Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Disusun Oleh :
Femi Rizqina Putri (1102016072)

Pembimbing :
dr. Ronny, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 22 NOVEMBER 2021 – 1 JANUARI 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul
“Asuhan Persalinan Normal” ini dapat diselesaikan. Penulisan dan penyusunan laporan ini
bertujuan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD
Kabupaten Bekasi. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan
bagi pembaca, terutama mengenai Ilmu Obstetri dan Ginekologi, semoga dapat memberikan
manfaat.
Penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan dokter pembimbing, staf pengajar,
serta orang-orang sekitar yang terkait. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Ronny, Sp.OG, selaku konsulen SMF Obstetri dan Ginekologi di RSUD Kabupaten
Bekasi dan pembimbing laporan kasus yang telah memberikan bimbingan juga
arahannya hingga laporan ini dapat terselesaikan
2. dr. Nandi Nurhandi, Sp.OG, selaku Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi di RSUD
Kabupaten Bekasi.
3. dr. Yedi Fourdiana, Sp.OG dan dr. Djoni Nurung, Sp.OG (K), selaku konsulen SMF
Obstetri dan Ginekologi di RSUD Kabupaten Bekasi.
4. Seluruh bidan, perawat dan stag di bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Kabupaten
Bekasi.
5. Teman-teman sejawat dokter muda di RSUD Kabupaten Bekasi.
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan serta tidak luput dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi maupun
bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekhilafan, serta dengan
tangan terbuka mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik sekarang maupun di hari yang akan datang.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.
Bekasi, 6 Desember 2021

Femi Rizqina Putri

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 4
2.1 DEFINISI PERSALINAN NORMAL ...................................................................... 4
2.2 TUJUAN PERSALINAN NORMAL ....................................................................... 4
2.3 SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN ....................................................... 4
2.4 FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL ................................................................... 6
2.5 FASE PERSALINAN NORMAL ............................................................................. 9
2.6 TANDA-TANDA PERSALINAN .......................................................................... 11
2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN ........................ 12
2.8 MEKANISME PERSALINAN NORMAL ............................................................. 13
2.9 ASPEK-ASPEK DASAR DALAM PERSALINAN NORMAL ............................ 14
2.10 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL........................................... 18
2.11 KOMPLIKASI PERSALINAN NORMAL ............................................................ 25
BAB III: LAPORAN KASUS ................................................................................................. 37
3.1 IDENTITAS PASIEN ............................................................................................. 37
3.2 ANAMNESIS ......................................................................................................... 37
3.3 PEMERIKSAAN FISIK ......................................................................................... 39
3.4 STATUS GENERALIS .......................................................................................... 39
3.5 STATUS OBSTETRI ............................................................................................. 40
3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................................................ 41
3.7 RESUME ................................................................................................................ 41
3.8 DIAGNOSIS KERJA .............................................................................................. 42
3.9 RENCANA PENATALAKSANAAN .................................................................... 42
3.10 PROGNOSIS .......................................................................................................... 42
3.11 LAPORAN PERSALINAN .................................................................................... 42
3.12 FOLLOW-UP.......................................................................................................... 43
BAB IV: ANALISA KASUS .................................................................................................. 44
BAB V: KESIMPULAN ......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 47

2
BAB I
PENDAHULUAN

Asuhan persalinan normal adalah tindakan mengeluarkan janin yang sudah cukup usia
kehamilan, dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat. Persalinan dikatakan normal jika
janin cukup bulan (37–42 minggu), terjadi spontan, presentasi belakang kepala janin, dan tidak
terdapat komplikasi pada ibu maupun janin. Asuhan persalinan normal bertujuan agar
persalinan dapat berjalan bersih dan aman, sehingga angka kematian maupun kecacatan ibu
dan bayi berkurang. Asuhan persalinan normal diindikasikan bagi semua wanita hamil karena
merupakan proses fisiologis.1
Setelah tanda persalinan muncul, proses persalinan dapat berlangsung sesuai dengan
kala persalinan. Asuhan persalinan normal memiliki 4 kala yang berlangsung tidak lebih dari
18 jam, yaitu kala I hingga kala IV. Kala I adalah mulai terjadinya kontraksi uterus sampai
dilatasi serviks lengkap 10 cm. Kala II merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap hingga
bayi lahir. Kala III adalah fase mengeluarkan plasenta setelah janin lahir. Sedangkan kala IV
merupakan fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam postpartum.2
Kontraindikasi dari persalinan normal dibagi dari kontraindikasi ibu dan kontraindikasi
janin. Keadaan yang menjadi kontraindikasi ibu adalah cephalopelvic disproportion, plasenta
abnormal, prolaps tali pusat, vaginal birth after cesarean section, penyakit infeksi menular
seksual, HIV, dan miopia tinggi. Keadaan janin yang dapat menjadi kontraindikasi persalinan
normal adalah malpresentasi, makrosomia, dan kadang pada janin kembar.3
Komplikasi asuhan persalinan normal pada ibu dapat berbeda pada setiap kala I-IV, di
antaranya partus lama, distosia, retensio plasenta, atau perdarahan postpartum. Sedangkan
komplikasi pada bayi baru lahir dapat terjadi asfiksia atau sepsis neonatorum.3

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI PERSALINAN NORMAL


Asuhan persalinan normal adalah tindakan mengeluarkan janin yang sudah cukup usia
kehamilan, dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat. Persalinan dikatakan normal jika
janin cukup bulan (37–42 minggu), terjadi spontan, presentasi belakang kepala janin, dan
tidak terdapat komplikasi pada ibu maupun janin.1

2.2 TUJUAN PERSALINAN NORMAL


Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.2

2.3 SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN


Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu:
a. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis.
b. Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik,
dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Pada kehamilan, kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang sehingga
kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut
menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipose parst posterior dapat menimbulkan
kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks.4

4
Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya
proses persalinan:4
• Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan
uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot
uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
• Teori penurunan progresteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales
mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
• Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipose parst posterior. Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
• Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
• Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan
oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya
kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat
menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut
disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan.
Glandula suprerenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

5
• Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukanan oleh Hippokrates untuk pertama
kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka konsepsi akan segera dikeluarkan.
• Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di belakang
serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.

2.4 FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL


Perubahan fisiologis pada persalinan:5
a. Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan distolikrata-rata 5-10
mmHg. Tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan
naik lagi bila terjadi kontraksi.
b. Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan
oleh kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme
yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi,
pernafasan, kardiak output dan kehilangan cairan.
c. Perubahan suhu badan
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1oC. Suhu badan
yang naik sedikit merupakan keadaan yang wajar, namun bila keadaan ini
berlangsung lama, kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi.
Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban sudah pecah
atau belum, karena hal ini bisa merupakan tanda infeksi.
d. Denyut jantung
Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal,
meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi
adanya infeksi.

6
e. Pernafasan
Kenaikan pernafasan ini desebabkan karena adanya rasa nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan tekhnik pernafasan yang tidak benar.
f. Perubahan renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardiak
output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomelurus serta
aliran plasma ke renal. Kandung kemih harus selalu dikontrol (setiap 2 jam)
yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan
trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi uri selama melahirkan.
g. Perubahan gastrointestinal
Lambung yang penuh akan menimbulkan ketidaknyamanan, oleh sebab
itu ibu tidak dianjurkan untuk makan atau minum terlalu berlebihan, tetapi
makan dan minum yang cukup untuk mempertahankan energi dan
menghindari dehidrasi.
h. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali ke tingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila
tidak terjadi kehilangan terlalu banyak darah selama persalinan.
i. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus
dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon
oksitosin.
j. Pembentukan segmen atas rehim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat
otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot
serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri.
Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara
ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian
ini terdapat otot yang melingkar dan memanjang.

7
k. Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam keadaan
persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan abnomal,
karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan tampak sebagai
garis atau batas yang menonjol diatas simpisis yang merupakan tanda dan
ancaman ruptur uterus.
l. Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium Uteri Internum
(OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan
menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis
servikalis membesar dan atas dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE)
sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.
m. Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri eksterna
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena otot yang
melingkar di ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak
saja karena penarikan SAR akan tetapi juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala
dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka
lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan terjadi. Sedangkan
pada multigravida ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-
sama pada saat persalinan terjadi.
n. Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terjadi dan sedikit lendir yang
becampur darah, lendir ini berasal dari eksturksi lendir yang menyumbat
canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua
vera yang lepas.
o. Tonjolan kantong ketuban
Tonjonlan kantong ketuban ini desebabkan oleh adanya regangan SAR yang
menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus, dengan
adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang menonjol
ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi menjadi dua yaitu
fare water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi selaput amnion
agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama

8
dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul generasi floud presur. Bila
selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta
akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan
menyebabkan uterus kekurangan oksigen.
p. Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,
ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan
kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran bayi.

2.5 FASE PERSALINAN NORMAL


Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala
I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena
kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III
atau disebut juga kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV
mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi
apakah terjadi perdarahan post partum.2,3,4
a. Kala I
Persalinan Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Klinis dinyatakan mulai terjadi
partus jika timbul his dan ibu mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).
Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase
laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari
pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif masih dibagi
menjadi 3 fase lagi, yaitu: fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3
menjadi 4 cm; fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm; dan fase deselerasi,
dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm.
Berbagai Teknik telah dikembangkan untuk menilai perlunakan serviks untuk
memprediksi lamanya persalinan. Metode yang paling sering digunakan untuk
mengevaluasi perlunakan serviks adalah skor Bishop.

9
Skor Bishop juga digunakan untuk memprediksi apakah induksi persalinan
dibutuhkan atau tidak.

Interpretasinya bahwa skor 5 atau kurang menunjukkan bahwa persalinan tidak


akan berlangsung tanpa induksi. Skor 9 atau lebih menunjukkan bahwa persalinan
kemungkinan besar akan berlangsung spontan.
Mekanismenya membukanya serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada multigravida, ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
b. Kala II (Pengeluaran)
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2
jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih
kuat dan cepat kurang lebih 2-3 menit sekali.
c. Kala III (Pelepasan Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya.
d. Kala IV (Observasi)
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus
dilakukan pada Kala IV adalah:
1) Tingkat kesadaran ibu
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan

10
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 500 cc

Lama Proses Persalinan


Perhitungan lamanya proses persalinan bagi ibu primipara dan multipara adalah sebagai
berikut:

2.6 TANDA-TANDA PERSALINAN


Agar dapat mendiagnosis persalinan, harus dipastikan perubahan serviks dan kontraksi yang
cukup.4
a. Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika serviks secara
progresif menipis dan membuka.
b. Kontraksi yang cukup/adekuat, kontraksi yang dianggap adekuat jika:
• Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap kontraksi
berlangsung sedikitnya 40 detik.
• Uterus mengeras selama kotraksi, sehingga tidak bisa menekan uterus dengan
menggunakan jari tangan.
Indikator persalinan sesungguhnya ditandai dengan kemajuan penipisan dan pembukaan
serviks. Tanda-tanda persalinan sudah dekat:5
a. Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala janin sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi Braxton
Hicks. Sedangkan pada multigravida kepala janin baru masuk pintu atas panggul saat
menjelang persalinan.
b. Terjadinya his permulaan. Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dan memberikan rangsangan oksitosin. Semakin tua
kehamilan, maka pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang, sehingga
oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.

11
2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan :3,6
a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar) Power pertama pada persalinan adalah
kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot rahim yang terjadi diluar kesadaran. Power
terdiri dari 2 faktor, yaitu :
1) His (kontraksi otot rahim pada persalinan).
2) Tenaga mengejan. Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB namun
lebih kuat). Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek pasien
menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragma
kebawah. Hal ini berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu ada
kontraksi.
b. Passage (jalan lahir) Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak
(serviks dan vagina).
c. Passanger (janin). Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu
panjang janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang. Presentasi yaitu bagian
terendah janin yang berada di pap; kepala,bokong.bahu,muka.

12
d. Psikologi. Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akanmengalami
kondisi yang tidak baik,disebabkan saat stress dapat menyebabkandisekresinya
epineprin yang dapat menghambat aktifitas miometrialsehingga mengakibatkan tidak
terkoordinasinya aktivitas uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut sang calon ibu harus
diberikan support dandukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa support
emosional danfisik mempunyai hubungan signifikan dalam mempercepat persalinan

2.8 MEKANISME PERSALINAN NORMAL


Mekanisme Persalinan Menurut Prawirohardjo (2008), pada minggu-minggu terakhir
kehamilan, segmen bawah lahir meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada
primipara. Supaya janin dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama
proses penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran disebut
mekanisme persalinan, yang terdiri dari:1,4
1. Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan
telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Pada wanita multipara hal ini
terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang,
sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul.
2. Penurunan (decent)
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi
akibat tiga kekuatan, yaitu :
a. Tekanan dari cairan amnion
b. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c. Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan Pada
kehamilan pertama, penurunan berlangsung lambat, tetapi kecepatan sama.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada
janin. Dengan fleksi, suboksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm)
dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini
belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah.

13
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian
kepala muncul keluar akibat ekstensi, pertama-tama oksiput, kemudian wajah dan
akhirnya dagu.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia
memasuki pintu atas, gerakan ini dikenal sebagai restitusi. Putaran 450 membuat
kepala janin kembali sejajardengan punggung dan bahunya. Putaran paksi luar
terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan
bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh
tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir tahap kedua
persalinan.

2.9 ASPEK-ASPEK DASAR DALAM PERSALINAN NORMAL


Terdapat 5 aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang
bersih dan aman. Aspek–aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun
patologis. Aspek tersebut adalah sebagai berikut.2
1. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan
untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu
proses sistematik dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat
diagnosis kerja, membuat recana tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakan
rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah
diberikan kepada ibu dan/bayi baru lahir. Empat langkah proses pengambilan
keputusan klinik :
1. Pengumpulan Data
ü Data Subjektif
ü Data Objektif
2. Diagnosis

14
3. Penatalaksanaan asuhan dan perawatan
ü Membuat rencana
ü Melaksanakan rencana
4. Evaluasi

2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi


Asuhan sayang ibu adalah tindakan perawatan yang didasarkan pada prinsip saling
menghargai. Penghargaan yang dimaksud meliputi budaya, kepercayaan dan keinginan
ibu hamil. Tindakan ini dapat diambil dengan lebih baik bila dapat melibatkan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.8, 14

Gambar 1. Posisi-posisi persiapan melahirkan

Pemberdayaan suami dan keluarga dalam memperhatikan dan memberikan


dukungan bagi ibu hamil merupakan prinsip yang lain asuhan sayang. Hal ini
dimaksudkan agar mereka merasa nyaman dengan keadaan yang mereka alami.
Sehingga dengan demikian diharapkan proses persalinan yang walaupun cukup berat
dapat dilalui dengan baik dan lancar.8, 14

Gambar 2. Posisi-posisi akan melahirkan

15
3. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari kompenen–komponen lainnya dalam
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam
setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan, dan tenaga kesehatan lainya dengan jalan menghindarkan transmisi
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Juga upaya-upaya untuk
menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan
penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara penggobatanya,
seperti hepatitis dan HIV/AIDS.
Tindakan –tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan
• Meminimalkan infeksi yang disebabkanoleh mikroorganisme.
• Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan
HIV/AIDS
• Penolong persalinan dapatterpapar hepatitis dan HIV ditempat kerjnya melalui :
ü Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut, atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit ( misalnya luka lecet yang kecil).
ü Luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam
lainya,baik pada saat prosedur dilakukan maupun pada saat memproses peralatan.

Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan pelindung pribadi


(kacamata, masker, celemek, dll) dapat melindungi penolong terhadap kemungkinan
terkena percikan.

4. Pencatatan (Dokumentasi)
Pencatatan merupakan sarana penting bagi penolong; pertama, untuk memudahkan
perumusan diagnosis, kedua, perencanaan asuhan dan perawatan bagi ibu dan bayi baru
lahir. Karenanya pencatatan harus selalu dilakukan selama asuhan diberikan selama
proses asuhan baik kepada ibu maupun bayi baru lahir. Salah satu pencatatan yang
penting dalam proses persalinan adalah dengan partograf.

16
Gambar 3. Partograf halaman depan dan belakang

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan antara lain: tanggal dan
waktu asuhan diberikan, identifikasi penolong persalinan, paraf atau tanda tangan
penolong pada semua catatan, dan asuhan-asuhan yang diberikan. Pencatatan ini akan
lebih efektif bila didukung sistem penyimpanan dokumen yang baik. Selain itu perlu
diingat bahwa penyimpanan dimaksudkan juga untuk menjaga kerahasiaan rekam
medis.

5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan
bayi baru lahir.

17
Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu
untuk melayani kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir, seperti :
• Pembedahan
• Transfuse darah
• Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau forceps
• Antibiotika
• Resusitasi bayi baru lahir dan asuhhan lanjutan bagi bayi baru lahir.

2.10 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Melihat Gejala Dan Tanda Kala Dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vagina
• Perineum menonjol
• Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat obatan esensial untuk menolong persalinan
dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi siapkan:
• Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
• 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
• Alat penghisap lendir
• Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu :
• Menggelar kain di perut bawah ibu
• Menyiapkan oxitosin 10 unit
• Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Mengenakan celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk priksa dalam

18
6. Masukkan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang
menggunakan sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik)

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik


7. Membersihkan vulva dan pirenium, menyekanya dengan hati-hati dari anterior (depan)
ke posterior (belakang) menggunakan kasa atau kapas yang dibasahi air DTT
• Jika introitus vagina, pirenium atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
• Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
• Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarungtangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5% (langkah #9. Pakai sarung tangan DTT/ steril
untuk melaksanakan langkah lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
• Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, lepas sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam
dalam klorin 0,5% selama 10 menit) cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus berakhir untuk memastikan
DJJ masih dalam batas normal (120-160 x/menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan DJJ, semua temuan pemeriksaan dan
asuhan yang diberikan dama partograf

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran


11. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik, kemudian
bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
• Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
dan dokumentasikan semua temuan yang ada
• Jelaskan pada anggota keluaga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar

19
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau
kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain
yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyamana
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ingin meneran atau timbul kontraksi
yang kuat
• Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
• Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
cara tidak sesuai
• Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
• Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
• Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
• Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
• Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
• Segara rujuk jika bayi belum atau tidak akan lahir segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan pimpin meneran ≥120 menit (dua jam) pada primi gravida atau ≥ 60
menit (I jam) pada multigravida
• Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran adalam selang waktu 60 menit

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


14. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
16. Buka tutup partus set dan priksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
17. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

Menolong Kelahiran Bayi


Lahirnya Kepala
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang
lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal

20
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih (Langkah ini tidak harus dilakukan)
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Perhatikan:
• Jika tali pusat melilit secara longgar, lepaskal lilitan lewat bagian atas kepala bayi
• Jika tali pusat melilit secra kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong tali pusat
di antara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan

Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang

Lahirnya Badan dan Tungkai


23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menolong kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( masukkan telunjuk di antara kedua kaki
dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk)

Penanganan Bayi Baru Lahir


25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami
asfiksia, lakukan resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit
ibu–bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m. (lihat keterangan di bawah).
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).

21
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong
tali pusat pusat diantara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di
gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali


34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan dia atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis,
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30–40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu kontraksi
berikut mulai.
• Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.

22
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva.
• Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
ü Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
ü Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
ü Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
ü Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
ü Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
• Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selaput yang tertinggal.

Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
Ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
• Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambl
tindakan yang sesuai.

23
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pascapersalinan


42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati
yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
• 2 - 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. • Setiap 15 menit pada 1 jam
pertama pascapersalinan.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
• Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

24
Kebersihan dan Keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan
cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0.5
% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 bagian dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).2

2.11 KOMPLIKASI PERSALINAN NORMAL


1. Temuan Keadaan Normal dan Abnormal dari Partograf Kala II
a. Perineum
Pada kala II bila perineum sangat tegang dan kulit perineum terlihat putih, terlihat
jaringan parut pada perineum/vagina, kaku dan pendek, adanya rupture membakat
pada perineum, maka perlu dilakukan tindakan episiotomi.
b. Pendamping saat persalinan
Suami, kelurga, teman, dukun memberikan dukungan secara intensif.
c. Gawat janin
DJJ <100 atau >160 x/menit, lemah, tidak teratur maka persalinan kala II segera
diakhiri dengan episiotomi dan tindakan (vakum ekstraksi, forcep/SC).
d. His
Bila his lemah, atau dalam 10 menit tidak terjadi 3 kali maka dipertimbangkan untuk
melakukan tindakan seperti koreksi cairan dan elektrolit, pemberian stimulasi
uterotonika.

25
e. Kesulitan kelahiran bahu/distosia bahu.
Bila presentasi kepala, bahu anterior terjepit diatas simpisis pubis sehingga bahu tidak
dapat masuk ke bidang sempit panggul. Bahu posterior tertahan diatas promotorium
bagian atas maka dilakukan penanganan distosia bahu.5,6

2. Distosia Bahu atau Bahu Macet


Distosia bahu adalah kesulitan melahirkan bahu. Waktu untuk menolong bahu kurang
lebih 5-10 menit.
Prediposisi distosia bahu
a. Ibu mengalami DM
b. Riwayat janin gemuk persalinan lalu
c. Riwayat kesehatan keluarga ibu kandung DM
d. Ibu obesitas
e. Riwayat janin tumbuh dan bertambah besar setelah kelahiran
f. Hasil USG bayi makrosomnia
g. Kesulitan pada persalinan terdahulu
h. CPD
i. Fase aktif memanjang
j. Penurunan kepala lambat
k. Mekanisme persalinan tidak terjadi putar paksi dalam
Komplikasi distosia bahu pada janin :
a. Kesakitan dan kematian intrapartum (anoksia dan kerusakan otak)
b. Kerusakan syaraf (Erb’s), fraktur klavikula
Komplikasi distosia bahu pada ibu :
a. Laserasi perineum dan vagina luas
b. Gangguan psikologi
c. Depresi (janin cacat/ meninggal)
Penatalaksanaan distosia bahu (APN Tahun 2007)
a. Menggunakan sarung tangan steril
b. Lakukan anestesi dan episiotomi
c. Mengatur posisi ibu Manuver Mc Robert
1) Ibu berbaring terlentang, menarik lutut sejauh mungkin kearah dada ibu dan
diupayakan lurus dengan meminta bantuan keluarga atau suami.

26
2) Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas simpisis pubis untuk
menggerakkan bahu anterior diatas simpisis pubis. Tidak diperbolehkan
mendorong fundus uteri, beresiko terjadi rupture uteri
3) Ganti posisi ibu merangkak dan kepala berada diatas
a) Tekan keatas untuk melahirkan bahu depan
b) Tekan kepala janin mantap kebawah untuk melahirkan bahu belakang.

Penatalaksanaan distosia bahu menurut Varney (2007)


a. Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam
menangani situasi darurat secara efektif.
b. Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum dokter
datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk
tindakan resusitasi.
c. Siapkan peralatan tindakan resusitasi.
d. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
e. Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
f. Atur posisi Mc Robert.
g. Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik dari
pelvis atau antero posterior bila melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan pada
dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin sebelah kiri.
Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan
pleksus syaraf brankialis.
h. Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk menekan
kepala kearah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke bawah karena
dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brankialis. Cara menekan daerah supra
pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk diletakkan diatas simpisis.
Selanjutnya ditekan kearah luar bawah perut.
i. Bila persalinan belum menunjukan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena
dapat mengganggu turunnya bahu, melakukan episiotomi, melakukan pemeriksaan
dalam untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu.
j. Mencoba kembali melahirkan bahu.
k. Bila belum lahir lakukan prasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol
(crockscrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan
pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian

27
diputar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah
dengan jarum jam 1800, Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian
melahirkan bahu dengan menekan kepala kearah luar belakang disertai dengan
penekanan supra pubik.
l. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11.
m. Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan clavicula anterior
kemudia melahirkan bahu anterior, bahu posterior, badan janin.
n. Melakukan maneuver Zavanelli yaitu semua tindakan untuk memasukkan kepala
kembali kedalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina,
selanjutnya kepala janin ditahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.5

3. Presentasi Bokong
Bagian terendah janin adalah bokong, janin dalam posisi memanjang, kepala berada di
fundus. Macam-macam presentasi bokong :
a. Bokong murni (Franch Breech)
b. Bokong sempurna (Komplete Breech)
c. Bokong tidak sempurna (Inkomplete Breech)
Etiologi
a. Abnormalitas uterus
b. IUFD yang lama terjadi
c. Gemeli
d. Aktif bergerak (multipara, premature, hidramnion)
e. Kepala tidak dapat masuk ke PAP
f. Tidak diketahui penyebabnya
Diagnosis
a. Pemeriksaan palpasi leopold
b. Pemeriksaan auskultasi
c. Pemeriksaan rontgen
d. Pemeriksaan dalam
Mekanisme persalinan
a. Mekanisme persalinan pada presentasi bokong memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan persalinan pada presentasi kepala karena struktur lebih lunak
disbanding tulang kepala sehingga penekanan pada bagian bawah uterus menjadi
tidak adekuat untuk menimbulkan rangsangan kontraksi.

28
b. Bokong masuk kedalam PAP (engagement) dengan posisi melintang atau miring
pada garis pangkal paha (distansia intertrokhanterika).
c. Persalinan bertambah maju dengan adanya pangkal paha/trochanter depan turun
terlebih dahulu sampai dasar panggul. Pada saat paha/trochanter depan sampai
dasar panggul, kemudian mengalami interna rotasi/putar paksi dalam sebesar 45o
sehingga paha depan berputar ke dalam sampai di bawah arkus pubis sebagai
hipomokhlion atau pusat perputaran lainnya bokong bayi di bawah simfisis.
Kejadian ini mengakibatkan distansia intertrokanter terletak satu garis dengan
diameter antero posterior panggul. Jika paha posterior yang turun terlebih dahulu
maka interna rotasi sebesar 135o , atau sebesar 225o bila berputar kearah
berlawanan.
d. Selanjutnya bokong semakin turun dan menekan perineum sampai di depan vulva,
dan dengan gerakan latero-fleksi tubuh janin (punggung), maka pangkal paha
belakang didorong melewati margo antero perineum dan melakukan retraksi
melewati bagian gluteus janin sehingga janin menjadi lurus ketika pangkal paha
dapat dilahirkan. Kemudian diikuti kelahiran tungkai dan kaki secara spontan
meskipun bantuan penolong diperlukan.
e. Setelah itu bokong mengadakan eksternal rotasi (putar paksi luar) sehingga bagian
punggung berputar kearah depan dan bahu berhubungan dengan salah satu
diameter oblik rongga panggul. Bahu selanjutnya turun dan mengalami internal
rotasi sehingga distansia biakromialis berhimpit dengan diameter anteroposterior
PBP. Kemudian setelah kedua belah bahu lahir bagian kepala memasuki rongga
panggul yang pada umumnya dalam keadaan fleksi yang tajam pada torak dengan
salah satu diameter oblik.
f. Setelah itu kepala melakukan rotasi intenal sehingga bagian posterior leher berada
dibawah simpisis. Kemudian kepala dilahirkan dengan keadaan fleksi, maka
berlarut-larut lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi, UUB , dan UUK melewati
perineum.
g. Pada umumnya bokong mengalami engagement dalam diameter tranversal rongga
panggul dan sacrum mengarah kedepan atau kebelakang. Perbedaan mekanisme
persalinan yaitu dalam hal pada saat rotasi internal terjadi 90o. Rotasi pada
punggung janin terkadang tidak mengarah ke perut ibu, tetapi mengarah ke
vetebrata maka hal ini perlu dihindarkan. Walaupun kepala janin tetap bisa lahir
dengan membiarkan dagu dan muka melewati tepi bawah simpisis, tetapi dapat

29
menimbulkan ekstensi kepala dengan tarikan yang ringan sekalipun. Jadi tetap
harus dicegah dan diperbaiki karena ekstensi kepala ini dapat meningkatkan
diameter kepala pada saat melewati panggul.
Prognosis
a. Prognosis bagi janin
Prognosis bagi janin dapat menimbulkan asfiksia karena adanya gangguan
peredaran darah plasenta setelah bokong dan perut lahir dimana tali pusat terjepit
antara kepala dan panggul.
b. Prognosis bagi ibu
Risiko terkena infeksi karena robekan perineum yang lebih besar dan karena
tindakan yang dilakukan, ketuban pecah lebih cepat, dan partus lama.5

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pertolongan persalinan adalah :


a. Pembukaan serviks sudah lengkap
b. Singkirkan adanya ketidaksesuaian kepala dan panggul
c. Kosongkan kandung kemih
d. Lakukan episiotomi, terlebih adanya tafsiran berat badan janin dan kondisi perineum
yang signifikan
e. Kepastian kemampuan meneran ibu
f. Persiapan penanganan resusitasi
g. Posisi ibu litotomi atau di pinggir tempat tidur untuk memperluas bagian lateral
panggul dan searah dengan sumbu panggul
h. Kolaborasi dokter

Persalinan presentasi bokong pervaginam


Ada tiga cara persalinan sungsang lewat vagina :
a. Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang terjadi secara
spontan dengan tenaga ibu dan konraksi uterus tanpa dilakukan tarikan atau
manipulasi sedikitpun selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis persalinan ini
disebut persalinan dengan bracht.
b. Ekstraksi parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai umbilicus, tetapi
selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his dan tenaga
penolong (klasik, muller, moureceau).

30
c. Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di
ekstraksi oleh tenaga penolong persalinan/ dokter kebidanan (ekstrasksi bokong dan
kaki).

Pada persalinan presentase bokong terdapat 3 fase yaitu :


1) Fase Lambat
Dilakukan sebelum bokong lahir dengan tetap melakukan pemantauan dan
dilarang melakukan kristeler.
2) Fase Bertindak Cepat
Setelah bayi lahir sampai pusat, janin harus dilahirkan dalam waktu maksimal 8
menit karena tali pusat terhimpit antara badan dan panggul. Bila tidak terjadi
secara spontan, maka harus dilakukan manual aid dengan persalinan ekstraksi
parsial seperti dengan cara klasik, muller, lovset, mouritceau.
3) Fase Lambat
Pada saat mulut lahir, seluruh kepala kemudian dilahirkan dengan pelan-pelan
untuk menghindari resiko perdarahan intrakranial akibat perbedaan tekanan di
dalam uterus dan di dunia luar dimana tekanan luar lebih rendah. Pertolongan
persalinan pervaginam dilakukan pada ibu multigravida dan lelah disingkirkan
kemungkinan kesempitan pinggul maupun adanya tumor di jalan lahir.
Episiotomi dilakukan pada saat bokong membuka vulva dan perineum sudah
teregang.5

Bracht
Seperti penjelasan di depan pada persalinan presentasi bokong yang terjadi secara
spontan, persalinan spontan terjadi sepenuhnya merupkan hal secara spontan tanpa
dilakukan tarikan atau manipuasi sedikitpun selain memegang janin ketika bokong sudah
lahir. Adapun caranya sebagai berikut:
a. Setiap ada his ibu diminta meneran.
b. Bila bokong sudah lahir, penolong kemudian memegang bokong janin tanpa
melakukan tarikan dengan cara kedua ibu jari penolong diletakkan pada paha janin
sedangkan keempat jari pada kedua tangan mencengkram bagian sakrum janin. Pada
saat perut lahir, penolong mengendorkon tali pusat. Karena tali pusat terjepit antara
kepala janin dan panggul, maka janin harus lahir maksimal 8 menit.

31
c. Setelah angulus scapula inferior lahir, kemudian melakukan hiperlordosis, yaitu
bokong diarahkan ke perut ibu sampai seluruh kepala lahir.
d. Bila terjadi kesulitan untuk kelahiran belum janin ataupun kepala, maka segera
dilakukan manual aid dengan ekstraksi parsial.
e. Untuk pertolongan bayi segera setelah lahir dengan presentasi bokong, perlu
disiapkan persiapan resusitasi sebelum persalinan untuk persiapan penganganan
asfiksia.

Ekstraksi Parsial
Cara klasik (deventer)
Bertujuan untuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu:
a. Setelah bokong lahir, pegang bokong hingga kaki lahir. Jangan lupa untuk
mengendorkan tali pusat. Pegang bokong janin dengan menggunakan ibu jari yang
berdampingan dengan os sacrum.
b. Selanjutnya bayi di tarik kebawah sehingga scapula di bawah simpisis.
c. Bila bahu belakang bayi bayi bahu kiri, maka bayi dipegang dengan tangan kanan
penolong, pada pergelangan kaki, dengan cara jari telunjuk diselipkan pada kedua
kaki janin, kemudian bayi bayi ditarik kearah kanan atas ibu. Bahu dan lengan
belakang kiri bayi dilahirkan dengan tangan kiri penolong. Caranya dua jari tangan
kiri menelusuri punggung bayi sampai dengan fosa cubiti. Lengan kiri bayi dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah tangan bayi mengusap mukannya.
d. Bila bahu belakang bayi bahu kanan, maka bayi di pegang dengan tangan kiri
penolong pada pergelangan kaki, dengan cara jari telunjuk diselipkan pada kedua kaki
janin, kemudian bayi ditarik kearah kiri atas ibu. Bahu dan lengan belakang sebelah
kanan bayi dilahirkan dengan tangan kanan penolong. Caranya dua jari tangan kiri
menelusuri punggung janin sampai dengan fosa cubiti. Bahu kanan bayi yang
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah tangan bayi mengusap mukannya.
e. Langkah selanjutnya memegang kaki janin dengan tangan penolong pada pergelangan
kaki, kemudian bayi ditarik ke bawah samping berlawanan arah dengan tarikan
pertama, dengan gerakan yang sama seperti melahirkan bahu belakang, lahirlah bahu
bayi sebelah depan.

32
Metode Prasasat Muller
Metode muller bertujuan untuk penanganan kelahiran bahu depan terlebih dahulu.
Caranya sebagai berikut :
a. Setelah janin lahir sampai perut, longgarkan tali posit, pegang bokong janin dengan
menggunakan ibu jari sejajar pada os sacrum dan keempat jari di femur bagian depan.
b. Selanjutnya janin di tarik ke bawah sehingga angulus scapula di bawah simpisis.
c. Kemudian melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan cara yang sama dengan
klasik, untuk melahirkan bahu depan, bayi ditarik ke bawah samping, kemudian dua
jari menelusuri punggung bayi sampai fosa cubiti, lengan depan lahir dengan cara
seperti gerakan gerakan tangan janin mengusap muka serta di tarik keatas
samping/kontra lateral untuk melahirkan bahu dan lengan bawah.

Cara Lovset
a. Mekanisme kerja metode ini, bahwa bahu belakang selalu berada pada letak lebih
rendah dipanding dengan bahu depan sehingga dengan memutar bahu belakang
menjadi bahu depan, maka bahu akan lahir dengan mudah dibawah simpisis.
b. Setelah bayi dalam posisi anteroposterior, pegang bokong bayi dengan kedua tangan
penolong. Tarik ke bawah sampai scapula berada di bawah simpisis.
c. Pegang bayi pada dada dan punggung, kemudian bayi diputar 1800 sampai bahu
belakang berubah menjadi bahu depan dan lahir.
d. Dengan arah yang berlainan dengan putaran pertama, bayi diulangi diputar 1800
sampai kedua bahu lahir.

Melahirkan Kepala
Cara mouritceau
Manuver ini tujuannya untuk melahirkan kepala janin diletakkan di lengan kiri bawah
penolong seperti menunggang kuda. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut sedangkan
jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada maksila untuk menjaga kepala janin dalam
keadaan fleksi. Tangan kanan memegang kedua bahu janin dengan dua jari diletakkan
pada bahu kanan dan kiri. Pendamping persalinan diminta menekan supra pubik, Janin
kemudian ditarik kebawah searah sumbu panggul sampai semua kepala lahir.

33
Penanganan tangan menjungkit (nuchae arms)
Dapat terjadi satu atau dua tangan
a. Bila satu tangan menjungkit
Tangan janin akan terlepas dengan cara mengusap muka, maka putar janin sampai 900
kearah tangan janin menunjuk.
b. Bila dua tangan menjungkit
Untuk melepaskan kedua tangan janin yang menjungkit, maka bebaskan dengan
gerakan seperti diatas, kemudian jani diputar 1800 kearah yang berlawanan dengan
gerakan pertama.

Penanganan kesulitan kepala


Penanganan melahirkan kesulitan kepala setelah dialakukan cara mairitceau tetap gagal
tergantung keadaan janin :
a. Ekstraksi forcep bila janin masih hidup.
b. Kraniotomi bila janin sudah meninggal.

Ekstraksi Total
Ekstraksi kaki
Ekstraksi kaki relative lebih mudah dilakukan disbanding ekstraksi bokong. Adapun
caranya sebagai berikut:
a. Tangan kanan penolong secara obstetric dimasukkan kedalam intruitus vagina
kemudian setelah menemukan bokong janin, menyusuri sampai paha dan akhirnya ke
lutut. Lakukan gerakan abduksi dan fleksi pada paha janin. Tangan kiri melakukan
tekanan kearah bawah pada fundus. Tangan yang berada di dalam vagina memegang
pergelangan tungkai janin dan tarik keluar dengan perlahan sampai lutut tampak di
vulva.
b. Setelah kedua kaki lahir, maka kedua tangan penolong memegang betis bayi lalu
dilakukan tarikan kebawah hingga pangkal paha lahir, kemudian tangan berpindah
memegang pangkal paha dan diulangi ditarik kearah bawah hingga kedua trokanter
atau bokong lahir.
c. Selanjutnya bayi dilahirkan dengan manual aid seperti ekstraksi parsial.

34
Ekstraksi bokong
Dilakukan pada presentasi bokong murni dan presentasi bokong berada di dasar panggul.
Jari telunjuk dimasukkan kedalam introitus vagina menelusuri bokong hingga sampai
pada lipat paha kemudian melakukan tarikan kearah bawah hingga trokanther lahir. Agar
tarikan lebih kuat, maka tangan kiri penolong memegang tangan kiri. Setelah kedua lipat
paha kelihatan, maka kedua jari mengait kedua lipat paha dan melakukan tarikan ke
bawah sampai bokong lahir. Selanjutnya bayi dilahirkan dengan manual aid seperti
ekstraksi parsial.

Presentasi Muka
Posisi kepala pada persentasi muka adalah hiperekstensi sehingga ubun-ubun kecil
menempel pada punggung dan penujuknya adalah dagu (omentum).

Diagnosa Presentasi muka :


a. Palpasi abdomen: os occipital menonjol jelas, kepala teraba lebih besar.
b. Pemeriksaan pelvis: tak teraba 2 frontalis/fontanel anterior, tetapi teraba lunak, mata,
hidung, mulut (perabaan lembut). Perlu berhati-hati membedakan antara muka janin
dengan presentasi bokong karena sama-sama lunak. Mulut kadang teraba seperti
anus. Tonjolan tulang pipi/prominensia zigomatikus teraba seperti tuber iskiadii.
Bedanya adalah anus dan tuber iskiadii membentuk garis lurus dengan anus,
sedangkan mulut dari prominensia zigomatikus membentuk sudut.
c. Hasil radiologi meninjukkan kepala hiperekstensi, tulang-tulang mka berada pada
atau di bawah PAP.

Mekanisme Persalinan
Pada awal persalinan pada mulanya adalah persentasi dahi. Pada saat kepala melewat
panggul, terjadi ekstensi dan menjadi persentasi muka. Mekanisme persalinan pada
presentasi muka dipengaruhi oleh faktor yang sama pada presentasi belakang kepala.
Mekanisme terdiri dari gerakan penurunan, rotasi interna, fleksi, ekstensi, dan rotasi
eksterna.
Pada presentasi muka, rotasi interna menjadikan dagu berada di bawah simpisis
pubis, kemudian dagu lahir dilanjutkan gerakan fleksi kepala maka lahirlah hidung, mata,
dahi dan UUK. Setelah kepala lahir, UUK terletak di atas anus. Kemudian dagu

35
mengadakan rotasi eksterna atau putar paksi luar. Bahu dan badan dilahirkan dengan cara
yang sama seperti pada presentasi belakang kepala.

Penanganan
a. Apabila tidak terdapat kesempitan panggul, maka persalinan akan dapat terjadi secara
spontan dan tanpa terjadi asfiksia.
b. Sebaiknya memantau DJJ menggunakan dopler sehingga kerusakan dan mata janin
dapat dihindarkan
c. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan cara terbaik untuk persalinan presentasi
muka pada janin aterm Karena kemungkinan terdapat kesempitan pada PAP.

Letak Lintang
Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin memotong atau
tegak lurus dengan sumbu panjang ibu. Pada letak oblik biasanya hanya bersifat
sementara, sebab hal ini merupakan perpindahan letak janin menjadi letak lintang atau
memanjang pada persalinan.
Pada letak lintang, bahu biasanya berada di atas PAP sedangkan kepala terletak
pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Kondisi seperti ini
disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion. Posisi punggung dapat
mengarah ke posterior, anterior, superior atau ke inferior, sehingga letak lintang ini dapat
dibedakan menjadi letak lintang dorso anterior dan dorso posterior.5

36
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


ISTRI SUAMI
Nama : Ny. E Nama : Tn. A
Usia : 29 tahun Usia : 31 tahun
Pendidikan : D3 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai swasta Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Golongan darah : B / Rh (+)
Alamat : Tambun Selatan, Bekasi
No.RM : 2172xx
Tanggal Masuk RS : 6 Desember 2021 pukul 06.30 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 6 Desember 2021 pukul 07.30 WIB

3.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Desember 2021 pukul 07.30
WIB di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Bekasi.
Keluhan Utama
G2P1A0 gravida 37 minggu dengan perut mules sejak 1 jam SMRS.
Keluhan Tambahan
Perut terasa kencang, nyeri pinggang, keluar darah dan lendir sejak 1 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Ny. E usia 29 tahun, G2P1A0 dengan usia kehamilan 37 minggu datang ke IGD
Kebidanan RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 6 Desember 2021 pukul 06.30 WIB
dengan keluhan perut mules terus-menerus sejak 1 jam SMRS. Awalnya perut mules
dirasakan pada pukul 01.30 WIB namun hilang timbul. Perut mules dirasakan semakin
sering dan kuat saat perjalanan menuju rumah sakit. Selain itu perut juga terasa kencang dan
terdapat nyeri pinggang. Terdapat darah dan lendir yang keluar kurang lebih sebanyak 1
pembalut. Belum terdapat air-air yang keluar dari jalan lahir saat dirumah maupun saat
perjalanan menuju rumah sakit. Gerakan janin masih aktif dirasakan oleh pasien.

37
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kista ovarium (+) pada tahun 2017 dan telah di operasi, persalinan prematur (-),
sectio caesaria (-), hipertensi sebelum ataupun selama kehamilan (-), DM (-), kolesterol (-),
gangguan darah (-), penyakit paru (-), penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-), penyakit tiroid
(-), epilepsi (-), asma (-), dan alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), DM (-), kolesterol (-), gangguan darah (-), penyakit paru (-), penyakit
jantung (-), penyakit ginjal (-), penyakit tiroid (-), epilepsi (-), asma (-).
Riwayat Kebiasaan
Aktivitas pasien sehari-hari hanya bekerja dan mengurus anak. Selama hamil, pasien rutin
mengonsumsi sayuran serta daging. Pasien tidak memiliki riwayat merokok, konsumsi
alkohol, maupun penyalahgunaan zat-zat terlarang.
Status Sosial-Ekonomi
Pasien tinggal satu rumah bersama suami dan anak pasien. Pasien dan suami pasien bekerja
sebagai pegawai swasta. Pasien merupakan peserta asuransi kesehatan BPJS kelas I.

STATUS REPRODUKSI
Riwayat Menstruasi
● Menarche : Usia 18 tahun
● Siklus haid : 28 hari, teratur
● Durasi : ± 7 hari
● Jumlah darah : ± 2 pembalut/hari (50 cc/24 jam)
● Keluhan saat haid : Tidak ada
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah sebanyak 2 kali. Pernikahan pertama saat usia 23 tahun pada tahun 2015-
2019 (cerai). Pernikahan kedua saat usia 29 tahun pada tahun 2020 hingga saat ini.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien belum pernah memakai alat kontrasepsi apapun.
Riwayat Obstetri
● Paritas : G2P1A0, gravida 37 minggu
● Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 24 – 03 – 2021 (24 Maret 2021)
● Hari perkiraan lahir (HPL) : 31 – 12 – 2021 (31 Desember 2021)
● Usia kehamilan : 37 minggu

38
Riwayat Partus
Usia Jenis Anak Keadaan
No. Tahun Tempat Penolong Penyulit Nifas
Kehamilan Persalinan JK BB PB Anak

♀ 2600 49
1 2020 RS 36 minggu Bidan - Normal T.A.K Hidup
g cm
2 2021 Kehamilan saat ini

Riwayat Asuhan Antenatal (ANC)


Pasien rutin kontrol kehamilan dan USG ke klinik. Hingga saat ini, pasien sudah 3 kali
kontrol kehamilan (trimester 1 sebanyak 1x, trimester 2 sebanyak 1x, trimester 3 sebanyak
1x). Selama asuhan antenatal pasien tidak memiliki keluhan.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
• Tekanan darah : 125/80 mmHg
• HR : 92 x/menit
• RR : 20 x/menit
• SpO2 : 98% room air
• Suhu : 36,5oC
Antropometri
• BB : 55 kg
• TB : 160 cm

3.4 STATUS GENERALIS


• Kepala : Normocephal
• Mata : Pupil bulat isokor, 3 mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
• Mulut : Normal, sianosis (-)
• THT : Normal, sekret (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
• Leher : Trakea di medial, pembesaran tiroid atau KGB (-)

39
• Thorax
Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris, AP:T (1:2)
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : Status obstetrikus
• Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2 detik

3.5 STATUS OBSTETRI


1. Pemeriksaan Luar
• Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (+)
Payudara : Membesar (+/+), areola melebar dan hiperpigmentasi (+/+), papilla
mammae menonjol (+/+)
Abdomen : Tampak cembung gravida, linea nigra (+)

• Palpasi
TFU : 28 cm
TBJ klinis : (28 – 11) x 155 = 2.635 gram
Leopold I : Teraba bagian lunak, tidak melenting, kesan bokong
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang, kesan punggung disebelah kiri dan
bagian kecil-kecil menonjol, kesan ekstremitas disebelah kanan
Leopold III : Teraba bagian keras, bulat, melenting, kesan kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah memasuki 2/5 PAP (divergen)

• Auskultasi
His : 3x10’x30”
DJJ : 135 x/menit

40
2. Pemeriksaan Dalam (VT)
• V/V : Tidak ada kelainan
• Portio : Tebal lunak
• ∅ : 5 cm
• Ketuban : Utuh

3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium Darah (6 Desember 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,2 g/dL 12,0 – 16,0
Hematokrit 38 % 38,0 – 47,0
Eritrosit 4,25 10^6 /µL 4,20 – 5,40
MCV 91 fL 80 – 96
MCH 32 Pg/mL 28 – 33
MCHC 35 g/dL 33 – 36
Trombosit 275 10^3 /µL 150 – 450
Leukosit 11,5 H 10^3/µL 5,0 – 10,0
GOLONGAN DARAH & RHESUS
Golongan Darah B
Rhesus (+) Positif
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 75 L Mg/dL 80 – 170
SEROLOGI
HIV Reagen 1 Non Reaktif
HBsAg Non Reaktif

3.7 RESUME
Ny. E usia 29 tahun, G2P1A0 gravida 37 minggu dengan keluhan perut mules sejak 1
jam SMRS. Perut terasa kencang dan nyeri pada pinggang. Terdapat lendir dan darah namun
belum ada keluar air-air. Pada pemeriksaan fisik didapatkan chloasma gravidarum (+),
payudara membesar (+/+), areola melebar dan hiperpigmentasi (+/+), papilla mammae
menonjol (+/+), abdomen tampak cembung gravida, linea nigra (+). Pada pemeriksaan

41
leopold didapatkan TFU 28 cm, bagian teratas bokong, punggung kiri, bagian terbawah
kepala sudah memasuki 2/5 PAP (divergen). Pada janin didapatkan his 3x10’x30” dan DJJ
135 x/menit. Pada pemeriksaan dalam (VT) didapatkan portio tebal lunak, pembukaan 5 cm
dan ketuban utuh. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan leukositosis.

3.8 DIAGNOSIS KERJA


Ibu : G2P1A0, Gravida 37 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif
Janin : Janin tunggal hidup, intrauterine, presentasi kepala, DJJ: 135x/menit, reguler

3.9 RENCANA PENATALAKSANAAN


● Observasi KU, TTV, His ibu serta DJJ janin
● IVFD RL 500 cc
● Pemasangan kateter urine untuk memantau urine output
● Inj. Cefotaxim 2x1 gr
● KIE: Edukasi pasien dan keluarga terkait rencana tindakan persalinan normal

3.10 PROGNOSIS
● Quo ad Vitam : Bonam
● Quo ad Functionam : Bonam
● Quo ad Sanationam : Bonam

3.11 LAPORAN PERSALINAN


07.40 WIB Ibu tampak ingin mengedan kuat
08.05 WIB Lahir neonatus hidup, perempuan, BBL 3650 gram, PB 47 cm, LK 33
cm, LD 34 cm, LP 30 cm, LiLa 9 cm, LQ 9 cm. Dilakukan manajemen
aktif kala III, yaitu:
• Injeksi oksitosin 10 IU IM
• Masase fundus uteri
• Peregangan tali pusat terkenadali
08.20 WIB Plasenta lahir lengkap
08.23 WIB Eksplorasi jalan lahir dan didapatkan laserasi jalan lahir derajat I
08.25 WIB Dilakukan hecting laserasi jalan lahir
08.40 WIB Tindakan selesai

42
3.12 FOLLOW-UP
Senin, 6 Desember 2021(08.40 WIB)
S Ibu nyeri pada daerah jalan lahir, bayi dalam keadaan baik dan menangis kuat.
O IBU
KU : Baik Kesadaran : Compos mentis
TD : 140/90 mmHg Suhu : 36,4oC
HR : 84 x/menit RR : 20 x/menit
BAYI
KU : Bayi bergerak aktif dan menangis kuat
Kesadaran : Compos mentis
BB : 2630 gr
PB : 47 cm
Jenis kelamin : ♀
HR : 140 x/menit
RR : 43 x/menit
Suhu : 36,4oC
A Ibu : P2A0 post partum spontan
Bayi : NCB-SMK + spontan
P ● Evaluasi KU dan TTV ibu serta bayi
IBU
● Cefadroxil 3x500 mg PO
● Asmef 3x500 mg PO

43
BAB IV
ANALISA KASUS

1. Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini?


TEORI KASUS
Pada persalinan normal dibagi menjadi 4 Pada kasus, pasien (ibu) di diagnosis
kala: dengan G2P1A0, Gravida 37 Minggu
• Kala I : kala pembukaan serviks Inpartu Kala I Fase Aktif.
a. Fase Laten : selama 8 jam sampai Pasien telah memiliki 1 anak
pembukaan 3, his masih lemah perempuan yang hidup dan saat ini sedang
dengan frekuensi his jarang. mengandung anak keduanya sehingga
b. Fase Aktif : fase akselerasi (lamanya diagnosisnya G2P1A0,. HPHT pasien pada
2 jam dengan pembukaan 2-3 jam), 24 Maret 2021 sehingga saai ini usia
fase dilatasi maksimal (dalam waktu kehamilannya 37 minggu.
2 jam pembukaan berlangsung sangat Pada pemeriksaan dalam didapatkan
cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi penipisan serviks dan pembukaan sudah 5
9 cm), fase deselerasi (pembukaan cm. Dimana hal tersebut termasuk ke dalam
menjadi lambat kembali dalam waktu Kala I Fase Aktif.
2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10
cm.).
• Kala II : kala pengeluaran
• Kala III : kala uri (pengeluaran plasenta)
• Kala IV : pengawasan hingga 2 jam
setelah plasenta lahir.1,3
2.

2. Apakah penyebab keluhan pada pasien ini?


TEORI KASUS
Tanda-tanda pasti persalinan yang terjadi Pada kasus ini, keluhan-keluhan yang
beberapa saat sebelum persalinan: dirasakan pasien merupakan tanda-tanda
a. Terjadinya his persalinan yang bersifat: pasti persalinan, yang terdiri atas :
• Pinggang terasa sakit dan menjalar
kedepan

44
• Sifatnya teratur, interval semakin • Perut mules dan nyeri pinggang
pendek dan kekuatannya semakin yang sifatnya terus-menerus dan
besar semakin kuat
• Semakin ibu beraktivitas kekuatan • Terdapat lendir dan darah yang
his akan semakin besar keluar dari jalan lahir
b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody • Pada pemeriksaan dalam telah
show) yang lebih banyak karena terjadi pend penipisan seviks
robekan kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada
beberapa kasus ketuban pecah, dan
dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24
jam kemudian.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah
mendatar dan pembukaan telah ada.4,5

Perubahan musculoskeletal
Sistem ini mengalami stress selama
persalinan, nyeri punggung dan sendi
terjadi akibat semakin regangnya sendi
pada masa aterm, proses persalinan itu
sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari
kaki dapat menimbulkan kram tungkai.5

3. Apakah ada komplikasi yang terjadi pada pasien ini pasca melahirkan spontan?
TEORI KASUS
Perdarahan pasca persalinan merupakan Pada kasus ini, setelah pasien melahirkan
perdarahan yang melebihi 500 cc. Etiologi terjadi laserasi pada perineum namun hal
perdarahan pasca persalinan sering tersebut sudah berhasil ditangani dengan
disebabkan oleh 4T yaitu Tonus (atonia tindakan hecting dan perdarahan sudah
uteri), Tissue (retensio plasenta), Trauma berhenti.
(laserasi jalan lahir), dan Thrombin
(gangguan pembekuan darah).5

45
BAB V
KESIMPULAN

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan
dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca-
persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap
menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan
dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar
persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan
keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum
memadai.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham et al. Obstetri William Ed. 23 Vol. 1: Persalinan dan Pelahiran Normal.
Jakarta : EGC. 2017.
2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan 4th Ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2016.
3. Sastrawinata S et al. Obstetri Fisiologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung: ELEMAN. 2020.
4. KEMENKES. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
5. Fitriahadi dan Utami. Buku Ajar Asuhan Persalinan dan Managemen Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Unisa. 2019.
6. Rohayati H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammdadiyah Jakarta. 2017.

47

Anda mungkin juga menyukai