Anda di halaman 1dari 18

Clinical Science Session

PERAWATAN LUKA OPERASI DAN PERAWATAN


NIFAS PADA PASIEN SC

Oleh

Zul’afiyati Huwaida 2140312161

Vilza Maharani Syahnel 2140312156

Preseptor :

Dr. dr. Bobby Indra Utama, Sp.OG (K)-Urogin

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session yang berjudul “Perawatan Luka
Operasi dan Perawatan Nifas pada Pasien SC”. Makalah ini disusun untuk menambah
pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca, serta menjadi salah satu ilmiah dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan dr. Bobby Indra Utama, Sp.OG(K)-Urogin selaku
preseptor yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 22 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................4
1.2 Batasan Masalah............................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
1.4 Metode Penulisan..........................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................6
2.1 Operasi Sectio Caesaria.................................................................................................................6
2.1.1 Definisi Sectio Caesaria............................................................................................................6
2.1.2 Indikasi Sectio Caesarea...........................................................................................................6
2.1.3 Jenis Sectio Caesarea.................................................................................................................7
2.1.4 Kontraindikasi Sectio Caesarea.................................................................................................8
2.1.5 Resiko Persalinan Caesar...........................................................................................................8
2.1.6 Hal Yang Perlu Diperhatikan Setelah Sectio Caesarea............................................................10
2.2 Luka Operasi Sectio Caesaria.....................................................................................................11
2.2.1 Definisi Luka...........................................................................................................................11
2.2.2 Klasifikasi Luka.......................................................................................................................11
2.2.3 Proses Penyembuhan Luka......................................................................................................12
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka....................................................................14
2.2.5 Kriteria Penyembuhan Luka Operasi.......................................................................................15
2.2.6 Komplikasi Dari Luka.............................................................................................................16
2.2.7 Perawatan Luka Post Operasi Seksio Sesarea..........................................................................17
2.3 Masa Nifas...................................................................................................................................19
2.3.1 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Masa Nifas.........................................................................19
2.3.2 Perawatan Masa Nifas.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................31
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas atau perperium dimulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir sampai
dengan enam minggu (42 hari) setelahnya. Pelayanan pascapersalinan harus
dilaksanakan pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, berupa upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin
terjadi, serta penyelenggaraan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.1

Periode pascapersalinan merupakan masa transisi yang kritis bagi ibu, bayi
dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju
maupun berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi lebih banyak tertuju pada
masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan risiko kesakitan dan kematian
ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan
yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada
masa pascapersalinan.1

1.2 Batasan Masalah


Batasan penulisan ini membahas mengenai cara perawatan luka pasca
operasi Caesar dan faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka,
perubahan fisiologis masa nifas dan perawatan masa nifas.

1.3 Tujuan Penulisan


Menambah pengetahuan mengenai cara perawatan luka pasca operasi
Caesar, faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka, dan mengenai masa
nifas.
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas

1.3.1 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.1
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:2
a) Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini petugas kesehatan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
c) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini petugas kesehatan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut
involusi. Lokasi dari fundus uteri membantu untuk menentukan bahwa involusi uterus
berlangsung secara normal. Fundus dapat dipalpasi pada pertengahan antara simfisis os
pubis dan umbilikus. Dalam 12 jam, ukuran fundus meningkat setinggi umbilikus atau di
atas maupun di bawah umbilikus.3
Pada hari kedua, fundus turun kira-kira 1 cm, atau 1 jari per harinya. Biasanya
fundus turun ke kavitas pelvis dalam 14 hari dan tidak dapat dipalpasi pada abdomen.
Proses normal ini akan lebih lambat ketika uterus mengalami distended selama kehamilan
dengan lebih dari satu janin, janin yang besar, atau polihidramnion. Ketika proses involusi
tidak berjalan seperti semestinya, subinvolusi dapat terjadi. Subinvolusi dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.3
Gambar 1.1 Involusi uterus pada masa nifas

Berat uterus sesaat setelah melahirkan, termasuk janin, plasenta, membran, dan
cairan amnion adalah sejumlah 1000 gram. Dalam 1 minggu, berat uterus menurun
hingga 500 gram, dan dalam 6 minggu, berat uterus menjadi 50 gram, yaitu berat uterus
pada keadaan tidak hamil. Uterus pada seorang wanita multipara biasanya lebih berat
dan tidak ada akan pernah kembali ke proporsi nulipara. Dalam 6 minggu setelah
persalinan, uterus mulai menyusut hingga 50-100 gram. 3

Tabel 1.2 Involusi Uteri


Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi baru lahir Setinggi tali pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
Satu minggu Pertengahan pusat- 500 gr
sympisis
Dua minggu Bertambah kecil 350 gr
Enam minggu Sebesar normal 50 gr
Delapan minggu r

b) Tempat Implantasi Plasenta

Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan
iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan antara
plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas. Diameter rata-rata dari plasenta
18 cm, dengan cepat uterus menurun diameternya menjadi 9 cm dari tempat melekatnya
plasenta. Plasental site, yang berukuran diameter 8-10 cm (3-4 inci), mengalami
penyembuhan melalui proses exfoliation (pelepasan jaringan yang mati). Sesudah 2
minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Biasanya jaringan mengalami nekrosis
dan lepas dalam waktu ± 6 minggu setelah melahirkan.3

Gambar 1.2 Involusi placental


c) Afterpains

Kontraksi uterus yang intermitten, dikenal dengan afterpains, yang merupakan


sumber ketidaknyamanan bagi banyak wanita setelah melahirkan. Keadaan ini lebih akut
terjadi pada multipara karena regangan berulang dari muscle fibers hingga kehilangan
tonus otot yang dapat mengakibatkan kontraksi dan relaksasi berulang pada uterus.3
d) Lokia
Discharge vagina yang dikenal dengan lokia pada masa puerperium berasal dari
plasental site. Lokia rubra/kruenta (merah kecoklatan) merupakan cairan bercampur
darah segar, dengan partikel-partikel kecil dari sisa-sisa penebalan dinding rahim
(desidua) dan sisa-sisa trofoblas/penanaman plasenta (selaput ketuban) serta mukus.
Biasanya berbau amis dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4 pascapersalinan. Lokia
sanguinolenta bewarna merah kekuningan berisi darah dan lendir, terjadi pada hari ke 3-7
pasca persalinan.3
Jumlah darah berkurang pada hari keempat, ketika leukosit keluar menandakan
terjadinya proses penyembuhan. Warnanya berubah dari merah menjadi pink atau sedikit
cokelat. Lokia ini dikenal dengan lokia serosa. Lokia serosa terdiri dari eksudat serosa,
eritrosit, leukosit, dan mucus serviks. Cairan ini seromukopurulen dan berbau khas. 10-
15% wanita akan mengeluarkan lokia serosa selama 6 minggu pascapersalinan.3
Setelah minggu 5-6, sekresi lokia menghilang yang menunjukkan bahwa proses
penyembuhan endometrium sudah hampir sempurna. Lokia yang sangat berbau tidak
sedap apalagi bila disertai dengan gejala sistemik berupa tanda tanda infeksi menandakan
adanya endometritis.
e) Serviks
Serviks bengangsur-angsur melunak selama masa puerperium. Seminggu setelah
persalinan, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat. Serviks tidak
pernah kembali ke keadaan awal meskipun telah mengalami penyembuhan karena akan
meninggalkan dilatasi dari 10 cm menjadi 2-3 cm.
Gambar 1.3 Serviks nulipara dan multipara

f) Vulva dan Vagina


Segera setelah melahirkan dinding vagina tampak edema, memar serta rugae atau
lipatan-lipatan halus tidak ada lagi. Vagina dan vulva tampak meregang selama
persalinan. Pada minggu ketiga, vagina akan mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan
atau kerutan-kerutan) kembali.
g) Perineum
Pada daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan pada saat melahirkan.
Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak/ edema/ memar dan
mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Bila dilakukan episiotomi,
proses penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain.
h) Payudara
Payudara disiapkan untuk proses laktasi selama kehamilan. Payudara dapat
membengkak karena sistem vaskularisasi dan limfatik disekitar payudara dan
mengakibatkan perasaan tegang dan sakit. ASI tidak dihasilkan hingga 3-4 hari pertama
setelah melahirkan. Colostrum disekresikan dalam beberapa hari pertama setelah
melahirkan.4

2. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskular akan kembali pada keadaan sebelum kehamilan dalam
kurun waktu 2 minggu pascapersalinan.4
Tabel 1.2 Perubahan pada sistem Kardiovaskuler selama masa nifas
Cardiovascular Early Puerperium Late Puerperium
Heart Rate Fall – 14% by 48 h Normal by 2 weeks
Stroke Volume Rise over 48 h Normal by 2 weeks
Cardiac Output Remains elevated and then falls Normal by 24 weeks
over 48 h
Blood Pressure Rises over 4 days Normal by 6 weeks
Plasma Volume Initial increase and then fall Progressive decline
in first week

3. Perubahan pada Sistem Urinarius

Ginjal kembali ke keadaan normal dalam waktu 2-3 bulan setelah persalinan.
Dilatasi dari renal pelvis, calyx dan ureter berakhir pada minggu keenam dan kedelapan
untuk sebagian besar wanita meskipun itu dapat berlanjut sampai 16 minggu untuk
beberapa wanita.3
4. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Sistem pencernaan menjadi sangat aktif segera setelah melahirkan. Motilitas dari
gastrointestinal yang menurun terjadi karena nyeri pada perineum dan mobilisasi cairan,
sehingga mengakibatkan terjadinya konstipasi.3

5. Perubahan pada Sistem Muskoloskeletal

a. Otot dan Sendi

Selama beberapa hari pertama, kadar hormon relaksasi berangsur-angsur berkurang,


ligamen dan kartilago dari pelvis kembali pada posisi sebelum kehamilan. Perubahan
ini dapat menyebabkan banyak wanita mengalami kelemahan dan nyeri otot, terutama
pada bahu, leher, dan lengan. Jaringan penopang dasar panggul yang teregang saat ibu
melahirkan akan kembali ke tonus semula setelah enam bulan.3
b. Dinding Abdomen
Selama hamil, dinding abdomen meregang untuk menyediakan tempat
pertumbuhan janin, tonus otot juga menurun. Hal ini akan kembali ke keadaan sebelum
hamil dalam beberapa minggu, kecuali stria mungkin membutuhkan waktu lebih lama.
Pemulihan dapat dilakukan dengan latihan. 3

6. Perubahan pada Sistem Endokrin


Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV persalinan
dan mengikuti lahirnya plasenta. Setelah pengeluaran plasenta, kadar hormon plasenta
dan hormon-hormon lainnya mengalami perubahan.3
Estrogen merupakan hormon wanita utama dan merupakan hormon utama selama
masa kehamilan. Selama hamil, sumber utama estrogen adalah plasenta dan juga janin.
Setelah kelahiran bayi, sumber estrogen menurun sangat drastis. Dalam waktu tiga jam
postpartum, kadar estrogen menurun hingga 10% dari nilai prenatal.5
Progesteron merupakan hormon kehamilan kedua. Progesteron juga menurun
secara drastis setelah kelahiran bayi dan tidak dapat dideteksi dalam 72 jam setelah
persalinan. Progesteron menjadi stabil kembali pada siklus menstruasi pertama.5
Kadar estrogen dan progesteron serum mengalami penurunan dengan segera sejak
tiga hari postpartum dan mencapai nilai pra-kehamilan pada hari ketujuh. Nilai tersebut
akan menetap bila pasien memberikan ASI pada bayinya, bila tidak memberikan ASI
estradiol akan mulai meningkat dan menyebabkan pertumbuhan folikel.5
Oksitosin akan meningkat selama fase ekspulsi dari masa persalinan. Selama
pascapersalinan, oksitosin melanjutkan fungsi sebelumnya yaitu mempertahankan
kontraksi uterus dengan berkontraksi selama sesi menyusui dan sampai 20 menit setelah
menyusui. Dengan kata lain, hormon ini akan terus diproduksi bila ibu menyusui
bayinya.5

7.Perubahan pada Sistem Intergumen


Terdapat banyak perubahan pada kulit yang muncul selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena peningkatan kadar hormon. Ketika kadar hormon menurun setelah
persalinan, kulit berangsung-angsur kembali pada keadaan sebelum hamil.
8.Perubahan pada Sistem Neurologi
Pada periode early puerperium setelah persalinan, wanita mungkin mengalami
perubahan neurologi seperti kurang rasa pada kaki dan rasa pusing akibat anestesi dan
analgetik. Selama waktu ini, pencegahan jatuh merupakan prioritas. 3
9.Perubahan tanda vital
Tanda-tanda vital ibu harus dipantau selama masa nifas ini. Adapun waktu- waktu
pemantauannya adalah sebagai berikut.3

- Setiap 15 menit dalam 1 jam pertama

- Setiap 30 menit dalam 1 jam kedua

- Setiap 4 jam dalam 24 jam pertama

- Setiap 8 jam selanjutnya

Pada ibu postpartum, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital, yaitu


perubahan suhu, nadi, tekanan darah, dan pernapasan.3
- Suhu
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat hingga 38°C. Hal ini diduga
terjadi akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal.
- Nadi
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan bradikardi
50-70 kali permenit dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan
ini berhubungan dengan penurunan kerja jantung, penurunan volume darah yang
mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus, peningkatan stroke volume.
- Tekanan Darah
Setelah melahirkan, terjadi penurunan tekanan intraabdominal yang menyebabkan
terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang mensuplai organ viseral. Hal ini yang
menyebabkan penurunan TDS 20 mmHg ketika ibu bergerak dari posisi berbaring ke
posisi duduk. Akibatnya, ibu merasa pusing dan mungkin pingsan ketika ia berdiri. Hal
ini disebut hipotensi ortostatik.
- Pernafasan
Pernapasan normal yaitu antara 12-20 kali per menit seharusnya bisa dipertahankan
setelah persalinan.
1.3.2 Perawatan Masa Nifas
Seorang ibu yang baru bersalin membutuhkan perawatan selama masa nifas. Asuhan
pada ibu nifas yang diberikan oleh seorang bidan dilakukan selama kurun waktu 6 minggu.
Hal ini dilandasi oleh kebijakan program nasional pada masa nifas, yaitu paling sedikit 4
kali melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan :12
- Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
- Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan gangguan kesehatan ibu dan bayinya
- Mendekati adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
- Menangani komplikasi/masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas serta
bayinya

Beberapa komponen esensial dalam asuhan kebidana pada ibu selama masa nifas
adalah sebagai berikut :12

1. Anjurkan ibu untuk melakukan control/kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali, yaitu :
- 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
- 6 hari setelah persalinan
- 2 minggu setelah persalinan
- 6 minggu setelah persalinan

Tabel 1.3 Asuhan selama kunjungan masa nifas


Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam PP a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
b. Pemantauan keadaan umum ibu
c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu
(Bonding Attachment)
d. ASI eksklusif
II 6 hari PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
III 2 minggu PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
IV 6 minggu PP a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang ia alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini,
imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda
bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi

2. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi, kontaksi
uterus, tinggi fundus, dan temperature secara rutin.
3. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna , penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah dan
nyeri punggung.
4. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang didapatkannya
dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya.
5. Tatalaksana dan rujuk ibu bila ditemukan masalah
6. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan
7. Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila menemukan salah satu tanda
berikut :
- Perdarahan berlebihan
- Sekret vagina berbau
- Demam
- Nyeri perut berat
- Kelelahan atau sesak nafas
- Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau pandangan kabur
- Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan pada putting

Hal-hal yang perlu diperhatihan selama nifas :12


a. Kebersihan diri
1) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang air kecil
atau besar dengan sabun dan air
2) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau sewaktu-waktu terasa
basah atau kotor dan tidak nyaman
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelamin
4) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomy atau laserasi
b. Istirahat
1) Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat bayi tidur, karena
terdapat kemungkinan ibu harus sering terbangun pada malam hari karena
menyusui
2) Melakukan rutinitas rumah tangga kembali secara bertahap
c. Latihan
Menjelaskan dan mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul
- Menarik otot perut bagian bawah sambil menarik napas dalam posisi tidur
terlentang dengan lengan disamping, tahan napas sampai hitungan 5, angkat dagu
ke dada, ulangi sebanyak 10 kali
- Berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan. Tahan dan kencangkan otot pantat,
pinggul sampai hitungan 5, ulangi sebanyak 5 kali.
d. Gizi
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
- Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
- Minum minimal 3 liter/hari
- Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di daerah
dengan prevalensi anemia tinggi
- Suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah
persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian
e. Menyusui dan merawat payudara
Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat payudara, pentingnya
ASI ekslusif dan mengenai tanda-tanda kecukupan ASI dan manajemen laktasi.
f. Senggama
Senggaman aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak merasa nyeri
ketika memasukkan jari ke dalam vagina. Keputusan tentang senggama
bergantung pada masing-masing pasangan yang bersangkutan.
g. Kontrasepsi dan KB
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga berencana
setelah bersalin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pernoll Mrtin L. 2008. Benson And Pernoll’s Handbook Of Obstetrics And Gynecology
Tenth Edtion..New York : Medical Publising Division
2. Cendika, D, dan Indrawati. 2010. Panduan Pintar Dan Hamil Melahirkan. Jakarta,
Wahyu Media
3. Surininah. 2009. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
4. Wiknjosastro, Hanifa.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardji
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse, Spong CY. Obstetri
Williams. 23rd ed. United State of America : The McGraw Hill Companies,; 2014
6. Wibowo B, Parathon H, Antibiotika profilaksis untuk pembedahan. Materi pelatihan
antibiotika profilaksis, Bagian SMF Kebidanan dan penyakit kandungan FK
UNDIP/RS. Dr. Kariadi Semarang, Desember 2003.
7. Lorenz HP, Longaker MT. Wounds: Biology, pathology, and management. In: Surgery
basic science and clinical evidence. Editor: Norton JA, Spinger-Verlag, New York, vol
1 2011:221-37
8. Adrriaansz G., Saiffudin AB, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Pengantar Dalam : Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi Pertama. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta 2000
9. Riandari, Susilaningsih, Agustina Wiwik. Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi
Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesaria.Profesional
Health Journal.2020
10. Morison, Moya. (2004). Manajemen Luka. Jakarta : EGC
11. Hamdayani Delvi, Yazia Velga. Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Proses
Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesaria. Jurnal ilmiah
Permas:Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. 2021
12. Wahyuningsih HR. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.KEMENKES RI. 2018

Anda mungkin juga menyukai