Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEKANISME PERSALINAN, PERSENTESI BOKONG

(SACRUM ANTERIOR KIRI DAN SACRUM POSTERIOR KIRI)

Dosen Pengampu : Ani T. Prianti, S.ST.,M.Kes

OLEH

KELOMPOK 10

RISMAWATI A1 A221 001

EKA ARIANTI RUKMANA A1 A221 040

EVI JUMANTRI A1 A221 046

PDODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini. Yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik

Profesionalisme Bidan. Makalah ini berisikan tentang Fisiologi dalam kebidanan,

diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Dalam menyelesaikan Makalah ini, banyak kesulitan yang saya hadapi.

Namun berkat semangat dan bimbingannya, sehingga dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Saya menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum

seberapa dan masih banyak belajar dalam mengerjakan tugas.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang

positif agar menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan saya, mudah-mudahan ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Makassar , 29 Agustus  2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan masalah...................................................................................................5

C. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................6

A. Pengertian...............................................................................................................7

1. Emosional.........................................................................................................7

2. Kecerdasan Emosional....................................................................................7

3. Intelegensi Emosional......................................................................................8

B. Ciri-ciri kecerdasan emosional

.................................................................................................................................

10

C. Factor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

.................................................................................................................................

11

BAB III PENUTUP

.........................................................................................................................................

13
iii
A. Kesimpulan

...................................................................................................................................

13

B. Saran

...................................................................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA

.........................................................................................................................................

14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis

dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di

negara berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat pelayanan primer

dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan

tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan

angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong

persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi;

menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah

terjadi, dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari

ancaman kesakitan dan kematian.

Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-

42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi

serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala

tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin

(Kuswanti, 2014). Terjadinya kematian perinatal kemungkinan dapat disebabkan karena

persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibandingkan presentasi kepala. Sebab

kematian perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas

dan penanganan persalinan yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan di

dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha

untuk mempercepat persalinan dengan tindakan–tindakan untuk mengatasi macetnya

persalinan. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

5
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah cavum uteri. Penyebab kematian

menunjukan bahwa pelayanan obstetric dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu.

Mengingat komplikasi yang terjad akibat persalinan sungsang,sebaiknya persalinan

dalam letak sungsang dihindarkan, untuk itu diupayakan beberapa usaha untuk menghindari

terjadinya persalinan dengan presentasi bokong adalah dengan cara knee-chest position untuk

mengubah presentasu bokong menjai presentasi kepala. Selain itu faktor penolong persalinan

juga mempunyai peranan penting dalam penanganan persalinan dengan presentasi bokong

walaupun sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat membantu

mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat.

Resiko untuk janin pada presentasi bokong lebih besar dibandingkan dengan presentasi

kepala. Kompliksi pada ibu, persalinan sungsang dengan penyulit, terdapat 3 peningkatan

resiko pada ibu, manipulasi manual di dalam jalan lahir akan meningkatkan risiko infeksi

pada ibu, perasat-perasat intrauterine terutama pada segmen bawah rahim uterus yang

menipis atau pelahiran afteroming head pada serviks yang belum membuka penuh dapat

mengakibatkan rupture uteri. Laserasi serviks atau keduanya. Manipulasi seperti ini dapat

memperluas episiotomy dan robekan perineum yang dalam (Matrica D.G Silinaung dkk,

2016).

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari dalam uterus pada

umur kehamilan 37- 42 minggu dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan

terjadinya penipisan dan dilatasi serviks. Terjadi persalinan normal bukan berarti tidak ada

komplikasi, tetapi melainkan banyak kemungkinan hal yang bisa terjadi salah satu

komplikasinya adalah persalinan sungsang.

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang

cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin

dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, serta berlangsung dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Sebab-sebab mulainya persalinan berdasarkan teori

adalah adanya penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh

janin, dan teori prostaglandin. Tujuan Asuhan Persalinan adalah memberikan asuhan yang

memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan

aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Tanda-tanda persalinan itu

terdiri dari tanda persalinan sudah dekat (adanya lightening dan terjadinya his permulaan/his

palsu) dan tanda-tanda persalinan (penipisan dan pembukaan serviks (effacement dan dilatasi

serviks), kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2

kali dalam 10 menit), serta keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina.

7
B. PERSALINAN LETAK SUNGSANG

Definisi Persalinan Sungsang Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah

dimana letak bayi sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri

sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di daerah pintu atas panggul atau

simfisis.

Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah dimana letak janin memanjang

dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah, penunjuknya adalah

sacrum. Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah posisi dimana bayi di dalam

rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si

bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Dari

beberapa definisi persalinan sungsang dengan presentasi bokong menurut beberapa sumber di

atas, dapat disimpukan bahwa persalinan sungsang adalah persalinan dengan letak atau posisi

bayi tidak normal yaitu bokong berada di bagian bawah atau di daerah pintu atas panggul

sedangkan kepala berada pada fundus uteri.

Macam-macam presentasi bokong :

a) Bokong murni (Frank Breech) Bokong murni merupakan bagian terendah janin adalah

bokong saja dan kedua tungkai terangkat keatas.

b) Bokong sempurna (complete breech)

Bagian terendah janin adalah bokong dan kedua tungkai/kaki. Presentasi bokong kaki

disamping bokong teraba kaki, dalam bahasa inggris " Complete breech ". Disebut letak

bokong kaki sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki

atau satu kaki saja.

8
c) Bokong tidak sempurna (incomplete breech).

Bokong tidak sempurna bagian terendah janin adalah bokong dan kaki atau lutut yang

terbagi atas :

‐ Terdapat kedua kaki disebut letak kaki sempurna. Bila hanya satu kaki disebut

kaki tidak sempurna.

‐ Terdapat kedua lutut disebut lutut sempurna. Bila hanya satu lutut disebut lutut

tidak sempurna.

C. PENYEBAB DARI LETAK SUNGSANG

Sering kali tidak ada penyebab yang bisa diidentifikasikan, tetapi berbagai kondisi berikut

ini mendorong terjadinya presentasi bokong diantaranya :

a. Persalinan prematur. Presentasi bokong relatif sering terjadi sebelum usia gestasi 34

minggu sehinggga presentasi bokonglebih sering terjadi pada persalinan prematur.

b. Tungkai ekstensi. Versi sefalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami

ekstensi dan membelit panggul.

c. Kehamilan kembar. Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk

perputaran janin, yang dapat mennyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki

presentasi bokong.

d. Polihidroamnion. Distensi rongga uterus oleh cairan amnion yang berlebihan dapat

meyebabkan presentasi bokong.

e. Hidrosefalus. Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung terakomodasi didalam

fundus.

f. Abnormalitas uterus. Distorsi ronggau terus oleh septum atau jaringan fibroid dapat

menyebabkan presentasi bokong. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir

dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim.

9
g. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya

menjadi sungsang.

h. Multiparitas. Pernah melahirkan anak sebelumnya sehingga rahim elastis dan membuat

janin berpeluang untuk berputar.

i. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak.

j. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan

beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin

berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.

Berdasarkan jalan yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi:

a) Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang terjadi secara

spontan dengan tenaga ibu dan kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan atau manipulasi

sedikitpun selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis persalinan ini disebut

persalinan dengan cara bracht.

b) Ekstrasi parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai umbilicus, tetapi

selanjutnya dilakukan ekstraksi. Janin dilahirkan dengan kekuatan ibu, his dan tenaga

penolong, misalnya dengan cara klasik, muller, mauritceau.

c) Ekstrasi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di ekstraksi

oleh tenaga penolong persalinan.

D. FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI LETAK SUNGSANG

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sebagai berikut :

 Abnormalitas uterus, misalnya ada mioma uteri, uterus bikornis.

 Kematian janin/intra uteri fetal death (IUFD) yang sudah lama terjadi.

 Kehamilan ganda/gemelli.

10
 Suatu keadaan dimana janin di dalam uterus memungkinkan untuk aktif bergerak,

contohnya pada multipara, premature, dan hidramnion.

 Kepala tidak dapat engagement/masuk ke dalam pintu atas panggul/PAP misalnya

adanya hidrosefalus dimana kepala janin lebih besar dari ukuran normal, anensefali

yaitu tidak ada tulang tengkorak janin, panggul sempit, terdapat tumor pelvis atau

plasenta previa.

E. DAMPAK YANG TERJADI APABILA MENGALAMI LETAK SUNGSANG

Bagi ibu : Perdarahan, robekan jalan lahir dan infeksi. Jika ketuban pecah dini (KPD) dapat

terjadi partus lama, dan infeksi.

Bagi bayi : Dapat menimbulkan asfiksia karena adanya gangguan peredaran darah plasenta

setelah bokong dan perut lahir dimana tali pusat terjepit antara kepala dan panggul trauma

persalinan dan infeksi.

F. MEKANISME PERSALINAN

Bokong masuk kedalam rongga panggul dalam garis pangkal paha melintang atau miring.

Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah

panggul garis panggul paha menempati diameter anteposterior dan trokanter depan teraba

dibawah simfisis, terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga trokanter belakang

melewati perineum dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong

lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan

bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau

miring.Terjadi putar paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada di bawah

simpisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam

11
rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring, di dalam rongga panggul

terjadi putar paksi dalam kepala, sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput kearah

simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan

seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum.

Persalinan presentasi bokong terdapat 3 fase yaitu :

a. Fase lambat, dilakukan sebelum bokong lahir dengan tetap melakukan pemantauan,

jangan melakukan kristeller/dorongan pada fundus karena dapat mengakibatkan

tangan janin menjungkit ke atas (nuchal arms) dan kepala terdorong turun di antara

lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu. Selain itu juga dapat

mencederai lengan bayi.

b. Fase bertindak cepat, setelah bayi lahir sampai pusat, janin harus dilahirkan dalam

waktu maksimal 8 menit karena tali pusat terhimpit antara badan dan panggul.

Apabila tidak terjadi secara spontan, maka harus dilakukan manual aid dengan

persalinan ekstraksi parsial.

c. Fase lambat, pada saat mulut lahir, seluruh kepala kemudian dilahirkan dengan pelan-

pelan untuk menghindari resiko perdarahan intracranial akibat perbedaan takanan di

dalam uterus dan didunia luar dimana tekanan luar lebih rendah.

TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN PARTUS SUNGSANG

a. Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan

penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.

b. Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his. Mengedan dengan benar,

mulai dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga mendorong ke

abdomen dan anus tangan menarik lipat lutut, angkat kepala dan lihat kepusar. Tunggu

bokong terlihat pada perineum sebelum menganjurkan pasien mengejan aktif (Bonar, 2009)

12
c. Pimpin berulang kali hingga bokong turun didasar panggul. Lakukan episiotomy saat

bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.

d. Melahirkan bayi dengan cara Bracht : Pada waktu bokong mulai membuka vulva

(crowning) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara Bracht (kedua ibu jari

penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul)

sementara langkah ini dilakukan, seorang asisten melakukan perasat Wigand M. Wingkel,

ikuti proses keluarnya janin secara normal. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan

sebagian dada, lakukan hiperlordosis pada saat angulus scapula inferior tampak di bawah

simpisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah

perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan

dengan lahirnya badan bayi. Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi, dan

kepalae. Apabila terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin mencapai daerah scapula

inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara klasik atau muller (manual aid).

f. Cara klasik : pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan cara Bracht

bahu dan tangan tidak bisa lahir. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan

sehinga bokong dan kaki lahir, tali pusat dikendorkan, pegang kaki pada pergelangan kaki

dengan satu tangan dan tarik keatas :

1) Menggunakan tangan kiri dan menariknya kearah kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu

kiri bayi yang berada di belakang.

2) Menggunakan tangan kanan dan menariknya kearah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu

kanan bayi yang berada dibelakang.

g. Masukan kedua jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan

bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.

h. Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik kearah bawah kontra lateral dari

langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

13
i. Apabila sulit untuk melahirkan bahu belakang maka lakukan cara muller (Melahirkan bahu

depan terlebih dahulu).

j. Cara muller : melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan

cara yang sama seperti klasik, kearah belakang kontra lateral dari letak bahu depan. Setelah

bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan

lengan belakang.

k. Cara lovset (dilakukan bila ada lengan bayi yang menjungkit di belakang kepala/nuchal

arm) : setelah bokong dan kaki bayi lahir memegaang bayi dengan kedua tanggan, memutar

bayi 180 derajat kearah yang berlawanan kekiri/kekanan. Beberapa kali hingga kedua bahu

dan lengan dilahirkan secara klasik/muller.

l. Ekstraksi kaki dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala kegawatan pada ibu dan

bayi : tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut,

kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi,

tangan yang lain mendorong fundus kebawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki.

m. Dipegang dengan dua jari dan dituntun ke luar dari vagina sampai batas lutut. Kedua

tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakan dibelakang betis sejajar

sumbu panjang paha dan jari-jari lain didepan betis, kaki ditarik curam kebawah sampai

pangkal paha lahir. Pegangan dipindah kepangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu

jari dibelakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain didepan paha. Pangkal paha

ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan

pegangan yang sama dielevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir, bila kedua trokhanter

lahir maka bokong lahir. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan dengan cara klasik, muller

atau lovset.

n. Tekhnik ekstraksi bokong, dilakukan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah turun

di dasar panggul, bila kala II tidak maju dan ada tanda gawat janin dan ibu.

14
Caranya : jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukan kedalam

jalan lahir dan diletakan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha/ Krista iliaka

ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan Asuhan Kebidanan Ibu ini, maka

tangan penolong yang lain mencekam pergelangan tadi dan lutut menarik curam kebawah.

Bila dengan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simpisis, maka jari telunjuk lain

mengait lipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir bayi

dilahirkan dengan cara klasik, muller atau lovset.

o. Cara melahirkan kepala, cara mauriceau dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual

aid/bila dengan Bracht kepala belum lahir. Letakan badan bayi di atas tangan kiri sehingga

badan bayi seolah-olah menunggang kuda, satu jari dimasukan di mulut dan dua jari di

maksila, tangan kanan memegang/mencekam bahu tengkuk bayi, minta seorang asisten

menekan fundus uteri. Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong

persalinan melakukan tarikan kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang

dimasukan untuk menekan dagu/mulut.

p. Cunam piper digunakan jika pengeluaran kepala bayi dengan Bracht atau mauriceau gagal.

Caranya : tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat keatas, cunam piper

dipasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik (Sarwono, 2002).

15
16

Anda mungkin juga menyukai