Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

CARDIOTOCOGRAPHY

OLEH :

Nama :Fadhil Akbar Siregar

NIM : 200418005

Dosen Pengampu : hotromasari dabukke M.Si

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS

FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA-MEDAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah Peralatan Diagnostik Dasar ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah peralatan diagnostik dasar ini.
   
   

Medan, 5 April 2022

Fadhil Akbar Siregar


                                                                                    
 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang


disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam  rahim antara lain dengan
melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya
pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan
hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya
menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.

Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar,


persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan
keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.

Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat


untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk
mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera
mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan;
mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui
berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya
dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan
persalinan yang aman kelak."

Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin


dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun
mengalami kematian saat baru lahir.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian cardiotokografi

2. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi cardiotokografi

3. Mengetahui persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan cardiotokografi

4. Mengetahui cara menginterpretasi hasil pemeriksaan cardiotokografi

5. Mengetahui manfaat pemeriksaan cardiotokografi dalam kehamilan dan


persalinan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kardiotokografi menyajikan kesejahteraan janin

Kardio  denyut jantung

Toko  kontraksi uterus

Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat


dibagian atas catatan dan kontraksi dibawahnya. Cardiotokografi adalah suatu
metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau
dalam persalinan.

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan
apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan
minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai
kesejahteraanya (fetal-wellbeing).
Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat :

1. Denyut jantung janin

2. Kontraksi Rahim

3. Gerakan janin.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya
dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat
dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang
baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung
janin.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi


dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction
Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu
pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

2.2 Indikasi

Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko


tinggi, dan indikasinya terdiri dari :

1. IBU

 Pre-eklampsia-eklampsia
 Ketuban pecah
 Diabetes mellitus
 Kehamilan > 40 minggu
 Vitium cordis
 Asthma bronkhiale
 Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
 Infeksi TORCH
 Bekas SC
 Induksi atau akselerasi persalinan
 Persalinan preterm.
 Hipotensi.
 Perdarahan antepartum.
 Ibu perokok.
 Ibu berusia lanjut.

Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

2. JANIN

 Pertumbuhan janin terhambat (PJT)


 Gerakan janin berkurang
 Suspek lilitan tali pusat
 Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
 Hidrops fetalis
 Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
 Mekoneum dalam cairan ketuban
 Riwayat lahir mati
 Kehamilan ganda
 Dan lain-lain

2.3  Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi

Usia kehamilan > 28 minggu.

Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).

Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.

Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer


(pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

2.4 Kontra Indikasi Cardiotokografi

Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan


Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin.
2.5  Persiapan Pasien

Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara


pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik
ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

 Kosongkan kandung kencing.


 Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
 Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau
gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
 Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punctum maksimum DJJ.
 Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera
setelah kontraksi berakhir..
 Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum.
 Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak,
pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang
dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi.
 Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
 Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil
yang ingin dicapai).
 Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
 Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
 Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan
kembali alat pada tempatnya.
 Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
 Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab
atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara
lengkap kepada dokter.

2.6 Cara Melakukan

Persiapan tes tanpa kontraksi :

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh
diberikan sedativa, prosedur pelaksanaan :

 Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri.


 Tekanan darah diukur setiap 10 menit.
 Dipasang kardio dan tokodinamometer.
 Frekuensi jantung janin dicatat
 Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
 Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
 Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit
tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan
pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan
pagi hari setelah 2 jam sarapan)
 Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST
secara individual.

2.7 Cara Membaca

Pembacaan hasil :

Reaktif, bila :

 Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit


 Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
 Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau
lebih dalam 20 menit
 Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang
reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian
 Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap
hari, tipe yang lain diulang setiap minggu

Tidak reaktif, bila :

 Denyut jantung basal 120-160 kali per menit


 Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
 Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
 Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan
dari luar
 Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu
kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena
pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.
 Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan
dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik
dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT).
Sinusoidal, bila :

 Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal


 Tidak ada gerakan janin
 Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan
isoimunisasi-RH.
 Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi
dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST
(Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam
bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif)
apabila ditemukan :

 Bradikardi
 Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm,
yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin
sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.

Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik
sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga
pemeriksaan ulang dianjurkan  1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko
seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion  hasil CTG yang
reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1
minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu).
Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan
yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG).
Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan
intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu
tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).Saat
persalinan. Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin,
hal ini mendorong untuk melakukan seksio sesarea.Gawat janin relatif cukup
banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan, sehingga memerlukan pengawasan
dengan kardiotokografi

Hal– hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila terdapat :

 Ø  Deselarasi lambat berulang


 Ø  Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)
 Ø  pewarnaan mekonium
 Ø  Gerakan janin yang abnormal (<5/20        menit )
 Ø  Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 jam)
BAB III

PERMASALAHAN (Trouble Shooting)

Setiap alat kesehatan khususnya alat diagnostik dasar pasti sering mengalami
atau sering terjadi kendala. Utamanya yang sering terjadi yaitu :

 Masalah conector
 Masalah pada Prube atau yang biasa disebut dengan Tranduser
 Push buttom pada alat (DJJ)
 Pada CTG versi lama, biasa terjadi kendala pada saat tinta print habis tidak
ada pemberitahuan pada display
 Hasil print tidak sesuai dengan tampilan display
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi,


pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud
melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.Pemeriksaan
ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.

Cardiotocography adalah suatu metode elektronik untuk memantau


kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan
apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan
minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
Cardiotocography merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai
kesejahteraannya.
DAFTAR PUSTAKA

AbarwatiA, E R , Sunarsih,T, (2011), KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi, Nuha


Medika,    Yogyakarta,

Jee, Lofever, J, ( 1997 ), Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik,


Edisi 6, EGC, Jakarta. 

http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/cardiotokografi.html

Anda mungkin juga menyukai