Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “KARDIOTOKOGRAFI’’.
Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
persyaratan tugas Semester V Mata Kuliah P. Diagnosti II pada jurusan teknik
elektromedik Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
dengan senang hati demi sempurnanya makalah ini.

Surabaya, September 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................ 3
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DAN FUNGSI KTG................................................... 5
TUJUAN PENGGUNAAN KTG......................................................... 6
INDIKASI PEMERIKSAAN KTG..................................................... 6
KOMPONEN PADA KTG................................................................... 7
PRINSIP KERJA PADA KTG............................................................ 8
CARA PENGGUNAAN KTG.............................................................. 10
HASIL PEMERIKSAAN KTG............................................................ 12

BAB III
PENUTUP.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan
oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan
pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan
untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim,
seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil
pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar,
persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan
tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat
untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk
mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya;
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan
mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang
berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko
tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan
mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami
kematian saat baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan masalah yaitu “Manfaat
Kardiotokografi (KTG)".

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
 Menjelaskan pengertian, fungsi, dan tujuan penggunaan Kardiotokografi

3
 Menjelaskan indikasi pemeriksaan Kardiotokografi
 Menjelaskan tentang komponen Kardiotokografi
 Menjelaskan cara penggunaan pada Kardiotokografi

1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
 Dapat memberikan penjelasan tentang manfaat Kardiotokografi dalam bidang
kesehatan.
 Bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar
tentang aplikasi cara kerja dan manfaat Kardiotokografi dalam bidang kesehatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI KARDIOTOKOGRAFI


Kardiotokografi menyajikan kesejahteraan janin
Kardio ® denyut jantung
Toko ® kontraksi uterus
Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat dibagian
atas catatan dan kontraksi dibawahnya. Cardiotokografi adalah suatu metoda elektronik
untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah
bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-
28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi. Cardiotokografi merupakan
pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraanya (fetal-wellbeing).
Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat :
1. Denyut jantung janin
2. Kontraksi Rahim
3. Gerakan janin.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya
dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat
peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik,
pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi
dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress
Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih
lanjut mungkin diperlukan.

Fungsi Kardiotokografi
a. NST
_ Secara teori pergerakan janin seharusnya diikuti dengan akselerasi djj

5
_ Secara tidak langsung mengkaji fungsi dari respirasi plasenta dengan mengamati DJJ
serta pergerakan janin.
b. Contraction Stress Test (CST)/ Oxytocin Challenge
Test (OCT) _mengukur respon janin terhadap kontraksi uterus & mengevaluasi perfusi
plasenta

B. TUJUAN PENGGUNAAN KARDIOTOKOGRAFI


Beberapa tujuan pemakaian dan jenis USG yang digunakan antara lain:
Tujuan utama penggunaan CTG adalah untuk mendeteksi hipoksia ( kurangnya oksigen
pada jaringan. Non-Stress Test adalah mengukur detak jantung janin serta respon
gerakannya. Bayi yang sehat akan merespon dengan peningkatan detak jantung dan
gerakan. Konsep dari Non-Stress Test adalah tersedianya cukup oksigen yang
dibutuhkan janin untuk melakukan aktifitas dan kondisi detak jantung janin berada pada
rentang yang normal. Apabila tingkat oksigen rendah, janin tidak akan bisa merespon
dengan normal. Tingkat oksigen yang rendah sering kali disebabkan oleh masalah pada
plasenta atau tali pusar.
Selain untuk pemeriksaan NST, CTG digunakan untuk mengetahui kontraksi uterus.

C. INDIKASI PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI


2.2 Indikasi
Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan
indikasinya terdiri dari :
1. IBU
a) Pre-eklampsia-eklampsia
b) Ketuban pecah
c) Diabetes mellitus
d) Kehamilan > 40 minggu
e) Vitium cordis
f) Asthma bronkhiale
g) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h) Infeksi TORCH
i) Bekas SC

6
j) Induksi atau akselerasi persalinan
k) Persalinan preterm.
l) Hipotensi.
m) Perdarahan antepartum.
n) Ibu perokok.
o) Ibu berusia lanjut.
p) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
2. JANIN
a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b) Gerakan janin berkurang
c) Suspek lilitan tali pusat
d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e) Hidrops fetalis
f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g) Mekoneum dalam cairan ketuban
h) Riwayat lahir mati
i) Kehamilan ganda
j) Dan lain-lain

D. KOMPONEN PADA KARDIOTOKOGRAFI

7
Peralatan KTG terdiri dari mesin KTG, peralatan tokometer, peralatankardiometer,
kertas KTG, jeli, kertas tissue, formulir laporan, dan troley tempatperalatan KTG.
Peralatan KTG perlu dikalibrasi, minimal setahun sekali karenaakurasi interpretasi hasil
KTG sangat dipengaruhi oleh kualitas tampilan rekamanKTG tersebut. Koneksitas data
antara pasien, alat KTG dan kertas KTG harusterjaga dengan baik. Kerusakan pada
salah satu komponen akan membuatsebagian atau bahkan seluruh data KTG hilang. Uji
ulang apakah bel yang adaberfungsi dengan baik. Bel tersebut dipergunakan oleh pasien
untuk menghitungberapa gerakan yang dirasakan selama proses pemeriksaan KTG
tersebut. Bilamemungkinkan, institusi pelayanan kesehatan menyediakan bel
vibroakustikuntuk merangsang aktivitas janin.

E. PRINSIP KERJA KARDIOTOKOGRAFI


Pengaturan denyut jantung janin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Sistem saraf simpatis:
Sebagian besar berada dalam miokardium. Rangsangan saraf simpatis, misalnya dengan
obat beta adrenergik akan meningkatkan frekuensi denyut jantung janin, menambah
kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume curah jantung. Dalam keadaan
stres, sistem saraf simpatis ini berfungsi mempertahankan aktivitas jantung. Hambatan
pada saraf simpatis, misalnya dengan beta blocker, akan menurunkan frekuensi dan
sedikit mengurangi variabilitas denyut jantung janin.
sistem saraf parasimpatis:
Terutama terdiri atas serabut n.Vagus berasal dari batang otak. Sistem saraf ini akan
mengatur nodus SA, VA dan neuron yang terletak di antara atrium dan ventrikel
jantung. Rangsangan n.Vagus misalnya dengan asetilkolin, akan menurunkan frekuensi
djj, sedangkan hambatan n. Vagus misalnya dengan atropin akan meningkatkan denyut
jantung janin.
2. Kemoreseptor
Terdiri atas 2 bagian yaitu bagian perifer yang terletak di daerah karotid dan korpus
aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak. Reseptor ini berfungsi
mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah serta otak.
3. Susunan saraf pusat

8
Variabilitas djj akan meningkat sesuai aktivitas otak dan gerakan janin. Pada keadaan
janin tidur, aktivitas otak menurun maka variabilitas djj juga akan menurun.
Rangsangan pada hipotalamus akan menyebabkan takhikardia.
Sistem Hormonal juga berperan dalam pengaturan denyut jantung janin.
Pada keadaan stres, misalnya asfiksia, maka medula adrenal akan mengeluarkan
epinefrin dan noepinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan kekuatan kontraksi
jantung dan tekanan darah.

Bagaimana mendeteksi denyut jantung janin dan kontraksi uterus?


Terdapat 2 cara untuk memonitor denyut jantung janin lebih dan kontraksi
uterus. Cara pertama secara eksternal dan cara lain secara internal. Cara internal adalah
dengan menggunakan elektrode yang diletakkan di kepala janin. Sedangkan cara
eksternal adalah menggunakan elektrode yang diletakkan di seputar abdomen ibu hamil.
Kontraksi uterus dipantau dengan menggunakan tokodinamometer yang sensitif
terhadap perubahan tekanan yang diletakkan pada perut ibu pada cara eksterna. Pada
cara interna adalah dengan mengukur langsung tekanan intrauterin, caranya dengan
meletakkan semacam kateter intraamnion. Cara internal lebih rumit dan meningkatkan
risiko terjadinya infeksi intrauterin. Sedangkan cara ekstrauterin lebih mudah, nyaman
dan aman digunakan oleh ibu hamil.
Tokodinamometer dapat mengukur dan merekam frekwensi, regularitas, dan
durasi kontraksi uterus. Tekanan intrauterin dan tanda klinis dapat dihubungkan dengan
gambaran gejala yang timbul berdasarkan tingginya tekanan.
0 – 10 mmHg : Tonus basal
> 20 mmHg : Kontraksi uterus, teraba pada abdomen
> 25 mmHg : Sakit, dikenal pada saat parturien
> 50 mmHg : Kontraksi efektif untuk mengeluarkan janin.
Yang harus diwaspada dari todinamometer ini adalah gambaran hiperstimulasi
yaitu terdapat kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit. Kontraksi uterus
lamanya lebih dari 90 detik. Kondisi-kondisi tersebut harus diwaspadai karena akan
menyebabkan hipoksia pada uteroplasenter yang pada akhirnya menyebabkan hipoksia
pada janin.

9
Base Line denyut jantung janin
Base line adalah rata-rata denyut jantung janin selama pemantauan minimal 10
menit.
Tingkat base line dapat diklasifikasikan:
> 180 bpm takhikardia berat
160 - 180 bpm takhikardia sedang, tidak selalu patologis
110 - 160 bpm normal
100 - 110 bpm bradikardia ringan
< 100 bpm bradikardia berat

F. CARA PENGGUNAAN KARDIOTOKOGRAFI

3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi


1. Usia kehamilan > 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer
(pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

Pelaksanaan NST dilakukan dengan memakaikan dua sabuk pada perut ibu yang
terhubung dengan dua monitor. Anda bisa duduk di kursi atau berbaring pada meja
periksa. Satu sabuk untuk mengukur detak jantung janin dan sabuk lainnya untuk
mengukur kontraksi. Anda akan memegang alat yang mengeluarkan bunyi “klik”
dan tiap kali Anda merasakan gerakan bayi, Anda mengkliknya.

Gerakan bayi dan detak jantungnya diukur selama 20 hingga 30 menit. Bayi
yang banyak bergerak dan memiliki detak jantung normal dianggap reaktif. Bayi
yang tidak melakukan gerakan apapun tidak berarti mengindikasikan adanya
masalah tertentu, mungkin saja janin saat itu sedang tertidur. Namun, perawat bisa
menggunakan sebuah alat untuk membangunkan bayi agar bisa menjalani tes ini.
Bayi yang tidak reaktif memang tidak berarti berada dalam bahaya, tapi Bunda

10
memerlukan tes lain untuk mendeteksi tekanan pada janin dan persalinan dini juga
bisa menjadi pertimbangan Anda.

Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa perlu melakukan pemeriksaan ulang identitas pasien,
indikasipemeriksaan, kesiapan peralatan, dan formulir laporan KTG.
Pemeriksamenjelaskan prosedur pemeriksaan, mengukur tekanan darah pasien
sebelumpemeriksaan dan 15 menit kemudian, menilai kontraksi atau his secara
berkala,menanyakan kepada pasien apakah ada hal yang membuatnya tidak
nyaman,menanyakan gerak janin kepada pasien serta mencocokannya dengan
gerakanyang dicatat oleh peralatan KTG. Pasien menghitung gerakan janin
demnganmemakai bel yang disediakan (setiap janin bergerak, maka bel harus ditekan).

Cara Penggunaan KTG:


a. Pasien berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini
berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya
hipotensi.
b. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan
frekuensi pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur
setiap 10-15 menit (hasilnya dicatat pada kertas KTG).
c. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara: • Menanyakan kepada pasien. •
Melakukan palpasi abdomen. • Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram
(kertas KTG).
d. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan
perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin lainnya,
atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau
dengan menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut).
e. Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 – 160 dpm).
f. Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah
terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).
g. Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5-25 dpm).
h. Lama pemeriksaan sedikitnya 20 men

11
G. HASIL PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI

Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus adalah jumlah kontraksi dalam 10 menit, rata-rata dipantaudalam 30
menit. Pada saat yang sama juga dilakukan penilaian terhadap lamakontraksi, intensitas
(amplitudo), bentuk, dan relaksasi diantara dua kontraksi.Beberapa batasan berikut ini
berkaitan dengan kontraksi uterus (Freeman dkk,2012), yaitu :1. Kontraksi Uterus
Normal : terdapat lima kontraksi atau kurang dalam 10menit, rata-rata dipantau selama
30 menit pemeriksaan.2. Takhisistol : terdapat lebih dari 5 kontraksi dalam 10 menit,
rata-ratadipantau selama 30 menit pemeriksaan.
Frekuensi Dasar
Freeman dkk (2012) memberi batasan frekuensi dasar normal DJJ adalah 110 –160 dpm
teratur. Definisi frekuensi dasar DJJ menurut NICHD adalah nilai rata-rata DJJ yang
dipantau selama 10 menit, dengan peningkatan 5 dpm. Bilaperubahan tersebut < 5
menit, keadaan ini disebut perubahan periodik atauberkala (
periodic changes).

12
Pembacaan hasil :
1. Reaktif, bila :
a) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
b) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
c) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20
menit
d) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti
janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
e) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang
lain diulang setiap minggu
2. Tidak reaktif, bila :
a) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
b) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
c) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang
reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat
seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan
dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan
pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT).
3. Sinusoidal, bila :
a) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
b) Tidak ada gerakan janin
c) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin
dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi
dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress
Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih
lanjut mungkin diperlukan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan


yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan
akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar,
persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan
tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sebenarnya
bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan
janin.
B. Saran
Sebagai mahasiswa kesehatan, kita tidak tidak boleh puas dan hanya
mengembangkan ilmu pengetahuan di dalam bidang kesehatan saja, melainkan turut
serta mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi informasi seiring
dengan perkembangan jaman, agar dalam menjalankan praktek pelayanan kesehatan,
kita dapat menggunakan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan kesehatan dengan
ilmu teknologi informasi ke dalam alat-alat medis yang canggih.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://bidanshop.blogspot.co.id/2010/01/nst-dalam-kehamilan.html

http://bidanfitrohmuhafidhoh.blogspot.co.id/2014/10/makalah-cardiotocographi-
dalam.html

http://www.ibupedia.com/artikel/featured/mengenal-nonstress-test-nst-untuk-ibu-hamil

https://www.academia.edu/9925842/KARDIOTOKOGRAFI_KTG_

15

Anda mungkin juga menyukai