Kelompok 5 A
Tutor : dr. Anggelia Puspasari
Irda Yuliandari
Muhammad Arial Fikri
R.M Andriyan
Astri Rahayu
M. Ferdi Juliantama
Meitri Wijaya Kusuma
Weny Astika Dewi
Maisarah
Gracia Gayetri
Rahmadiani Putri NST
Dian Pertiwi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
G1A112044
G1A112045
G1A112079
G1A113015
G1A113017
G1A113019
G1A113037
G1A113038
G1A113039
G1A113040
G1A109096
Skenario 1
Nn Y, 20 tahun , setelah pulang dari tracking di hutan sarolangun mengalami febris dan datang
berobat ke RSUD Raden Mattaher dengan keluhan demam selama 7 hari sifatnya intermitten
disertai menggigil, berkeringat, sakit kepala dan mual. Hasil pemeriksaan dokter didapatkan:
febris , anemis , lidah kotor dan tremor (-), hepar teraba 1 cm di bawah garis tepi tulang iga
dipertengahan garis klavikula dan limpa dapat teraba di Schuffner 3. Nn Y tidak melakukan
kemoprofilaksis sebelum memasuki kawasan tracking. Setelah dilakukan pemeriksaan apusan
darah tebal dan tipis pada Nn Y kemeduian diberikan terapi yang adekuat serta konseling dari
dokter agar terhindar dari komplikasi yang tidak diinginkan.
Intermitten
Febris
Anemis
Tremor
Schuffner
umbilikus
6. Kemoprofilaksis
7. Plasmodium
Identifikasi Masalah
1. Sebutkan apa saja faktor penyebab demam ?
2. Bagaimana mekanisme demam ?
3. Apa saja tipe demam ?
4. Makna klinis demam yang intermiten serta menggigil , sakit kepala dan mual ?
5. Makna klinis dari hasil pemeriksaan dokter ?
6. Apa saja jenis-jenis anemia ?
7. Apa tujuan kemoprofilaksis ?
8. Kemoprofilaksis apa yang diberikan pada Nn.Y ?
9. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis ?
10. Bagaimana gambaran plasmodium pada apusan darah tepi ?
11. Apa saja penyakit yang ditandai dengan pembesaran hepar ?
12. Konseling apa yang perlu diberikan pada Nn.Y ?
13. Bagaimana alur diagnosis ?
14. Diagnosis banding dari kasus ini ?
15. Apa yang terjadi dengan Nn.Y ?
16. Apa definisi dari penyakit Nn.Y ?
17. Bagaimana etiologi penyakit yang dialami Nn.Y ?
18. Bagaiman epidemiologi penyakit Nn.Y ?
19. Bagaimana patogenesis dari penyakit Nn. Y ?
20. Bagaiman manifestasi klinis dari penyakit Nn. Y ?
21. Bagaimana tatalaksana dari penyakit Nn.Y ?
22. Apa saja komplikasi dari penyakit Nn.Y ?
23. Bagaiman prognosis dari penyakit Nn.Y ?
Analisis Masalah
1. Sebutkan apa saja faktor penyebab demam ? (2,3)
Faktor atau etiologi demam dapat kita bagi menjadi 2 yaitu faktor infeksi dan non
infeksi.
a. Faktor infeksi :
Bakteri : pneumonia, sepsis, bronkitis,appendisitis
Virus : influenza, DBD.
Jamur
Parasit : malaria, helmintiasis, toksoplasmosis
b. Faktor non infeksi :
Lingkungan : peningkatan suhu eksternal
Penyakit autoimun
Keganasan
Pemakaian obat
Gangguan sistem saraf pusat
Dari faktor- faktor tersebut akan terbentuk suatu zat kimia yang disebut zat pirogen
nantinya akan memberikan stimulus pada pusat pengatur suhu tubuh di hipotalamus,
sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan suhu dan terjadilah demam.
Zat pirogen juga terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar
dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan memacu pengeluaran
prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin di bantu oleh enzim siklooksigenase
(COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat
hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan set
point tubuh (di atas suhu normal). Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil.
Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih
banyak. Sehingga terjadilah demam(suhu tubuh meningkat pada seseorang).
c. Demam Remiten : Pada tipe demam remiten , suhu badan dapat turun setiap hari
tetapi tidak mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik.
d. Demam Intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap
dua hari disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua
serangan demam disebut kuartana.
Contoh : malaria , limfoma, endokarditis
e. Demam Quotidion : demam yang disebabkan oleh P. Vivax ditandai dengan
paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
4. Makna klinis demam yang intermiten serta menggigil , sakit kepala dan mual ? (2,4,5)
1. Stadium dingin (Stadium Frigoris)
Stadium ini dimulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan penderita biasanya menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian
dan selimut yang tersedia. Nadi cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau
sianosis, kulit kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering
terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium demam (Stadium Akme)
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderirta merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, mual
serta muntah sering kali terjadi. Nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa
sangat haus dan suhu badan meningkat sampai 40C atau lebih. Stadium ini
berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh karena pecahnya sizon darah
yang telah matan dan masuknya merosoit darah ke dalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, skizon-skizon dari setiap
generasi menjadi matang pada setiap 48 jam sekali, sehingga timbul demam setiap hari
terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari
fenomena ini. Pada Plasmodium malariae, fenomena tersebut setiap 72 jam (setiap hari
keempat), sehingga disebut malaria kuartana. Pada palasmodium falciparum, setiap
24-48 jam.
3. Stadium berkeringat (Stadium Sudoris)
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai-sampai tempat
tidurnya basah. Kemudian suhu badan menurun dengan cepat, kadang-kadang sampai
dibawah normal.
Gejala-gejala tersebut diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada
spesies parasit, beratnya infeksi dan umur dari penderita. Gejala klinis yang berat
biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh adanya kecendrungan
parasit (bentuk trofosoit dan skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ
tubuh seperti otak, hati dan ginjal, sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh
darah organ-organ tubuh tersebut. Gejala mungkin berupa koma (pingsan), kejangkejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh
malaria jenis ini. Kadang- kadang gejalnya mirip kolera atau disentri. Black water
fever yang merupakan komplikasi berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni
menyebabkan air seni berwarna merah tua atau hitam. Gejala lain dari Black Water
Fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dnegan empedu. Black
Water Fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi plasmodium
falciparum yang berulang-ulang dan infeksinya cukup berat. Didaerah yang tinggi
tingkat endemisitisnya (hiper atau holo endemik), pada orang dewasa seringkali tidak
ditemukan gejala klinis walaupun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini
disebabkan oleh imunitas yang telah timbul pada mereka karena infeksi yang
berulang-ulang. Limpa bisanya membesar pada serangan dalam periode yang cukup
lama. Dengan pengobatan yang baik, limpa secara berangsur-angsur akan mengecil
kembali
5. Makna klinis dari hasil pemeriksaan dokter ?
(6,7,8,9)
a. Febris (demam)
Ny.Y terkena demam berarti telah terjadi proses infeksi yang mengeluarkan
berbagai macam antigen (GP1) suatu glikosilfosfatidilinositol, sehingga merangsang
pelepasan antibodi (makrofag, limposit, monosit) yang mengeluarkan sitokin-sitokin
dan dibawa aliran darah ke hipothalamus sebagai pusat pengatur suhu kemudian
menginduksi pengeluaran asan arakidonat lalu terjadi sintesis prostaglandin PGE2
meningkatkan suhu tubuh diatas normal dan terjadilah demam.
b. Anemis
Anemis/anemia dapat terjadi oleh karena infeksi ataupun non infeksi.
Pada kasus telah dinyatakan Ny.Y mengalami infeksi, berarti anemis disini
terjadi karena rusaknya sel darah merah oleh mikroorganisme penyebab infeksi
sehingga jumlah sel darah merah mengalami penurunan dan kadar hemoglobin
juga berkurang. Anemis dapat dilihat pada konjungtiva dan kulit yang pucat.
Penyebab yang mendasari anemia malaria berat pada manusia dapat mencakup
satu atau lebih dari beberapa mekanisme berikut: (1) penghilangan dan / atau
penghancuran sel darah merah yang terinfeksi, (2) penghilangan Sel darah
merah yang tidak terinfeksi, (3) penekanan erythropoietic dan
dyserythropoiesis. Setiap dari mekanisme ini telah terlibat dalam anemia
malaria pada manusia.
1. Hilangnya sel darah merah yang terinfeksi
Selama infeksi terjadi, ada kehilangan yang jelas dari eritrosit yang
terinfeksi untuk pematangan parasit serta pada saat pengenalan makrofag.
Akan tetapi, hilangnya eritrosit terinfeksi pada manusia dengan parasitemia
kurang dari 1% nampaknya tidak memberikan dampak yang signifikan pada
derajat anemia. Oleh karena itu, penghilangan ini, dapat membuktikan lebih
terkaitnya untuk onset anemia pada individu yang menderita infeski akut,
khususnya anak-anak dimana parasitemia biasanya lebih besar dari 10%
(Lamikanra, 2007).
Kriteria
<25%
Hitung neutrophil <500/ L
HItung trombosit <20.000/ L
Hitung retikulosit absolut
<60.000/ L
Sama seperti kriteria anemia aplastik
berat, kecuali hitung netrofil <200/
L
Sumsum tulang hiposeluler, namun
A. Anemia defisiensi Fe
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal
dari:
Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat,
rendah vitamin C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir
identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan
besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada
laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena
infeksi cacing tambang. Sementara itu, pada wanita paling sering karena
menormetrorhagia
Penyebab Anemia Defisiensi Menurut Umur
1. Bayi di bawah umur 1 tahun
- Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir
kembar.
2. Anak berumur 1-2 tahun
- Masukan (intake) besi yang kurang karena tidak mendapat makanan
tambahan (hanya minum susu)
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun
- Malabsorbsi
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi
parasit dan divertikulum Meckeli.
3. Anak berumur 2-5 tahun
- Masukan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung
- Fe-heme
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun.
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi
parasit dan divertikulumMeckeli.
4. Anak berumur 5 tahun masa remaja
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi
parasit dan poliposis.
5. Usia remaja dewasa
- Pada wanita antara lain karena menstruasi berlebihan
B. Anemia hemolitik
Berdasarkan etiologinya, anemia hemolitik ini terbagi menjadi dua klasifikasi:
1. intrakorpuskular: hemolitik akibat faktor-faktor yang ada pada eritrosit itu
sendiri, misalnya karena faktor herediter, gangguan metabolismenya,
gangguan pembentukan hemoglobinnya, dll.
2. ekstrakorpuskular: hemolitik akibat faktor-faktor dari luar yang biasanya
didapat, misalnya karena autoimun, pengaruh obat, infeksi, dsb
Diagnosis dan Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa hasil pemeriksaan lab yang menjurus pada diagnosis anemia hemolitik
adalah sbb:
1. Sedian hapus darah tepi pada umumnya terlihat eritrosit normositik
normokrom, kecuali diantaranya thalasemia yang merupakan anemia
mikrositik hipokrom.
2. penurunan Hb >1g/dl dalam 1 minggu
3. penurunan masa hidup eritrosit <120hari
4. peningkatan katabolisme heme, biasanya dilihat dari peningkatan
bilirubin serum
5. hemoglobinemia, terlihat pada plasma yang berwarna merah terang
6. hemoglobinuria, jika urin berwarna merah, kecoklatan atau kehitaman
7. hemosiderinuria, dengan pemeriksaan pengecatan biru prusia
8. haptoglobin serum turun
9. retikulositosis
7. Apa tujuan kemoprofilaksis ? (3)
a. Bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi
maka gejala klinisnya tidak berat.
b. Ditujukan bagi orang yang berpergian ke daerah endemik malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan.
c. Untuk kelompok atau individu yang akan berpergian atau bertugas dalam
jangka waktu lama sebaiknya menggunakan personal protection, seperti
memakai kelambu, repellen, dan kawat kasa
8. Kemoprofilaksis apa yang diberikan pada Nn.Y ? (6,7,8)
Pada skenario Nn.Y 20 tahun pergi tracking ke suatu daerah yang mungkin endemis
malaria berdasarkan gejala dan tanda yang tampak pada Nn.Y. Ada berbagai macam
kemoprofilaksis yang dipertimbangkan yang dapat diberikan kepada seseorang yang
akan pergi ke suatu daerah endemis malaria, antara lain:
Obat
Alasan digunakan
Atovaquone Baik untuk wisatawan dengan
/ proguanil
keberangkatan.
Beberapa orang lebih memilih
jarang.
Terdapat sediaan untuk pediatri.
Chloroquin Beberapa orang lebih memilih
Menimbulkan psoriasis
minggu.
meminum hydroxychloroquine
perjalanan.
Tidak dianjurkan untuk wisatawan
sebelum keberangkatan
Tidak dapat digunakan untuk wanita
hamil dan anak dibawah 8 tahun.
Beberapa orang (termasuk anak-
hari.
keberangkatan.
Antimalaria yang tidak mahal.
Doxycycline juga dapat mencegah
Trofozoit dan skizon jarang pada darah tepi, bila ditemukan menunjukkan
malaria berat
Sitoplasma parasit halus, berwarna biru
Inti (kromatin) berwarna merah atau violet , beberapa ring mempunyai dua inti
(double dots)
Dalam satu eritrosit diinfeksi oleh dua parasit atau lebih (double infections
atau multiple infections)
Adanya parasit pada membrane eritrosit (marginal, applique atau accole)
Gametosit bentuknya seperti pisang atau bulan sabit
Pada sitoplasma eritrost terdapat Maurers dots (clefs)
2. Plasmodium Vivax
Eritrosit membesar
Pada pewarnaaan giemsa sitoplasma eritrosit berwarna biru, intinya merah ,
mempunyai vakuola yang besar
Tropozoit matur yang sangat aktif sitoplasmanya tampak berbentuk ameboid,
pigmen parasit menjadi makin nyata dan berarna kuning tengguli
Scizon yang matur mengandung 12-18 buah merozoit, terletak di tengah atau
di pinggir
Makrogametosit sitoplasnya berwarna biru dengan inti kecil, padat dan
berwarna merah
Mikrogametosit biasanya bulat, sitoplasma pucat, dengan inti yang besar
3. Plasmodium Malariae
Eritrosit tidak membesar
Dengan pulasan khusus pada eritrosit dapat tampat titik-titik yang disebut titik
ziemann
4. Plasmodium Ovale
Eritrosit agak membesar dan sebagian berbentuk lonjong dengan pinggir
eritrosit bergerigi (fimbrae)
Tropozoit muda berukuran kira-kira dua mikron (1/3 eritrosit)
Stadium tropozoit berbentuk bulat dengan granula pigmen yang lebih kasar
Skizon berbentuk bulat dan bila matur mengandung 8-10 merozoit yang
letaknya teratur di tepi, mengelilingi granula pigmen yang berkelompok
ditengah
Makrogametosit bentuknya bulat, inti kecil, padat dan sitoplasma biru
Mikrogametosit intinya difus, sitoplasma pucat kemerah-merahan bentuknya
bulat
11. Apa saja penyakit yang ditandai dengan pembesaran hepar ? (3)
a. Penyakit pada jaringan hati : sirosis, hepatitis (A, B, C), perlemakan hati
b. Penyakit jantung : gagal jantung, peradangan selaput jantung
c. Kanker : kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain seperti hematoma,
leukimia, limfoma
d. Penyakit malaria, demam dengue
12. Konseling apa yang perlu diberikan pada Nn.Y ? (2,5)
Prinsip Konseling
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara pasien
dengan Apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela.
Konseling yang diberikan pada Nn.Y :
Nn.Y yang apabila hendak pergi ke suatu daerah endemis malaria hendaknya
mengkonsumsi komoprofilaksis terlebih dahulu dan memilih kemoprofilkasis
yang tepat.
Selain pemberian kemoprofilkasis, perlu proteksi diri dari luar seperti memakai
kelambu ketika tidur, memakai lotion antinyamuk, memakai pakaian yang
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk
melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin.
(2)
Nn. Y
Demam
Hepato-
7 hari
Splenomegali
Anemis
Mual
Sakit
Menggigil
Berkeringat
Kepal
Malaria
(Demam Intermitten)
Bintik merah
dan
(Demam Kontinyu)
Pada P. vivax dan P.ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.
Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah
dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan
dan betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara bersamaan. Hal ini terkait
dengan waktu dan jenis pengobatan untuk eradikasi. Siklus P. knowlesi pada
manusia masih dalam penelitian. Reservoar utama Plasmodium ini adalah kera
ekor panjang (Macaca sp). Kera ekor panjang ini banyak ditemukan di hutan-hutan
Asia termasuk Indonesia. Pengetahuan mengenai siklus parasit tersebut lebih
banyak dipahami pada kera dibanding manusia.
2. Siklus pada nyamuk anopheles betina.
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit,
di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi
zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung
nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke
manusia.
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia
sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi
bervariasi tergantung spesies plasmodium.
Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit
atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (Tumor
Nekrosis Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses
skizogoni pada keempat plasmodium memerlukan waktu yang bebeda-beda.
Plasmodium falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/P. ovale 48 jam, dan
P. malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/P.
ovale selang waktu satu hari, dan P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari.
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda
yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan P.
malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel
darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax , P. ovale dan P.
malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. Plasmodium falciparum menginfeksi
semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan
kronis.
Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh
sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan
limpa membesar.
Malaria berat akibat P. falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit yang
terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi, yaitu tersebarnya eritrosit
yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada
permukaaneritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen
P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain lain) yang diproduksi oleh sel makrofag,
monosit, dan limfosit akan menyebabkan terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada
saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses
sitoadherensi. Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam
pembuluh kapiler yang menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya
sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya rosette, yaitu bergerombolnya
sel darah merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya.
Pada proses sitoaderensi ini juga terjadi proses imunologik yaitu terbentuknya
mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, IL-6 dan lain lain), dimana mediator
tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.
Untuk P. vivax dan Plasmodium lainnya diduga ada mekanisme tersendiri yang perlu
penelitian lebih lanjut.
20. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Nn.Y ? (8,11)
a. Masa inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap plasmodium
b. Keluhan prodromal
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum demam. Keluhan antara lain lesu,
malaise, sakit kepala,sakit tulang belakang,nyeri pada tulang atau
otot,anoreksia,perut tak enak,diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
punggung. Keluhan prodromal sering terjadi p.vivax dan ovale sedang pada
p.malariae dan plasmodium keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat
mendadak.
c. Trias Malaria
Periode dingin (15-60) meningkat
Periode ini mulai menggigil, kulit dingin dan kering pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi sering terantuk, pucat sampai sianosis diikuti
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan perkerjaan biasa.
d. Malaria berat (8)
Perhatian: Artesunat + Amodiakuin + Primakuin, untuk Anak umur kurang dari satu
tahun dan ibu hamil serta penderita defisiensi G6PD tidak boleh menerima
primakuin.
Obat program untuk dihidroartemisinin - piperakuin adalah Fixed Dose
combination (FDC) setiap kemasan terdapat 8 tablet, setiap tablet mengandung
dihydroartemisinin 40 mg dan piperakuin 320 mg. Dosis obat Dihydroartemisinin 2-4
mg/kg BB, piperakuin 16-32 mg/kgBB, dan primakuin 0,75 mg/kg BB. Sebaiknya
dosis ditentukan berdasarkan berat badan.
Anak dengan berat badan dibawah 10 kg diberikan sesuai dengan dosis dengan
melarutkan 1 tablet dengan 5 ml air minum atau sirup.
tidak ada doksisiklin dapat digunakan tetrasiklin. Tetrasiklin diberikan 4 kali sehari
selama 7 hari dengan dosis 4-5 mg/kg BB. Primakuin diberikan seperti pada lini
pertama.
Perhatian: Baik doksisiklin maupun Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak
dibawah 8 tahun dan ibu hamil.
2. Malaria vivaks dan malaria ovale.
menggunakan
klorokuin
maupun
ACT.
Daerah
yang
telah
mempunyai/tersedia ACT yang cukup dan telah ada data resistensi klorokuin
terhadap malaria vivaks dapat menggunakan ACT. Dosis obat sama dengan dosis
untuk malaria falsiparum, hanya berbeda pada pemberian primakuin. Primakuin
diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kg BB bersama dengan klorokuin.
Klorokuin diberikan 1 kali sehari selama 3 hari dengan dosis 25 mg basa/kg
BB/hari.
Catatan: Pemakaian Klorokuin tidak dianjurkan untuk daerah yang sudah resisten,
Sebaiknya menggunakan Artesunat + Amodiakuin
Untuk daerah yang telah resisten klorokuin terhadap P vivaks, pada penderita dapat
diberikan obat ACT dengan dosis yang sama dengan dosis obat untuk malaria
falsiparum ( lihat tabel 3 dan 4) dengan pemberian primakuin selama 14 hari dengan
dosis 0,25 mg/kg BB/hari.
Pengobatan dinyatakan efektif bila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat,
pasien dinyatakan sembuh secara klinis sejak hari ke 4 dan tidak ditemukan parasit
stadium aseksual sejak hari ke 7.
Pengobatan dinyatakan tidak efektif bila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian
obat terjadi:
o Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif , atau
o Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali setelah hari ke 14 (kemungkinan resisten)
o Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari 15
sampai hari ke 28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
Obat diberikan dengan loading dose 20 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 500 ml
larutan dektrose 5% atau NaCl 0,9% , diberikan selama 4 jam. Selanjutnya selama 4
jam berikutnya hanya diberikan larutan larutan dektrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah
itu berikan dosis maintenance10 mg/kg BB dalam larutan dektrose 5% atau NaCl
0,9% selama 4 jam. Selanjutnya selama 4 jam berikutnya hanya diberikan larutan
dektrose 5% atau NaCl 0,9%. Berikan dosismaintenance sampai penderita dapat
minum kina per oral dengan dosis 10 mg/kg BB/kali, 3 kali sehari, dengan total dosis
7 hari dihitung sejak pemberian kina per infuse yang pertama.
Dosis anak kina; 10 mg/kg BB ( bila umur , 2 bulan 6-8 mg/kg BB) diencerkan dalam
5-10 ml/kg BB larutan dektrose 5% atau NaCl 0,9%, diberikan selama 4
jam.Pemberian diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
Apabila tidak dimungkinkan pemberian kina per infuse, maka dapat diberikan kina
dihidroklorida 10 mg/kg BB intramuskuler dengan menyuntikkan dosis pada
masing-masing paha depan (kiri dan kanan), jangan diberikan pada bokong. Untuk
pemakaian i.m., kina diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml
dengan 5-8 ml larutan NaCl 0,9% .
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara intravena, karena membahayakan jantung dan
dapat menimbulkan kematian.
Pada penderita gagal ginjal , loading dose tidak diberikan. Dosis maintenance
kina diturunkan separuhnya.
Pada hari pertama pemberian kina per oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75
mg/kg BB.
Penanggulangan wabah/KLB
Kelambu berinsektisida
Larvasida
Pada kriteria WHO 2006 telah dimasukan ke dalam kriteria malaria berat ialah malaria
dengan klinis klinis jaundice / ikterik dan juga malaria dengan hiperlaktemia.
23. Bagaiman prognosis dari penyakit Nn.Y ? (12)
1. P. Vivax
2. P. Malariae : Tanpa pengobatan bisa berlangsung sangat lama dan berulang (bisa
sampai 30-50 tahun).
3. P. Ovale
4. P. Falciparum : Buruk jika ada komplikasi dan baik jika tidak ada komplikasi dan
mendapatkan pengobatan dengan segera.
Hipotesis
Berdasarkan skenario Nn Y mengalami malaria
Mind Map
Nn. Y
Anamnesis :
Pemeriksaan Fisik :
Pulang tracking
dari hutan
sarolangun.
Demam 7 hari
Menggigil &
berkeringat
Sakit kepala
Mual
Febris
Anemis
Lidah kotor &
tremor (-)
Hepatomegali
Splenomegali
Pemeriksaan Penunjang
:
Apusan darah tebal dan
tipis ditemukan
adanya gambaran
plasmodium.
DD :
Malaria
DBD
Demam Tifoid
Malaria
Definisi
Diagnosis
Etiologi
Tatalaksana
Epidemiologi
Komplikasi
Gejala Klinis
Prognosis
Patogenesis
Edukasi
Daftar Pustaka
1. Newman, Dorland W. A. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC ; 2002
2. Alwi I, Sudoyo A.W, dkk. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Interna
Publishing
3. Widoyono.2011. Penyakit Tropis Edisi II. Jakarta : Erlangga
4. Sheerwood L.2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC.
5. Mansjoer, Arif dkk. 2001.Fraktur dalam Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi IV(p.
241). Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
6. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian, dan Alat Kesehatan. Pelayanan Kefarmasian
Untuk Penyakit Malaria. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008.
7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2008.
Pedoman Penatalaksaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008.
8. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2012.
Pedoman Penatalaksaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2012.
9. Natadisastra, Djaenudin. Agoes, Ridad. Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dari Organ
Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC, 2005.
10. Ashley E.A, White N.J. Malaria Diagnosis and Treatment. 2008.Available from :
www.thelancetglobalhealthnetwork.com.
11. Harijanto P N, Nugroho A, Gunawan C A.2009. Malaria Dari Molekuler ke Klini.
Jakarta: EGC.
12. Sutanto I, Sjarifuddin P.K, dkk. 2010. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI