Anda di halaman 1dari 36

1

TUGAS
MAKALAH KOMUNIKASI

OLEH : KELOMPOK 3 (TIGA)

1. Bella Monica
2. Maya Sri Handayani
3. Rechi Nolyfia
4. Nanik Oktamalinda
5. Handayani
6. Misia Sary
7. Heni Dartiyana Indirawati
8. Roza Kristina
9. Kartika Candra Kirana
10. Aynesia
11. Elsa Anggraini

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKIT TINGGI
TAHUN 2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-

hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, dalam masyarakat atau dimana saja

manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi.

Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Ruben (dalam

Muhamad, 2005:3) memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang

lebih komprehensif, yaitu Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana

individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam

masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk

mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.

Komunikasi yang berkualitas adalah komunikasi yang efektif. Maksudnya

adalah bagaimana dalam sebuah proses interaksi komunikasi, pesan oleh

komunikator dapat tersampaikan dengan baik, dan memberi efek pada si penerima

pesan (komunikator). Efek-efek yang diharapkan dalam berkomunikasi antara lain

efek kognitif (pengetahuan), efek pada sikap, maupun efek pada perilaku. Melalui

informasi dan pesan yang disampaikan melalui proses komunikasi, seseorang

yang tadinya tidak mengetahui apa-apa menjadi tahu, menjadi lebih paham akan

pesan yang disampaikan. Sehingga, dalam menyampaikan pesan agar sesuai

dengan tujuan komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi seperti


3

communicator (komunikator), message (pesan), channel (media), dan

communicant (komunikan) harus diperhatikan, agar komunikasi yang dilakukan

dapat memberikan efek bagi penerima.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dimungkiri begitu

juga halnya bagi suatu organisasi. Komunikasi dalam organisasi memiliki

kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan informasi dan

menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan menjadi tantangan

dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi, aliran informasi

merupakan proses yang rumit, karena melibatkan seluruh bagian yang ada dalam

organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga

sebaliknya dari bawah ke atas dan juga mengalir diantara sesama karyawan.

Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka

dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota

organisasi. Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada

komunikasi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan dengan baik.

Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup,

komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam

melakukan interaksi. Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak

efektif karena kesalahan yang menapsirkan pesan yang diterimanya. Hal yang

disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalammenelaah

komunikasi yang disampaikan. Kesalahan menafsirkan pesan bisa disebabkan

karena persepsi yang berbeda-beda.


4

Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya

pasien sering komplain sehingga tenaga kesehatan yang mengerti maksud pesan

yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak

datang lagi mengujungi pelayanan kesehatan tersebut atau contohnya selisih

paham atau pendapat antara tenaga kesehatan karena salah mempersepsikan

informasi yang diterima yang berakibat terjadi konflik antar tenaga kesehatan

tersebut. Salah satu faktor yang memberikan pelayanan dengan komunikasi yang

terapeutik. Bidan yangmemiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik

tidak saja akanmenjalin hubungan rasa percaya pada pasien, mencegah terjadinya

masalahlegal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan kebidanan

danmeningkatkan citra profesi kebidanan.

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi

penting dan strategis dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB), oleh karena itu pengetahuan sikap dan pendidikan serta

motifasi bidan sangat diperlukan terkait dengan kinerja bidan sebagai pelaksana,

pengelola, serta pendidik. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang

merupakan salah satu dari praktik tentunya seorang bidan memiliki hak dan

kewajiban. Dalam hal ini asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan bidan

kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan

carabertahan dan sistematis dan melalui suatu proses yang disebut menejemen

kebidanan
5

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tantangan

komunikasi dalam keadaan spesifik:

1. Berduka dan kehilangan?

2. Abuse?

3. Keadaan klinis akut?

4. Kelompok minoritas?
6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Pada kehidupan sehari-hari kita tidak pernah luput dari kata

komunikasi. Komunikasi merupakan media kita untuk berinteraksi.

Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat

kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih,

communico yang artinya memberi. Komunikasi adalah suatu proses interaksi

manusia dengan berbagai bentuk/cara untuk menyampaikan informasi atau

tujuan tertentu . Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian

dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi adalah pernyataan manusia,

pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata tertulis ataupun lisan di

samping itu dapat dilakukan juga dengan isyarat-isyarat atau simbol-simbol.

Dalam perilaku manusia, komunikasi merupakan proses khusus dan

bermakna Pada profesi kebidanan komunikasi menjadi penting karena

merupakan metode utama dalam memberikan asuhan kebidanan.

Beberapa ahli menyampaikan pengertian atau definisi komunikasi.

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau proses yang

menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti dalam komunikasi

terjadi penambahan pengertian antara pemberi informasi dengan penerima

informasi sehingga mendapatkan pengetahuan. Komunikasi adalah proses

penyampaian informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan kepada


7

penerima pesan. Hal ini berarti penelusuran informasi dari pengirim pesan

pada penerima pesan dalam komunikasi. Komunikasi termasuk kegiatan yang

mengajukan pengertian yang diinginkan pengirim informasi pada penerima

informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan penerima

informasi.

Dari beberapa kesimpulan diatas initnya adalah komunikasi

merupakan seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap, atau gagasan) dari

komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk

perilaku komunikan atau penerima berita (pola, sikap, pandangan, dan

pemahamannya) kepada dan pemahaman yang dikehendaki bersama (Dalami,

2012).

2.1.2 Unsur Komunikasi

Adapun unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam

proses/berlangsungnya komunikasi menurut Tyastuti (2010) sebagai berikut:

1. Pihak yang Mengawali Komunikasi/Sumber/Komunikator

Pihak yang mengawali komunikasi untuk mengirim pesan disebut sender

dan ia menjadi sumber pesan (source). Pengirim yang dimaksud disini

adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik intrapersonal dengan

diri sendiri, interpersonal dengan orang lain dalam kelompok kecil atau

dalam kelompok besar.

2. Pesan yang Dikomunikasikan/Message/Content/Information

Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada

penerima. Dalam komunikasi kepada pasien sebaiknya diperhatikan


8

bahwa pesan yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien,

menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dengan mudah oleh klien

dan diusahakan dapat menarik minat klien. Pesan yang disampaikan

kepada klien dapat berupa nasihat, bimbingan, dorongan, petunjuk, dan

sebagainya.

3. Media atau saluran yang digunakan untuk komunikasi dan gangguan-

gangguan yang terjadi pada waktu komunikasi dilakukan. Media

merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber

pesan kepada penerima pesan. Setelah dikemas pesan yang disampaikan

melalui saluran (channel) atau media. Media dapat berupa lisan (oral),

tertulis atau elektronik.

a. Media lisan

Dapat dilakukan dengan menyampaikan sendiri pesan secara lisan

(oral), baik melalui telepon atau saluran yang lainnya kepada

perorangan, kelompok kecil, kelompok besar, atau masa.

Keuntungannya adalah si penerima pesan mendengar langsung

tanggapan atau pertanyaan, memungkinkan disertai nada atau warna

suara, gerak-gerik tubuh atau raut wajah, dan dapat dilakukan dengan

cepat.

b. Media Tertulis

Pesan disampaikan secara tertulis melalui surat, memo, handout,

gambar dan lain-lain. Keuntungannya adalah ada catatannya sehingga

data dan informasi tetap utuh untuk tidak dapat berkurang atau
9

tambah seperti informasi lisan, member waktu untuk dipelajari isinya,

cara penyusunannya dan rumusan kata-katanya.

c. Media Elektronik

Disampaikan melalui faksimili, email, radio, televisi. Keuntungannya

adalah prosesnya cepat, data bisa disimpan. Penggunaan media dalam

penyampaian pesan tentunya dapat mengalami gangguan atau

masalah sehingga dapat menghambat komunikasi.

4. Lingkungan/Situasi Ketika Komunikasi Dilakukan

Lingkungan atau situasi (tempat, waktu, cuaca, iklim, keadaan alam dan

psikologis) adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses

komunikasi. Oleh karena itu pada waktu berkomunikasi dengan orang

lain perlu memperhatikan situasi. Faktor ini diklasifikasikan menjadi

empat:

a. Lingkungan Fisik

Keadaan geografi, ini dapat menyebabkan kesulitan dalam

komunikasi, hal ini bisa disebabkan karena jarak yang jauh, dimana

tidak terdapat fasilitas komunikasi seperti telepon, faksimili, kantor

pos, dan lain-lain.

b. Lingkungan Sosial Budaya

Menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik bisa menjadi

hambatan untuk komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, orang yang

punya bahasa yang berbeda dan tidak saling memahami bahasa yang

digunakan maka dapat menimbulkan macetnya suatu komunikasi.


10

Kepercayaan masyarakat setempat atau ada istiadat dan status sosial

juga mempengaruhi kelancaran komunikasi.

c. Lingkungan Psikologi

Dimensi psikologi adalah pertimbangna kejiwaan yang digunakan

dalam komunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung

orang lain menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak.

d. Dimensi Waktu

Menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan

komunikasi.

5. Pihak yang Menerima Pesan

Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau menjadi sasaran

pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa disebut juga khalayak,

sasaran, komunikan, atau audience/receiver. Penerima pesan bisa

perorangan, atau suatu kelompok, organisasi atau Negara. Satu kunci

keberhasilan komunikasi adalah mengenal karakteristik dari penerima

pesan, dengan mengetahui siapa yang akan menjadi penerima pesan

maka kita dapat merancang suatu pesan sebaik mungkin sesuai

karakteristik penerima sehingga tujuan komunikasi kita tercapai.

6. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang

diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa reaksi secara verbal

maupun non verbal. Umpan balik ini dapat berupa umpan balik positif

atau negatif.
11

Umpan balik positif bila tanggapan penerima menunjukkan

kesediaan menerima atau mengerti pesan dengan baik, serta memberi

tanggapan sesuai yang diinginkan pengirim. Umpan balik negatif adalah

umpan balik yang menunjukkan penerima pesan tidak dapat menerima

dengan baik pesan yang diterimanya.

7. Pengaruh atau Dampak

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima

pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku

seseorang.

2.2 Konsep Dasar Komunikasi Efektif

2.2.1 Pengertian Komunikasi Efektif

Setiap manusia tentunya menginginkan apa yang di komunikasikan

dengan orang lain bisa efektif. Adapun pengertian dari komunikasi efektif

yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude

change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif

memungkinkan seseorang dapat saling bertukar informasi, ide, kepercayaan,

perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai

dengan harapan.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk

menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam komunikasi.

Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami

pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih
12

jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih

menggunakan bahasa nonverbal secara baik. Ada beberapa pendapat para ahli

mengenai komunikasi efektif, antara lain:

1. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008: 13)

menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya

pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,

meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya

menimbulkan suatu tidakan.

2. Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar

komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif

dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing,

diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran yang

relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif

untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah

bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana

lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.

3. Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa

komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan

(accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan

komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif

terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam

pengertian, sikap dan bahasa.


13

Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami

pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga

tercipta feed back yang baik antara pemberi dan penerima pesan (Anggrowati,

dkk., 2017).

3.1.2 Proses Komunkasi Efektif

Suksesnya proses komunikasi yang dilakukan sehingga dapat

menghasilkan komunikasi yang efektif tentu saja dipengaruhi oleh banyak

faktor baik itu faktor komunikator maupun dari komunikan. Faktor akan

mempengaruhi antara lain:

1. Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat

menarik perhatian komunikan. Untuk meracang suatu pesan yang dapat

menarik perhatian ini sebaiknya sebagai komunikator harus mencari tahu

dulu karakteristik orang yang akan kita beri pesan. Selain itu

komunikator harus mempunyai kemampuan sebagai penyampai pesan

yang menarik dan mudah dipahami.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman

yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama

mengerti. Sebaiknya pesan disampaikan dengan beberapa metode dan

tidak hanya secara lisan. Pesan yang disampaikan dengan melibatkan

beberapa panca indra misalnya dapat dilihat, didengar, diraba akan lebih

mudah dimengerti daripada pesan itu hanya disampaikan secara lisan.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Jadi


14

pesan harus sesuai harapan atau sesuai kebutuhan penerima pesan. Pesan

yang disampaikan akan terasa membosankan dan tidak ada arti bagi

penerima pesan apabila pesan itu tidak dibutuhkan.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

dimana komunikan digerakkan untuk memberikan tanggapan sesuai yang

dikehendaki. Solusi pemecahan masalah harus dikemukakan untuk dapat

membantu klien keluar dari masalahnya.

5. Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat

menarik perhatian komunikan. Untuk meracang suatu pesan yang dapat

menarik perhatian ini sebaiknya sebagai komunikator harus mencari tahu

dulu karakteristik orang yang akan kita beri pesan. Selain itu

komunikator harus mempunyai kemampuan sebagai penyampai pesan

yang menarik dan mudah dipahami.

Menurut Wahyunigrum (2010) komunikasi dapat dikatakan efektif apabila

memenuhi 3 hal berikut:

1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang

dimaksud oleh pengirimnya.

2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan

tindak lanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.

3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya

dilakukan untuk menindak lanjuti pesan yang dikirim.


15

3.1.3 Unsur-Unsur Komunkasi Efektif

Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif perlu

diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu:

1. Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik

yang menarik, simpati dan empati dari komunikannya)

2. Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan kebutuhan dan diminati

oleh komunikan)

3. Media (sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan sesuai dengan

kebutuhan komunikan)

4. Perhatikan gangguan-gangguan yang mungkin akan menghambat proses

komunikasi

5. Komunikan (latar belakang dan lain-lain)

6. Pengaruh atau umpan balik (yang diharapkan atau tujuan penyampaian

pesan).

Keenam unsur komunikasi harus saling berhubungan dalam menyampaikan

pesan agar dapat menjadi komunikasi efektif.

3.1.4 Prinsip Dasar Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif menurut DKRI (2002) memiliki prinsip diantaranya

sebagai berikut:

1. Respect (respek)

Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan

bicara. Anda menghargai lawan bicara sama halnya menghargai diri


16

sendiri. Prinsip menghormati ini harus selalu anda pegang dalam

berkomunikasi.

2. Empaty (empati)

Empaty adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau

kondisi yang tengah dihadapi orang lain. Anda mampu merasakan apa

yang dirasakan oleh orang lain, sehingga komunikasi akan terjalin dengan

baik sesuai dengan kondisi psikologis lawan bicara anda.

3. Audible (dapat didengar)

Audible mengandung makna pesan yang harus dapat didengarkan dan

dapat dimengerti. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus anda

perhatikan, yaitu :

a. Pertama, pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang

baik dan benar. Hindari bahasa yang tidak dipahami oleh lawan bicara.

b. Kedua, sampaikan yang penting.pastikan yang penting. Sederhanakan

pesan anda. Langsung saja pada inti persoalan

c. Ketiga, gunakan bahasa tubuh anda. Mimik wajah, kontak mata,

gerakan tangan dan posisi badan bisa dengan mudah terbaca oleh

lawan bicara anda. Tunjukan kesejatian anda dengan mengoptimalkan

bahasa tubuh dan pesan.

d. Keempat, gunakan ilustrasi atau contoh, karena analogi sangat

membantu dalam menyampaikan pesan.


17

4. Clarity (kejelasan)

Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Salah satu

penyebab munculnya salah paham antara satu orang dengan yang lain

adalah informasi yang tidak jelas yang mereka terima.

5. Humble (rendah hati)

Sikap rendah hati anda rendah diri, rendah hati memberi kesempatan

kepada orang lain untuk berbicara terlebih dahulu, dan anda menjadi

pendengar yang baik bentuk.

3.1.5 Bentuk Komunkasi Efektif

Kita tidak hanya membahas tentang pengertian dari komunikasi efektif,

tetapi disini juga telah dijelaskan bentuk dari komunikasi efektif. Di

antaranya sebagai berikut:

1. Komunikasi verbal efektif

a. Berlangsung secara timbal balik

b. Makna pesan ringkas dan jelas

c. Bahasa mudah dipahami

d. Cara penyampaian mudah diterima

e. Disampaikan secara tulus

f. Mempunyai tujuan yang jelas

g. Memperlihatkan norma yang berlaku

h. Disertai dengan humor

2. Komunikasi Nonverbal

Yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi nonverbal adalah:


18

a. Penampilan fisik

b. Sikap tubuh dan cara berjalan

c. Ekspresi wajah

d. Sentuhan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi efektif menurut Uripni,

C.L. (2012):

1. Berkomunikasi pada suasana yang menguntungkan

2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti

3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat dipihak

komunikan

4. Pesan dapat menggugah dipihak komunikan yang dapat

menguntungkannya.

5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward dipihak

komunikan.

3.2 Komunkasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan inti dari semua hubungan antara

manusia. Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang pengertian

komunikasi interpersonal:

1. Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh 2 atau

3 orang dengan jarak fisik diantara mereka yang sangat dekat, bertatap

muka atau bermedia dengan sifat umpan balik yang berlangsung cepat,

adaptasi pasien bersifat khusus serta memiliki tujuan/maksud komunikasi

tidak berstruktur (Liliweri, 2007).


19

2. Komunikasi Interpersonal adalah pertukaran informasi, perasaan atau

pemikiran antar manusia (individu) secara tatap muka (face to face),

individu dengan individu (person to person), verbal non-verbal (Depkes

RI, 2002).

3. Komunikasi interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah,

verbal dan non verbal (Saraswati dan Tarigan, 2002).

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara

dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam

organisasi karena komunikasi diperlukan bagi efektivitas kepemimpinan,

perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konfilk, serta

proses-proses organisasi lainnya. Komunikasi interpersonal biasanya

didefinisikan oleh komunikasi ulama dalam berbagai cara, biasanya

menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama lain dan memiliki

sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau

individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu

kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan

berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan

menegosiasikan realitas sosial. Sementara komunikasi interpersonal dapat

didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain

seperti kelompok dan organisasi.

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan

penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup

semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan,


20

komunikasi nonverbal, dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi

interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang

terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, mungkin

ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif

menyatakan: “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara

verbal ataupun nonverbal” (Mulyana, 2005: 73)

Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda

tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi. Sebagai contoh, jika

seseorang berkomunikasi dengan anggota keluarga, bahwa komunikasi akan

lebih dari mungkin berbeda dari jenis komunikasi yang digunakan ketika

terlibat dalam tindakan komunikatif dengan teman atau penting lainnya.

Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan baik

dan tidak langsung media komunikasi langsung seperti tatap muka interaksi,

serta komputer-mediated-komunikasi. Sukses mengasumsikan bahwa baik

pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan dan memahami pesan-

pesan yang dikirim pada tingkat mengerti makna dan implikasi.

Tujuan komunikasi boleh jadi memberikan keterangan tentang sesuatu

kepada penerima, mempengaruhi sikap penerima, memberikan dukungan

psikologis kepada penerima, atau mempengaruhi penerima. Komunikasi

dapat didefinisikan sebagai penyampaina informasi antara dua orang atau

lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi


21

karena komunikasi diperlukan bagi efektivitas kepemimpinan, perencanaan,

pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konfilk, serta proses-proses

organisasi lainnya.

Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi

ulama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang

tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat

melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi dengan

banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita memahami bagaimana

dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda

untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial. Sementara komunikasi

interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi

dalam konteks lain seperti kelompok dan organisasi.

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan

penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup

semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan,

komunikasi nonverbal, dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi

interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang

terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, mungkin

ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif dan

menyatakan “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara

verbal ataupun nonverbal” (Mulyana, 2005: 73).


22

Secara garis besar komunikasi interpersonal dapat disimpulkan sebagai

proses tatapan muka penyampaian informasi dan saling pengertian antara dua

atau lebih individu. Sedangkan konseling adalah proses pemberian informasi

objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan

keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasa

pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali

kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan

keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifudin, Abdul Bari.,

2001: 39).

3.3 Hubungan Bidan-Ibu dan Keterampilan Komunikasi Efektif dalam

Pelayanan

Dalam melakukan komunikasi dan konseling dengan orang lain secara

interpersonal, penting bagi komunikator memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Memahami Diri Sendiri

Pemahaman diri bertujuan untuk mengetahui dan mengenal

siapakah diri Anda, apakah persepsi Anda dengan orang lain terhadap

diri sendiri sama. Misalnya, Anda merasa ramah, namun menurut orang

lain belum. Pemahaman diri meliputi pengetahuan tentang siapa saya,

apa kelemahan saya, bagaimana perasaan saya dan apa keinginan saya.

Pentingnya pemahaman diri, terutama bagi seorang Bidan, dimana

pekerjaan ini dihadapkan dengan berbagai pengalaman dan kondisi

biologis, psikologis, sosiologis dari klien.


23

2. Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap yang Dimiliki Konselor.

Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai komunikator

maupun konselor dipengaruhi 3 hal, yaitu: Aspek Kognitif

(pengetahuan), Psikomotorik (keterampilan), dan Afektif (sikap).

a. Pengetahuan (Kognitif)

Meliputi pengetahuan tentang :

1) Kesehatan

2) Ilmu kebidanan dan kandungan

3) Masalah yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan

pasca persalin dan upaya pencegahan serta penatalaksanaannya.

4) Keyakinan akan adat istiadat dan norma tertentu

5) Alat dan metode kontrasepsi.

6) Hubungan antar manusia.

7) Komunikasi interpersonal dan konseling.

8) Psikologi

b. Keterampilan (Psikomotorik)

1) Membantu proses persalinan dan berbagai masalah kesehatan.

2) Menggunakan alat-alat pemeriksaan tubuh klien.

3) Melakukan komunikasi interpersonal dan konseling.

4) Menggunakan alat bantu visual untuk pemberian informasi pada

klien.

5) Mengatasi situasi genting yang dihadapi klien.

6) Membantu klien dalam membuat keputusan


24

Selain itu, seorang bidan juga harus memiliki dan menguasai kompetensi

yang meliputi:

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-

ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etika.

2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan

yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluru di masyarakat.

3. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan. Meliputi, deteksi dini,

pengobatan atau rujukan.

4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap

kebudayaan setempat selama persalinan (persalinan bersih, aman dan

menangani situasi kegawatdaruratan).

5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui.

6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi kepada bayi baru lahir

sehat sampai dengan 1 bulan.

7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi kepada bayi dan balita

(1 bulan – 5 tahun).

8. Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada

keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan

system reproduksi.

c. Sikap (Afektif)

1) Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain


25

2) Bersikap ramah, sopan dan santun

3) Menerima klien apa adanya

4) Empati terhadap klien

5) Membantu dengan tulus

6) Terbuka terhadap pendapat orang lain

Seorang bidan perlu memahami bagaiman menghadapi kecemasan,

kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan harus tahu bagaimana

dirinya harus bersikap. Bidan yang tidak memahami dirinya sendiri akan

mengalami kesulitan memahami persoalan yang dialami klien (Lindawati,

2014).
26

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tantangan Komunikasi Dalam Keadaan Berduka dan Kehilangan

Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang

dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan.

Dukacita adalah proses dimana seseorang mengalami respon psikologis,

sosial dan fisik terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Proses dukacita

memiliki sifat yang mendalam, internal, menyedihkan dan

berkepanjangan. Dukacita dapat ditunjukkan melalui pikiran, perasaan

maupun perilaku yang bertujuan untuk mencapai fungsi yang lebih efektif

dengan mengintegrasikan kehilangan ke dalam pengalaman hidup. Pada

saat seseorang yang berduka ingin mencapai fungsi yang lebih efektif,

maka ia harus melewati beberapa tahapan berduka, dimana untuk

mewujudkannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan upaya yang

cukup keras.

Teori Bowlby menjelaskan bahwa proses berduka akibat suatu

kehilangan memiliki empat fase, yaitu : mati rasa dan penyangkalan

terhadap kehilangan, kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang

dicintai dan memprotes kehilangan yang tetap ada, kekacauan kognitif dan

keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya sulit melakukan fungsi

dalam kehidupan sehari-hari, dan tahap terakhir adalah reorganisasi dan

reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat mengembalikan hidupnya.


27

Kehilangan akibat kematian orang yang dicintai merupakan krisis

utama yang memiliki dampak sangat besar pada hidup individu. Keadaan

disekuilibrium yang terjadi akibat krisis atau kehilangan menyebabkan

kecemasan yang besar dan ketidaknyamanan yang ekstrem. Kematian anak

secara umum menimbulkan rasa duka yang kronis dan juga rasa bersalah

yang irasional pada orang tua, sehingga anak yang sudah meninggal tidak

pernah dapat terlupakan. Perasaan-perasaan yang seringkali timbul pada

masa kedukaan antara lain rasa marah dan depresi karena merasa

ditinggalkan oleh anak tersebut, dan disisi lain juga terdapat perasaan tidak

berdaya dimana sebagai orang tua mereka hanya bisa bersedih menghadapi

kematian anaknya. Sadar maupun tidak, orang tua cenderung merasa

bertanggung jawab atas kematian anak mereka dan perasaan ini bercampur

dengan rasa bersalah, tidak berdaya, dan frustasi. Meskipun demikian,

orang tua tetap harus mengatasi perasaan berdukannya dan mencapai tahap

resolusi. Oleh karena itu koping perlu dilakukan untuk rasa berduka yang

dialami akibat kematian orang yang dikasihi.

Koping merupakan upaya kognitif dan perilaku yang berubah

secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal dan/atau internal

tertentu yang dinilai berat dan melebihi sumber daya (kekuatan) seseorang.

Koping bertujuan mengembalikan individu ke kondisi normal

sebagaimana sebelum situasi tersebut terjadi, dengan melihat sumber yang

tersedia untuk mengatasi tekanan tersebut. Pada kondisi ini peran bidan
28

menjadi sangat penting untuk membantu klien dalam melewati masa

berduka dan mengembalikan fungsi diri mereka seperti semula.

Bidan harus menjadi pembimbing yang dapat dipercaya bagi klien.

Bidan harus mengkaji sikapnya sendiri, mempertahankan kehadirannya

yang penuh perhatian, dan menyediakan lingkungan yang aman secara

psikologis sehingga klien dapat mengungkapkan perasaannya. Upaya

Bidan dalam mempertahankan kehadiran yang penuh perhatian dapat

dilakukan dengan menggunakan bahasa tubuh terbuka seperti berdiri atau

duduk dengan lengan ke bawah dan berhadapan dengan klien serta

mempertahankan kontak mata yang cukup, terutama ketika klien berbicara.

Upaya selanjutnya adalah menciptakan lingkungan yang aman secara

psikologis yaitu dengan menjamin kerahasiaan klien, berhenti memberikan

nasihat tertentu, dan memberi klien kebebasan untuk mengungkapkan

pikiran serta perasaannya tanpa merasa takut dihakimi.

3.2 Tantangan Komunikasi Dalam Keadaan Abuse

Subtstance Abuse adalah pola psikoaktif dari penggunaan zat atau

bahan yang beresiko secara fisik bagi kesehatan ibu hamil dan janinnya,

dapat memberikan pengaruh juga secara psikologis. Pengaruh psikologis

tersebutdalam bentuk ketergantungan, kecanduan dan penyalahgunaan.

Gejala- gejalagangguan psikologis akibat substance abuse antara lain :

ganggguan dalamsosialisasi, gelisah, sifat lekas marah, halusinasi,

euphoria atau ketagihan danover dosis, paranoid, stres. Partner abuse


29

merupakan kekerasan atau penyiksaan yang dilakukanoleh pasangan ibu

hamil dan sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan.

Diagnosis keperawatan pada ibu hamil korban kekerasan sangat

bervariasi tergantung dari hasil pengkajian. Diagnosa yang paling sering

muncul antara lain “ketakutan sehubungan dengan resiko injuri pada diri

dan bayi yang di kandungnya. Diagnosa lain yang sering muncul antara

lain : cemas, gangguan body image, penderitaan yang kronis, konflik

pengambilan keputusan, gangguan proses keluarga, kehilangan, gangguan

interaksi sosial, isolasi sosial, coping yang tidak efektif, ketidakberdayaan,

resiko gangguan tumbuh kembang janin, resiko gangguan parenting,

resiko gangguan pemeliharaan kesehatan, resiko injuri, resiko terjadinya

distres spiritual, dan harga diri rendah (Murray &McKinney, 2014).

Wanita korban kekerasan sering kesulitan membangun rencana

perawatan dalam jangka waktu lama., tanpa bantuan orang yang

profesional. Wanita korban kekerasan juga sering kesulitan menghindar

dari situasi yang penuh kekerasan dirumahnya. Perawat harus fokus untuk

membantu ibu membuat perencanaan untuk melindungi ibu dari trauma-

traumalagi dimasa mendatang. Tujuan dan harapan untuk perawatan

wanita korban kekerasan antara lain :1)wanita korban kekerasan mengakui

serangan fisik yang dialaminya, 2) membuat rencana spesifik untuk

menghindari siklus kekerasan lagi, 3) mengidentifikasi sumber-sumber di

lingkungan yang dapat membantu melindungi ibu dan bayinya.


30

Intervensi bidan yang dapat dilakukan dalam membantu ibu hamil

korban kekerasan meliputi :1) mendengarkan, dengan menggunakan

komunikasi terapeutik, 2) membangun perencanaan untuk keamanan, 3)

yakinkan bahwa ibu tidak bersalah, 4) memberikan pendidikan kesehatan,

dan 5) memberikan tindakan rujukan.

3.3 Tantangan Komunikasi Dalam Keadaan Klinis Akut

Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang

berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara

bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan

orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan

kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi

secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena

melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil,

kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk

kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai (Yulifah,

2009).

Komunikasi yang efektif penting untuk kelancaran pelaksanaan

pelayanan kebidanan dan merupakan proses yang dapat melancarkan

pencapaian tujuan, maka iklim yang dapat menciptakan komunikasi yang

efektif dan terbuka perlu diciptakan. Faktor yang menghambat atau

mendorong komunikasi terbuka perlu dipahami oleh tenaga kesehatan

dalam bidang kebidanan. Bidan perlu memahami dan mengaplikasikan

konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan saling


31

percaya dengan klien yang akan membantu perubahan prilaku klien kearah

yang positif (Yulifah,2009).

Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan

hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerjasama yang dilakukan

secara profesional oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah,

mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien

(Yulifah,2009).

Ada beberapa hambatan dan tantangan bidan dalam berkomunikasi

dengan pasien yang memiliki keadaan klinis akut, diantaranya:

1. Bagaimana cara yang tepat untuk bisa jujur pada pasien tanpa

mengurangi harapan mereka?

2. Bagaimana cara menghadapi dan menangani emosi pasien saat mereka

mendengar berita keadaan mengenai dirinya. Apakah saya sanggup ?

3. Kapankah waktu yang tepat untuk menyampaikan keadaan tersebut

pada pasien ?

4. Bagaimana memilih metode komunikasi yang tepat bagi pasien sesuai

dengan latar belakang dan kepribadiannya?

Sebelum berkomunikasi dengan pasien, sangat penting bagi

seorang Bidan untuk mengenali pasiennya, atau paling tidak mengetahui

latar belakang pasien dan keluarganya sebab dalam hal penerimaan

keadaan klinis pasien, kita tidak bisa mengharapkan reaksi yang sama dari

setiap pasien. Banyak faktor yang sangat mempengaruhi reaksi pasien.

Informasi tentang pasien, terutama usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan
32

budaya dapat diketahui dengan mempelajari rekam medis, sedangkan jenis

kepribadian dapat dinilai melalui interaksi yang dilakukan dengan pasien.

Kehadiran anggota keluarga pasien juga merupakan hal yang harus

diperhatikan.

3.4 Tantangan Komunikasi Dalam Keadaan Kelompok Minoritas

Komunikasi kesehatan mengalami perkembangan yang signifikan

sebagai sebuah kajian keilmuan. Hal ini tidak terlepas dari besarnya

perhatian, baik dunia akademis bidang komunikasi dan bidang kesehatan

dengan para praktisi kesehatan yang menyadari akan besarnya peran

komunikasi kesehatan dalam meningkatkan kesehatan manusia. Bidang

komunikasi kesehatan merupakan salah satu kajian yang kompleks,

memiliki area riset dan praktik yang signifikan dalam masyarakat

kontemporer. Bahkan riset komunikasi kesehatan bersifat multidisiplin,

interdisiplin dan transdisiplin. Risetnya dapat dilakukan berdasarkan

paradigma objektif, konstruktif atau kritis.

Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia.

Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi

superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai

superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia

melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara

unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah

ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut

berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan


33

mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai

inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing

untuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal

tersebut (Calvin S. & Gardner. 1985: 79).

Gaya hidup masyarakat dapat membuat pola hidup individu

menjadi sehat atau malah sebaliknya. Kebiasaan untuk melakukan

aktivitas tertentu menjadi media komunikasi interpersonal dalam

masyarakat. Komunikasi kesehatan mempunyai fokus kajian terhadap

proses komunikasi dan isi pesan terhadap wacana kesehatan. Richard K.

Thomas dalam bukunya Health Communication mengatakan,” Health

Communication encompasses the study and use of communication

strategies to inform and influence individual community knowledge,

attitudes and practices (KAP) with regard to health and healthcare”.

Individu dan komunitas membutuhkan informasi dan promosi tentang

pengetahuan, tingkah laku, dan praktek sehat sekaligus menjaga kesehatan

melalui penggunaan strategi komunikasi yang efektif. Komunikasi

memegang peranan penting dalam kegiatan promosi masalah kesehatan,

karena memiliki peran dalam hal :

1. Membangun dialog dengan komunitas, termasuk didalamnya

kelompok minoritas, atau kelompok yang memiliki keterbatasan.

2. Mempengaruhi pemerintah dan jajarannya untuk membuat kebijakan

dan/atau undang-undang mengenai promosi kesehatan


34

3. Meningkatkan kepedulian pemerintah dan jajarannya mengenai

masalah kemiskinan, hak asasi manusia, pemerataan, dan isu

lingkungan

4. Mendorong dukungan masyarakat/public terhadap kebijakan yang

telah dikeluarkan oleh pemerintah serta jajarannya;

5. Menginformasikan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah

kepada masyarakat luas

6. Meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai isu kesehatan, agar

turut berpartisipasi secara aktif; dan

7. Mendorong perilaku masyarakat mengenai isu kesehatan (Firdaus dan

Achmad, 2013: 53-54).


35

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar pribadi dengan

menggunakan symbol, baik verbal maupun non verbal. Sedangkan

Komunikasi kebidanan adalah bentuk komunikasi yang digunakan oleh bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien, seperti ketika seorang

bidan mencari data atau mengkaji klien, melaksanakan asuhan, ataupun

melakukan evaluasi terhadap asuhan yang sudah diberikan. Ada banyak

tantangan komunikasi yang harus dihadapi bidan dalam berbagai keadaan

pasien, seperti keadaan berduka dan kehilangan, abuse, keadaan klinis akut

dan keompok minoritas.

4.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi kepada

bidan, ibu dan masyarakat tentang komunikasi interpersonal/konselin dan

tantang yang dihadapi bidan dalam komunikasi dengan pasien dengan

berbagai keadaan dan situasi.


36

DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati, Rokhmah, A.N. 2017. “Komunikasi Efektif Dalam Praktek


Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas
Pelayanan”. Journal of Health Studies. 1(1). 65-71.

Dalami. 2012. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta:


Trans Info Media.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Komunikasi Efektif. Jakarta:


Depkes RI

Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Fitramaya, Uripmi. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

K.M., Rochmah. 2002. Komunikasi & Konseling dalam Asuhan Kebidanan.


Jakarta : EGC

Lindawati, Rita Dwi. 2014. “Komunikasi Intrapersonal Sebagai Pondasi


Komunikasi Interpersonal” (Online)
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-
cukai/19683komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-komunikasi-
interpersonal. (diakses 18 Maret 2016).

Priyanto, A. 2009. Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Sarana Pelayanan


kesehatan untuk Bidan dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika

Rakhmat, Jalaudin.1966.Psikologi Komunikasi.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Romauli, Suryati. 2013. Komuniksi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai