Anda di halaman 1dari 4

Nama: Melania Rosaria Moniz

Nim : 151191005
Matakuliah: Komunikasi Efektif Dalam Kebidanan.
Semester:3
Pelayanan kebidanan di rumah sakit merupakan pelayanan yang paling sentral
dan perlu mendapat perhatian, bidan berinteraksi dengan pasien dan keluarga
selama 24 jam, disinilah bidan akan memberikan pelayanannya secara
komprehensif, baik itu dari pelayanan fisik, psikologi, spiritual, sosial dan
pendidikan kepada pasien. Maka dengan demikian pelayanan kebidanan akan
dapat dirasakan lebih sempurna oleh pasien, jadi tidak hanya secara fisik saja
mendapatkan perhatian bidan. Serang bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku
dalam memberikan pelayanan kebidanan meliputi rasa empati, kepedulian,
menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman bidan tentang nilai,
klien, dan profesional akan sangat membantu dalam proses pelayanan kesehatan
atau yang lainnya. Persepsi bidan dan klien pada nilai kebidanan akan
membantu untuk mengetahui apakah nilai profesional sesuai dengan nilai
masyarakat.
Nilai adalah keyakinan yang mendasari seseorang melakukan tindakan dan
tindakan itu kemudian menjadi suatu standar atas tindakan yang selanjutnya,
pengembangan dan mempertahankan sikap terhadap objek-objek yang terkait,
penilaian moral pada diri sendiridan orang lain serta pembandingan diri dengan
orang lain.

Empathy
Perilaku empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan therapeutic yang
merupakan unsur yang sangat penting dalam proses yang berlangsung secara
interpersonal. Dengan empati akan membantu dalam mempererat hubungan
antara seorang bidan dan pasien sehingga menjadikan pasien merasa
diperhatikan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang di berikan.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi
yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi,
dan bersikap di lingkungan masyarakat.
Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia bahwa bidan
itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat. Sebagai seorang
dibutuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu
kemampuan empati. Bidan yang memiliki empati diharapkan memiliki
kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk melakukan aksi komunikasi secara
sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan merasakan suasana hati
pasien tersebut.
Perilaku yang muncul dari tiap bidan terhadap pasien berbeda-beda, hal ini
terkait dengan kemampuan empati bidan itu sendiri.
Hal yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu:
1. pikiran yang optimis
2. tingkat pendidikan
3. keadaan psikis
4. pengalaman
5. usia
6. jenis kelamin
7. latar belakang sosial budaya
8. status sosial
9. beban hidup

Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri
seorang bidan begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan empati,yaitu:
1. Peduli, perhatian dari bidan kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi
dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena
diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap
memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan,
psikolog, maupun dokter di rumah sakit.
3. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang
terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan
berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan bidan
akan lebih tangguh dan hebat.
Dengan begitu maka bidan dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar
dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik
namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya pasien yang datang
untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan memulihkan kondisi
fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu
keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien
akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan khususnya bidan harus peka
dengan keadaan seperti ini, bidan tidak hanya menangani kondisi fisik dari
pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka
diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka bidan memiliki kemampuan untuk
menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang bidan dipengaruhi
oleh kondisi bidan itu sendiri. Bidan perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan
psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang bidan harus mampu
bersosialisasi. Kebanyakan bidan memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan
lebih mudah dalam menangani pasien, karena pasien merasa nyaman dengan
keberadaannya.
Kemampuan empati bidan hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga
atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap
pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh
sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga kesehatan terutama bidan sebagai
ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya kualitas tenaga
kesehatan terutama bidan di Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan
pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga.

Contoh:
“Pagi bu’ bagaimana kabarnya, masih demam bu, bagaimana tidurnya
semalam, mudah-mudahan lebih baik”, komentar ini akan muncul di keseharian
seorang bidan entah dia berada di pelosok desa atau rumah sakit besar.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi
multivitamin dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras
akan menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang
menderita penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara
ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal, ada yang timbul dari
hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.

Sikap empati sangat penting bagi konselor, karena dengan sikap ini seorang
konselor akan mampu menciptakan hubungan baik dengan klien, selain itu
mampu merasakan permasalahan yang dialami klien. Sehingga konselor dapat
memberikan alternative-alternative pemecahan masalah untuk menyelesaikan
masalah secara tersebut.
Terdapat 2 macam empati yaitu​:
-Empati Primer: yaitu kemampuan konselor memahami perasaan, fikiran
keinginan dan pengalamam klien
- Empati sekunder: yaitu konselor memahami perasaan, fikiran,
keinginan, serta pengalaman klien secara lebih mendalam.

Cara mengkomunikasikan empati:


Komunikasi Non verbal:
Adalah pesan yang disampaikan dalam komunikasi di kemas dalam
bentuk non verbal atau tampah kata-kata.
Contoh:
-memandang langsung kearah klien, ini mengidentifikasikan adanya
keinginan mendengar dan memahami apa yang di katakana klien.
- sikap badan, untuk menandakan empati maka konselor condong kearah
belakang.
- sikap tangan kaki, konselor dapat meletakan tangan terbuka seperti
meletakan tangan di kursi, hindari berpangku tangan, selalu
menggerak-gerakan badan terutama kaki maupun mengangkat kaki ke
atas pangkuan
- pancing, tindakan mengikuti gerakan klien, misalnya konselor
mengikuti arah pandang mata klien, menghadapkan badan konselor
kearahbadan klien, menyesuaikan posisi duduk konselor dengan klien.
- sentuhan, dapat menyatakan dukungan atau pemahaman, dilakukannya
dengan cara menepup punggung klien atau memeggang tanganya atapun
memeluk klien saat mereka sedang mengekspresikan sedih atau menjabat
tanganya sebagai ucapan selamat. Tetapi untuk batasan- batasan tertentu.

Komunikasi Verbal:
​Adalah komunikasi yang menggunakan kata-katabaik secara lisan
maupun tulisan.
contoh
- Menyemangati, menenangkan jika sedang sedih atau gelisah, dan
memahami apa yng di rasakan klien.
-
Contoh Kasus Empathy

1. Di Rumah Sakit Harapan Sehat, ada seorang ibu bersalin dengan keadan
kritis, semua keluarga berkumpul dengan penuh kecemasan, di sisi lain Dokter
SpOG menyatakan bahwa pasien dalam keadaan kritis oleh karena itu kami
hanya bisa menyelamatkan satu diantara mereka. Suasana sedih pun
menyelimuti keluarga pasien, ibu pasien menangis histeris, seakan tidak percaya
bahwa mereka harus memilih salah satu dari antara menyelamatkan ibunya atau
anaknya. Sesaat kemudian bidan memeriksa keadaan pasien dan memeggang
pundak pesien dan mengatakan bahwa “Saya mengerti perasaan ibu sekarang,
tapi mau bagaimana lagi bu ini ini semua demi kebaikan ibu, dan puji syukur
karena ibu masih bisa di selamatkan.” Kesedihan semakin bertambah pasca
lontaran yang diucapkan bidan tersebut. Pasien semakin gelisah dan melemah.

Dari contoh kasus diatas, sudah sepatutnya kita sebagai bidan menunjukkan
sikap empati pada keluarga dan pasien. Sikap empati sendiri pada dasarnya ikut
mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai