasi serviks uteri yang
meningkat,

tetapi

hasil

konsepsi masih berada di


dalam uterus.
193.

Ciri:

perdarahan pervaginam,
dengan kontraksi makin
lama makin kuat makin
sering, serviks terbuka
194.

3.

Abortus

inkomplit
195.

Peristiwa

pengeluaran
hasil

konsepsi

kehamilan
minggu,

sebagian
pada

sebelum
dengan

20

masih

ada sisa tertinggal dalam


uterus.
196.

Ciri:

perdarahan yang banyak,

disertai kontraksi, serviks


terbuka,

sebagian

jaringan keluar.
197.

4.

Abortus

komplit
198.

Terjadinya

pengeluaran

lengkap

seluruh jaringan konsepsi


sebelum usia kehamilan
20 minggu.
199.

Ciri

perdarahan pervaginam,
kontraksi uterus, ostium
serviks sudah menutup,
ada keluar jaringan, tidak
ada sisa dalam uterus.
Diagnosis

komplet

ditegakkan bila jaringan


yang

keluar

juga

diperiksa
kelengkapannya.
200.

5. Abortus septik

201.

Abortus

yang

mengalami

komplikasi berupa infeksisepsis dapat berasal dari


infeksi

jika

penyebab
saluran

organisme
naik

kemih

dari
bawah

setelah abortus spontan


atau abortus tidak aman.
Sepsis

cenderung

akan

terjadi jika terdapat sisa


hasil

konsepsi

atau

terjadi penundaan dalam


pengeluaran

hasil

konsepsi.

Sepsis

merupakan

komplikasi

yang sering terjadi pada


abortus

tidak

aman

dengan

menggunakan

peralatan.
202.

6.

Abortus

Habitualis
203.

Abortus

yang

terjadi

sebanyak

tiga kali berturut turut


atau lebih.
204.

7.

Abortus infeksiosa
205.

Abortus

yang

disertai

infeksi

genital.
206.

8.

Missed

Abortion
207.
yang

Abortus
ditandai

dengan

embrio atau fetus terlah


meninggal

dalam

kandungan
208.

sebelum

kehamilan 20 minggu dan


hasil konsepsi seluruhnya
masih dalam kandungan.
209.
210.
211.

4. Teknik

212.
1. Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus
a. Kuretase
b. Aspirasi vakum (kuretase hisap)
213.

Teknik Bedah

Aspirasi vakum, bentuk

tersering kuretase hisap, memerlukan kanula kaku yang dihununhkan ke


sumber vakum bertenaga listrik. Selain itu, aspirasi vakum manual
menggunakan kanula serupa yang dihunungkan ke tabung suntik
(syringe) manual sebagai sumber vakumnya. Kemungkinan penyulit
meningkat setelah trisemester pertama. Penyulit-penyulit ini mencakup
perforasi uterus, laserasi serviks, perarahan, pengeluaran tak-lengkap
janin dan plasenta, dan infeksi. Karena itu, kuretase hisap sebaiknya
dilakukan sebelum 14-15 minggu.
c. Dilatasi dan evakuasi
214.

Mulai 16 minggu, ukuran

dan struktur janin menentukan pemakaian teknik ini. Dilatasi serviks


mekanis melebar, yang dicapai dengan dilator logam atau higroskopik,
mendahului destruksi mekanis dan evakuasi bagian-bagian janin. Setelah
janin dikeluarkan seluruhnya maka plasenta dan jaringan yang tersisa
akan dikeluarkan dengan kuret vakum berdiameter besar
d. Dilatasi dan ekstraksi
215.

Teknik untuk dilatasi dan

kuretase
216.

Setelah

pemeriksaan bimanual dilakukan untuk menentukan ukuran dan orientasi


uterus, dilakukan pemasangan speculum dan serviks diusap dengan larutan
povidon-iodium atau ekivalennya. Bibir serviks anterior dijepit dengan
tenakulum bergigi. Serviks, vagina, dan uterus kaya akan saraf dari pleksus
frankenhauser, yang terletak didalam jaringan ikat lateral dari insersi
ligamentum uterosakrum. Karena itu, penyuntikan paraserviks paling efektif
jika dilakukan tepat disebelah lateral dari insersi ligamentum uterosakrum ke
uterus.
217.

Jika diperlukan,

serviks dapat dilebarkan lebih lanjut dengan dilator hegar, hank, atau pratt

sampai kanula penghisap dengan garis tengah yang sesuai dapat


dimasukkan. Dalam memilih ukuran kanula yang tepat diperlukan
pertimbangan terhadap factor-faktor yang saling bersaing:kanula kecil
memiliki resiko tersesisanya jaringan intrauterus pasca pembedahan
sementara kanula besar memiliki resiko cedera servilks dan rasa tidak
nyaman yang lebih besar. Jari tangan keempat dan kelima dari tangan yang
memasukkan dilator harus bertumpu pada perineum dan bokong sewaktu
dilator didorong melalui ostium internus, cara ini memperkecil dilatasi paksa
dan merupakan pengaman terhadap perforasi uterus. Pemasangan sonde
uterus mengukur kedalaman dan arah rongga uterus sebelum insersi kanula.
Kanula penghisap didorong kearah fundus dan kemudian ditarik kearah
ostium dan diputar secara berkeliling untuk mencakup keseluruhan rongga
uterus. Jika tidak ada lagi jaringan yang terhisap maka dilakukan kuretase
tajam secara hati-hati untuk membersihkan semua potongan jaringan janin
atau plasenta yang tersisa.
218.

Karena uterus

secara karaterikstik mengalami perforasi pada pemasuka setiap instrument


maka manipulasi harus dilakukan hanya dengan jempol dan telunjuk, jika usia
gestasi melebihi 16 minggu maka janin di ekstraksi, biasanya sepotongsepotong, dengan menggunakan forceps sopher dan instrument destruktif
lainnya.
2. Aspirasi haid
219.

Aspirasi rongga

endometrium dapat dilakukan dengan kanula lentur karman 5 atau 6 mm


yang dihubungkan ke tabung suntik (syringe). Jika dilakukan 1-3 minggu
setelah terlambat haid maka tindakan ini disebut sebegai ekstraksi haid,
induksi haid, instan period, abortus traumatic, dan mini abortus. Pada gestasi
tahap awal ini, mungkin terjadi kesalahan diagnosis kehamilan, kuret
mungkin tidak mengenai zigot yang telah berimplantasi, kehamilan ektopik
mungkin tidak terdiagnosis, atau, yang jarang, dapat terjadi perforasi uterus.
220.
Untuk mengidentifikasi
plasenta dalam aspirat, macc issac dan darney (2000) menganjurkan bahwa
isi tabung suntik dibilas dalam saringan untk menghilangkan darah kemudian

diletakkan dalam suatu wadah plastic bening dengan salin serta diperiksa
dengan cahaya dari belakang. Jaringan plasenta secara makroskopik tampak
lunak dan berbulu. Visualisasi dapat ditingkatkan dengan kaca pembesar,
kolkoskop, atau mikroskop.
221.
3. Laparotomi
a. Histerotomi
b. Histerektomi
222.

Dalam beberapa keadaan

lebih diindikasikan histerotomi atau histerektomi abdomen untuk abortus dari


pada kuretase atau induksi medis. Jika terdapat penyakit uterus yang
signifikan maka histerektomi mungkin merupakan terpai yang ideal.
Histerotomi dengan ligasi tuba atau kadang histerektomi mungkin
diindikasikan bagi wanita yang menginginkan terminasi kehamilan dan
sterilisasi. Kadang kegagalan induksi medis dalam trisemester 2
mengharuskan tindakan histerotomi dan histerektomi
223.
224.

Teknik Medis

225.

Oksitosin, jika

1. Oksitosin intravena
diberikan sebagai obat
tunggal dalam dosis
tinggi, akan
menyebabkan abortus
trimester 2 pada 80-90%
kasus. Dengan
mencapurkan oksitosin
dalam suatu larutan
isotonic missalkan salin
normal, dan menghindari
pemberian berlebihan
larutan intravena encer
belum dijumpai

hiponatremia atau
introsikasi air.
2. Cairan hiperosmotik intraamnion
a. Salin 20%
b. Urea 30%
3. Prostaglandin E2, F20, E1, dan analog-analognya
a. Penyuntikan intraamnion
b. Injeksi ekstraovular
c. Insersi vagina
d. Injeksi parenteral
e. Ingesti oral
226.

Prostaglandin E2

227.

Supostitoria 20 mg

prostaglandin E2 yang dimasukkan ke forniks posterior vagina adalah cara


yang sederhana dan efektif untuk menghasilkan abortus trimester 2. Metode
ini tidak lebih efektif untuk oksitosin dosis tinggi dan lebih sering
menyebabkan efek samping, misalnya mual, muntah, demam, dan diare. Jika
prostaglandin E2 digunakan maka pasien perlu diberikan antiemetic,
misalnya metoclopramide; suatu antipireti misalnya acetaminophen, dan
obat anti diare misalnya difenoksilat/atropine untuk mencegah atau
mengobati gejala
228.

Prostaglandin E1

229.

Misoprostol dapat

digunakan dengan mudah dan murah sebagai obat tunggal pengakhiran


kehamilan trimester 2. Hasil akhir abortus medis trimester 2 pada wanita
dengan riwayat pelahiran Caesar pernah dilaporkan pada beberapa peneliti
meskipun sebagian laporan awal memperlihatkan hasil yang kurang
memuaskan namun bukti-bukti terkhir tidak terlalu pesimistik. Resiko rupture
uterus pada para wanita yang diberikan misprostol ini hanya sekitar 0,30,4%.
4. Antiprogesteron RU486 (mifepriston) dan epostan
5. Metotreksat intramuskulus dan oral
230.

5. Komplikasi

231.

Beberapa

komplikasi dari terminasi


kehamilan (aborsi) :
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan yang
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera
setelah tindakan dan dapat pula lama setelah tindakan.
b. Syok akibat reflex vasovagal atau neurogenik. Komplikasi

ini

dapat

menyebatkan kematian mendadak


c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan kedalam uterus
atau apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan
menyangkut di otak dan paru-paru ibu yang menyebabkan kematian.
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan
tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panic
e. Infeksi, sepsis, perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan dalam kavum
f.

uteri dan kontraksi rahim yang berlebihan.


Dapat merobek bekas jahitan operasi Caesar pada pasien yang sebelum nya
pernah operasi Caesar.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.

BAB III
PENUTUP

243.

A. KESIMPULAN
244.

CTG

(Cardiotocography)

adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur detak jantung janin pada saat kontraksi

maupun tidak. Jadi bila doppler hanya menghasilkan detak jantung janin maka pada CTG
kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan detak jantung janin pada saat
kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya
gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.
245.

Terminasi

kehamilan

adalah suatu tindakan yangdilakukan untuk menghentikan kehamilan


dengan kematian dan pengeluaran janinbaik menggunakan alat-alatan
atau obat-obatan pada usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin
kurang

dari

500

gram,

yaitu

sebelum

janin

dapat

hidup

di

luarkandungan secara mandiri. Ada berbagai macam cara melakukan


terminasi kehamilan namun perlakuan tindakan ini harus dengan
indikasi medis yang jelas.
246.
B. SARAN
247.

Dengan adanya makalah ini

diharapkan tenaga medis yang berkompetensi dapat menerapkan pengkajian diagnostik


dalam asuhan kebidanan sehingga lebih cepat menangani komplikasi.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.

257.

DAFTAR

PUSTAKA
258.
1. Manuba, I BagusGdeet all. PengantarKuliahObstetri. Jakarta: EGC. 2007
2. Rabe T. BukuSakuIlmuKebidanan. Jakarta: Hypocrates. 2002
3. Liewer I, Derek J. Dasar-dasarObsteteridanGinekologi (Fundamental of
Obstetrics and Gynaecology). Jakarta: Hypocrates. 2001

4. M.D Taber Ben-Zion. KapitaSelekta, KedaruratanObstetridanGinekologi.


Jakarta: EGC. 1994
5. Dr.
Azhari
Sp.OG.

Masalah

Abortus

dan

Kesehatan

ReproduksiPerempuan. Palembang: Bagian Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran UNSRI.
6. Cunninghsm. Williams .Obstetri. the MCGraw-Hill Companies volume 1.
Edisi 1 .2008
7. Arif Manjoer, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius. 2002
8. Budiyanto Arief dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 2. Fakultas Kedokteran UI . 1997
259.

Anda mungkin juga menyukai