OLEH :
KELOMPOK 5
Venni Ficauly 222207104
Fina Fitriana 222207105
Oktavia Devi Permatahati 222207106
Meilyza Yosdianti 222207107
Erlima Boru Sinaga 222207108
Marwa Nafisha 222207109
Ketut Ari Dewi M. 222207110
Cindy Melanita Putri 222207111
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin secara
konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hal ini merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial. Dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukanberbagai upaya kesehatan, salah
satunya dalam bentuk pelayana kesehatan. Pelayanan kesehatan bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, kelompok dan masyarakat. Pelayanan Kebidanan,
yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan ditujukan khusus kepada
perempuan, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pelayanan Kebidanan harus diberikan
secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman.
d. Tanggungjawab Bidan Dalam Peraturan
Tanggung jawab seorang bidan dalam menentukan mutu kinerja bidan.
mengarah pada kinerja tindakan dari tugas, mencakup tindakan para staf dalam
memberikan pelayanan kesehatan untuk kesejahteraan pasen. Sedangkan
akontabilitas mengarah pada hasil dari tindakan yang dilakukan. Ini berarti
menerima hasil keria atau tindakan serta tanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil, serta tindakan, dan catatan yang dilakukan dalam batas
kewenangannya.
1. Tanggungjawab terhadap peraturan perundang-undangan
2. Tanggungjawab terhadap pengembangan kompetensi
3. Tanggungjawab terhadap penyimpanan pendokumentasian
4. Tanggungjawab terhadap klien dan keluarganya
5. Tanggungjawab terhadap profesi
6. Tanggungjawab terhadap masyarakat
e. Wewenang Bidan
Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Kebidanan telah diatur tentang tugas dan wewenang bidan dalam pasal tersebut
yaitu dalam pasal 46 – pasal 59.
f. Manajemen dan Kepemimpinan yang Dapat Dilakukan Oleh Bidan Sesuai
Pelayanan yang Diberikan
1. Kompetensi Inti
Mampu menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan dalam
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dalam pelayanan
kebidanan sehingga mampu menetapkan prioritas dan menyelesaikan
masalah dengan menggunakan sumber daya secara efisien.
2. Lulusan Bidan Mampu
a. Mengembangkan konsep kepemimpinan dalam pelayanan dan
praktik kebidanan sebagai model peran dan mentor.
b. Merancang alternatif pemecahan masalah dalam pelayanan dan
praktik kebidanan.
c. Merencanakan keputusan strategis dalam pelayanan dan praktik
kebidanan.
d. Mengelola pelayanan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
e. Merancang pembentukan tim (team building) dalam praktik
kebidanan.
f. Membangun kemitraan/jejaring bersama pemangku
kepentingan interprofesional dalam meningkatkan kualitas
asuhan kebidanan.
g. Merancang advokasi untuk memperjuangkan hak-hak kesehatan
reproduksi perempuan dan anak.
h. Merancang advokasi mendukung kebijakan dalam penerapan prinsip
keadilan gender.
i. Mengidentifikasi potensi dalam upaya penggerakan peran serta
masyarakat untuk peningkatan kualitas pelayanan kebidanan .
j. Merancang strategi pemberdayaan perempuan dalam bernegosiasi
dan mengatasi risiko.
k. Melakukan advokasi dan berpartisipasi aktif dalam menentukan
kebijakan pelayanan dan praktik kebidanan terhadap perempuan dan
anak.
l. Merumuskan alternatif pemecahan masalah yang muncul dalam
proses perubahan praktik kebidanan.
m. Menganalisis peluang dalam meningkatkan profesionalitas
bidan.
n. Mengembangkan penelitian kebidanan sebagai sumber
informasi profesi.
o. Melakukan toleransi ambiguitas, untuk dapat berfungsi dengan
nyaman, sabar dan efektif dalam lingkungan yang tidak pasti.
p. Mengelola praktik kebidanan secara mandiri yang berkesinambungan.
q. Menganalisis peluang dan memelopori pembaharuan dalam
pelayanan dan praktik kebidanan.
r. Menerapkan Manajemen Risiko dalam Pelayanan kesehatan dan/atau
Kebidanan
s. Mengembangkan manajemen mutu Pelayanan Kesehatan dan/atau
kebidanan.
t. Mengembangkan kerja sama lintas program dan lintas sector tingkat
nasional, regional, maupun lokal.
u. Menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
membangun dan mengembangkan jejaring lintas program dan lintas
sector
KELOMPOK 2
PERMENKES NO. 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGARAAN PRAKTIK BIDAN
A. Bidan Praktik Mandiri
Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh nidan kepada pasien (individu, keluarga, dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang yang
menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga
dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program. (Imamah, 2012)
Bidan Praktek Mandiri memiliki berbagai persyaratan khusus untuk
menjalankan prakteknya, seperti tempat atau ruangan praktek, peralatan,
obatobatan. Namun pada kenyataannya BPM sekarang kurang memperhatikan
dan memenuhi kelengkapan praktek serta kebutuhan kliennya. Di samping
peralatan yang kurang lengkaptindakan dalam memberikan pelayanan kurang
ramah dan bersahabat dengan klien. Sehingga masyarakat berasumsi bahwa
pelayanan kesehatan bidan praktek mandiri tersebut kurang memuaskan.
(Rhiea,2011). Menurut Permenkes nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan, Bidan memiliki kewenangan untuk meberikan
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
B. Tanggungjawab dan Wewenang Bidan
1. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan praktik kebidanan dalam pasal 18 bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Pasal 19
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf
a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,
masa nifas,
masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
a. konseling pada masa sebelum hamil;
b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a. episiotomi;
b. pertolongan persalinan normal;
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif;
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan postpartum;
i. penyuluhan dan konseling;
j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
3. Pasal 20
a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf
b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
1) pelayanan neonatal esensial;
2) penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
3) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan
4) konseling dan penyuluhan.
c. Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas
diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil
dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: