Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


“ADAPTASI IBU DAN PROSES MENYUSUI”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. CINDY MELANITA P.(222207112)
2. ERLIMA BORU SINAGA (222207108)
3. FINA FITRIANA (222207105)
4. KETUT ARI DEWI M. (222207111)
5. MARWA NAFISHA (222207110)
6. MEILYZA YOSDIANTI (222207107)
7. OKTAVIA DEVI P. (222207106)
8. SRI HANDAYANI (222207109)

UNIVERSITAS JENDERAL AHMAD YANI YOGYAKARTA


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 KEBIDANAN TRANSFER
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu dosen yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Desember 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah proses alami bagi seseorang ibu untuk
menghidupi dan mensejahterakan anak pasca melahirkan (Kemenkes RI,
2014). Menyusui adalah pemberian makanan yang sangat ideal dan
berfungsi untuk pemeliharaan bayi baru lahir baik pertumbuhan dan
perkembangannya dengan memberi makan yang alami, mudah,
menguntungkan keluarga dan mencegah terjadinya penyakit infeksi pada
bayi (Hiyana, 2017). Menyusui adalah suatu proses ketika bayi mengisap
dan menerima air susu dari payudara ibu (Dehury, 2018).
Pemberian ASI secara eksklusif adalah tindakan yang hanya memberikan
ASI saja segera setelah bayi lahir sampai bayi berusia enam bulan tanpa
tambahan makanan dan cairan apapun termasuk air putih (Kemenkes RI,
2017). Menurut Nurfatimah (2015), pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi
dan tim.
Fenomena yang terjadi di masyarakat bahwa ibu nifas yang tidak
memberikan ASI dan lebih memilih memberikan susu formula atau
makanan tambahan di karenakan produksi ASI yang tidak lancar
(Sanima, 2017). Penyebab ASI tidak keluar dengan lancar adalah saluran
ASI tersumbat (obstructed duct) dan sering kali ibu mengeluh, di dalam
payudaranya terdapat benjolan atau bayi kurang suka menyusu karena
ASI kurang lancar. Biasanya saluran ASI tersumbat akibat air susu jarang
dikeluarkan, maka air susu akan mengental sehingga menyumbat lumen
saluran (Turlina, 2015).
Menurut Sumarti (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif, pertama faktor dari ibu sendiri yaitu psikis dan
fisik. Psikis karena seorang ibu takut kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita. Fisik yaitu karena seorang ibu mengalami mastitis.
Faktor kedua yaitu dari dukungan keluarga/suami. Ke tiga adalah Faktor
sosial budaya yaitu ibu bekerja, meniru teman, merasa ketinggalan
zaman. Ke empat faktor pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat,
komunikasi dan edukasi yang memadai dan persiapan antenatal yang
adekuat.

B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara menyusui pada ibu bekerja
2. Mengetahui masalah dalam menyusui
3. Mengetahui bagaimana menyusui pada kondisi khusus
4. Mengetahui apa saja susu pengganti pada bayi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Menyusui Pada Ibu bekerja


Menyusui merupakan hak setiap ibu, termasuk ibu bekerja. Dalam
Konvensi Organisasi Pekerja Internasional tercantum bahwa cuti
melahirkan selama 14 minggu dan penyediaan sarana pendukung ibu
menyusui di tempat kerja wajib diadakan. UndangUndang Perburuhan
Nomor 1 Tahun 1951 memberikan cuti melahirkan selama 12 minggu dan
kesempatan menyusui 2 x 30 menit dalam jam kerja. Namun ibu bekerja
masih dianggap sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka
kegagalan menyusui karena di negara-negara industri 45-60% tenaga kerja
merupakan wanita usia produktif.
1. Menjelang Ibu Bekerja
Pada masa nifas sampai 2 minggu mejelang ibu bekerja, beberapa hal
yang sebaiknya dilakukan :
a. Menyusui bayi langsung dari payudara. Hindari dot/empeng dan
minuman lain selain ASI
b. Mengkonsumsi cairan cukup, makanan bergizi dan hindari stress
agar produksi ASI tidak terganggu.
c. Relaksasi selama 20 menit setiap hari di luar waktu memerah ASI.
d. Berlatih cara memerah ASI.
e. Menetapkan jadwal memerah ASI, setiap 3-4 jam.
f. ASI yang diperah dibekukan untuk persediaan atau tambahan saat
ibu mulai bekerja.
g. Berlatih memberikan ASI perah melalui cangkir, sendok atau pipet
pada jam kerja.
h. Mencari pengasuh yang dapat memberikan ASI dan menjaga bayi
selama ibu bekerja.
i. Melatih pengasuh agar terampil memberikan ASI perah dengan
cangkir, sendork atau pipet.
2. Selama Ibu Bekerja
Hal-hal yang dilakukan menjelang ibu bekerja tetap dilakukan secara
rutin selama ibu sudah bekerja. Ditambah dengan :
a. Berusaha saat pertama kali masuk kerja pada akhir pekan, sehingga
hari kerja ibu pendek dan ibu dapat lebih menyesuaikan diri.
b. Berusaha untuk tidak menumpuk pekerjaan.
c. Menyusui bayi di pagi hari sebelum berangkat kerja dan pada saat
pulang kerja.
d. Menyusui bayi lebih sering pada malam hari agar produksi ASI
lebih lancar serta hubungan ibu-bayi menjadi lebih dekat.
e. Mempersiapkan persediaan ASI perah di dalam lemari es selama
ibu bekerja.
f. Berusaha untuk tetap memerah ASI setiap tiga jam selama bekerja.
3. Memerah ASI
a. Manfaat Memerah ASI
1) Mengurangi bengkak : Memberi minum bayi yang mengalami
kesulitan dlm koordinasi menyusu
2) Mengurangi sumbatan/stasis ASI : Memberi minum bayi,
sementara ia belajar mengisap pd puting yang terbenam
3) Membantu bayi melekat pada payudara yang penuh : Memberi
minum bayi yang “menolak” menyusu, sementara ia belajar
menyukai kegiatan menyusu
4) Memberi minum bayi dg BBLR yang belum bisa menyusu :
Mempertahankan pasokan ASI ketika ibu/ bayinya sakit
5) Memberi minum bayi sakit, yang tdk dapat menyusu dengan
cukup : Meninggalkan ASI utk bayi ketika ibu bekerja
b. Cara Memerah ASI dengan Tangan
1) Meletakkan ibu jari pd payudara (di atas puting & areola).
2) Jari telunjuknya pada payudara dengan jari-jari lainnya
(membentuk huruf C). Jari-jari lainnya menopang payudara.
3) Tekan lembut ke arah dada tanpa memindahkan jarijari, pijat
areola ke arah depan (menggulung). Menekan dan menggulung
dilakukan secara berkesinambungan.
4) Gunakan tangan yang lain untuk menampung ASI perah.
5) Agar semua ASI merata disalurkan, ubah posisi ibu jari ke arah
jam 3 dan keempat jari lainnya ke arah jam 9 (membentuk
huruf U).
6) Lakukan gerakan menekan-memerahmelonggarkan beberapa
kali sampai pancaran ASI berkurang.
7) Perah satu payudara selama 3-5 menit, kemudian beralih ke
payudara lainnya. Lakukan secara bergantian 5-6 kali, sampai
payudara terasa kosong (sekitar 20-30 menit)
c. Wadah Penyimpanan ASI
Wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI adalah yang keras,
terbuat dari kaca atau plastik keras sehingga dapat menyimpan ASI
untuk jangka waktu yang lama. Kantung plastik khusus sebagai
wadah penyimpanan ASI dapat dipergunakan untuk jangka pendek,
yaitu kurang dari 72 jam. Penggunaan kantung plastik untuk jangka
waktu yang lama tidak dianjurkan karena plastik tersebut dapat
tumpah, bocor, terkontaminasi dan beberapa komponen ASI dapat
menempel pada kantung plastik tersebut sehingga nilai gizi ASI
berkurang. Selain itu, wadah penyimpanan ASI sebaiknya kedap
udara.
d. Memberikan ASI Perah
1) ASI yang paling lama disimpan yang pertama diberikan (first
in first out).
2) Menghangatkan ASI beku dengan cara meletakkan dalam
lemari es pada malam sebelum digunakan agar mencair.
3) Hangatkan ASIP dengan cara merendam botol dalam wadah
yang berisi air hangat.
4) Sebelum diberikan kepada bayi, kocok/goyang wadah
penyimpanan ASIP supaya krim dan panas terdistribusi secara
merata.
5) Berikan ASIP menggunakan sendok/cangkir.

B. Masalah Pada Menyusui


Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu ataupun pada bayinya. Pada
sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering
dianggap masalah yang diakibatkan oleh anaknya saja. Masalah menyusui
dapat juga diakibatkan karena keadaan khusus, selain itu ibu sering
mengeluh bayi menangis atau menolak menyusu sehingga ibu
beranggapan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak
baik, sehingga sering menyebabkan ibu mengambil keputusan untuk
menghentikan menyusui (Maryunani, 2015).
Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah: kurang/salah
informasi putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar.
1. Masalah Menyusui Masa Antenatal
a. Kurang / salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya
atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu
formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun
masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai
contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui
bahwa:
1) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan
sering, sehingga dikatakan bayi menderta diare dan sering kali
petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Padahal
sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang
demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
2) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap
perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir
cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan
yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama
beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelum
ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi
menjadi kenyang dan malas menyusu.
3) Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang
menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan
apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran
ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan
kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara
kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila
manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.
b. Putting susu datar atau terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak
selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat
menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang
berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-nerik
puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang
paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan
langsung bayi yang kuat.
2. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini
a. Putting Susu Lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui
karena putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah cek
bagaimana perlekatan ibu-bayi dan apakah terdapat Infeksi
Candida (mulut bayi perlu dilihat). Kulit merah, berkilat, kadang
gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit keringbersisik (flaky)
b. Payudara Bengkak
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak
selalu menjadimasalah. Secara umum ibu tetap masih dapat
menyusui bayinya
c. Mastitis atau Abses Payudara
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau akrena tekanan baju/BH.
3. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Lanjut
a. Sindrom ASI Kurang
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat
dan bayi terus memberikan hisapan efektifnya. Pada keadaan
tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu
upaya yang lebih seperti relaktasi.
b. Ibu yang Bekerja
Seringkali alasan pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti
menyusui. Ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu
menyusui yang bekerja :
1) Susuilah bayi sebelum ibu bekerja
2) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat
kerja serta pangosongan payudara di tempat kerja, setiap 3-4
jam
3) ASI dapat disimpan dilemari pendingin
4) Pada saat ibu dirumah, sesering mungkin bayi disusui
5) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup
selamabekerja dan selama menyusui bayinya.

C. Menyusui Pada Kondisi Khusus


1. Ibu Melahirkan dengan Bedah Sesar
Segeralah lakukan rawat gabung antara ibu dengan bayi jika kondisi
ibu dan bayinya sudah membaik agar ibu dapat dengan segera
menyusui bayinya
2. Ibu Sakit
a. Ibu yang menderita penyakit hepatitis (HbsAg +) atau ADIS (HIV
+) Pada kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat, yang
pertama bahwa ibu yang menderita Hepatitis atau AIDS tidak
diperkenakan menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus
kepada bayinya melalui ASI
b. Ibu dengan TBC Kuman TBC tidak menular melalui ASI, sehingga
ibu dianjurkan untuk menyusui bayinya. Ibu yang menderita TBC
perlu diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan
pada bayi dengan menggunakan masker.
c. Ibu dengan Diabetes Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes
sebaiknya diberikan ASI, namun perlu dimonitor kadar gula
darahnya.
3. Ibu yang Memerlukan Pengobatan
Biasanya ibu akan memilih untuk menghentikan pemberian ASI pada
bayinya bila meminum obat-obatan, karena takut jika obat tersebut
menganggu kesehatan bayinya. Kandungan obat dalam ASI tergantung
dari masa paruh obat dan rasio obat dalam plasma dan ASI. Padahal
kebanyakan obat hanya sebagian kecil yang dapat melalui ASI dan
jarang berakibat kepada bayinya, memang ada beberapa obat yang
sebaiknya tidak diberikan kepada ibu yang sedang menyusui dan bila
ibu memerlukan obat, pilihlah obat yang mempunyai masa paruh obat
pendek dan yang mempunyai rasio ASI plasma kecil atau dicari obat
alternatif yang tidak berakibat kepada bayinya. Anjurkan kepada ibu,
bila memerlukan obat maka sebaiknya diminum segera setelah
menyusui.
4. Ibu Hamil
Biasanya ibu yang sudah hamil lagi tetapi masih memiliki bayi yang
harus disusui tidak memiliki bahaya baik bagi ibu ataupun janinnya
bila sang ibu masih tetap meneruskan menyusui bayinya, tetapi ibu
tetap dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan dalam
porsi yang lebih banyak.

D. Susu Pengganti / Air Susu Ibu (PASI)


1. Pengertian
PASI merupakan makanan bayi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. PASI dapat diberikan
dalam keadaan dimana bayi harus dipisahkan dari ibunya.
2. Syarat Pemberian PASI
a. Ibu sakit keras atau menular
b. Ibu memberikan PASI sesuai ketentuan petugas kesehatan
c. Ibu menggunakan takaran dalam pengenceran PASI sesuai label
yang tertera pada kemasan PASI
d. Air yang digunakan untuk mengencerkan PASI adalah air yang
sudah dimasak
e. Peralatan yang digunakan untuk mengencerkan dan memberikan
PASI dibilas dengan air panas yang telah mendidih
f. Setelah ibu sembuh, sebaiknya ibu segera menyusui bayi
g. Dalam pemberian PASI saat ibu sakit, hendaknya ibu tidak
menggunakan botol dan dot, tetapi gelas dan sendok.
3. Tanda-Tanda Bayi Dapat Diberikan PASI
PASI dapat diberikan jika bayi tidak mendapat kecukupan ASI dengan
tanda-tanda:
a. Bayi menunjukkan tanda dehidrasi berat : BAK < 6 kali sehari,
warna air seninya keruh kecoklatan, bayi rewel luar biasa, tidak
keluar air mata saat menangis, daya turgor melemah.
b. Jika pertumbuhan BB dan TB memiliki pola turun drastis atau
stagnan (jalan ditempat).
c. Bayi tidak aktif dan terlihat tidak sehat.
4. Macam-Macam Susu Formula
a. Starting formula (0-6 bulan)
b. Follow up formula (6-12 bulan)
c. Spesial formula (formula diet)
d. Susu dengan protein hidrolisate dan lemak sederhana
e. Susu formula bayi prematur dan BBLR (bblr< 2500 gr)
f. Susu penambah energi
5. Susu Formula Berdasarkan Kandungan Proteinnya
a. Formula berbahan dasar protein susu sapi
b. Formula berbahan dasar protein susu kambing
c. Formula berbahan dasar protein susu kedelai
6. Dampak Pemberian PASI
a. Diare
b. ISPA
c. Meningkatkan resiko alergi
d. Muntaber
e. Ancaman kekurangan gizi
f. Kematian bayi yang mendadak
7. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian PASI
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Pekerjaan
d. Ekonomi
e. Budaya
f. Psikologis
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menyusui adalah proses alami bagi seseorang ibu untuk menghidupi dan
mensejahterakan anak pasca melahirkan (Kemenkes RI, 2014). Menyusui
adalah pemberian makanan yang sangat ideal dan berfungsi untuk
pemeliharaan bayi baru lahir baik pertumbuhan dan perkembangannya
dengan memberi makan yang alami, mudah, menguntungkan keluarga
dan mencegah terjadinya penyakit infeksi pada bayi (Hiyana, 2017).
Menyusui adalah suatu proses ketika bayi mengisap dan menerima air
susu dari payudara ibu (Dehury, 2018).
Adapun Adaptasi Ibu dalam Proses Menyusui berupa
a. Menyusui pada ibu bekerja
b. Masalah pada menyusui
c. Menyusui pada kondisi khusus
d. Susu pengganti (PASI)

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini , pembaca dan kita juga sebagai
petugas kesehatan dapat mengambil manfaat dari topik makalah ini ,
karena banyaknya ilmu pengetahuanyang sangat penting diketahui oleh
pembaca. Pembaca adapat mengembangkan dan menerapkan berbagai
adaptasi dan proses menyusui baik dalam praktik klinik ataupun
kehidupan sehari-har
DAFTAR PUSTAKA

Widiasih, Restuning. 2008. Masalah-Masalah Dalam Menyusui. Fakultas Ilmu


Keperawatan : Universitas Padjajaran

Aisyaroh, Noveri, dkk. 2018. Model Penerapan Kebijakan ASI Ekslusif Pada Ibu
Bekerja. Semarang: Unissula Press.

Rukiyah, Aiyeyeh, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai