Anda di halaman 1dari 6

Nama : Asifa Permata Sari

Asal : PKM Sumberjaya


Angkatan : V (LIMA )
Materi : Etika Kebidanan
Fasilitator : Ibu Mery Destiaty ,SKM, M.Kes

Resume :
1. Kepmenkes 320 tahun 2020

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan Kebidanan baik
di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah
memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik Kebidanan.

Pendidikan kebidanan terdiri atas pendidikan akademik, pendidikan vokasi (program D III,
DIV), dan pendidikan profesi. Pendidikan akademik terdiri dari program sarjana, program
magister, dan program doktor. Pendidikan vokasi merupakan program diploma tiga (D III, D IV)
kebidanan. Sedangkan pendidikan profesi merupakan program lanjutan dari program pendidikan
setara sarjana atau program sarjana.

Berdasarkan UU 4/2019, untuk dapat berpraktik mandiri, bidan, baik dengan pendidikan
akademik maupun pendidikan vokasi wajib mengambil pendidikan profesi. Tanpa mengambil
pendidikan profesi mereka hanya diperbolehkan berpraktik di fasilitas kesehatan.

Selain syarat lulus pendidikan kebidanan, seorang  bidan juga wajib wajib melakukan registrasi
dan izin praktik. Registrasi dibuktikan dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang diberikan
konsil kepada bidan yang memenuhi persyaratan, yaitu memiliki:

1. Ijazah dari perguruan tinggi kebidanan.


2. Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi.

3. Surat keterangan sehat fisik dan mental

4. Surat pernyataan telah mengucapkan janji/sumpah profesi, dan

5. Surat pernyataan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.

Sedangkan izin praktik, berupa Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) diberikan oleh Pemerintah
Daerah Kota/Kabupaten kepada bidan yang telah memiliki STR dan tempat praktik.

UU 4/2019 berlaku mulai tanggal 15 Maret 2019, ada masa peralihan yang membuat bidan tetap
dapat menjalankan praktik kebidanan yang selama ini telah berjalan. Pada saat Undang-Undang
ini mulai berlaku, setiap orang yang sedang mengikuti pendidikan Kebidanan D IV dapat
berpraktik sebagai Bidan lulusan D IV di Fasilitas Pelayanan Kesehatan setelah lulus pendidikan
kecuali praktik mandiri Bidan.
Sedangkan, Bidan lulusan D IV sebelum Undang-Undang ini mulai berlaku dapat berpraktik di
Fasilitas Kesehatan kecuali praktik mandiri Bidan. Bidan lulusan di bawah D III Kebidanan yang
telah melakukan Praktik Kebidanan sebelum Undang-Undang ini diundangkan masih tetap dapat
melakukan Praktik Kebidanan untuk jangka waktu paling lama Bulan Oktober Tahun 2020.

Sementara itu, Bidan lulusan D III dan Bidan lulusan D IV yang telah melaksanakan Praktik
Kebidanan secara mandiri di Tempat Praktik Mandiri Bidan sebelum Undang-Undang ini
diundangkan, masih dapat menjalankan praktik tersebut paling lama hingga 7 tahun setelah
pengundangan UU 4/2019. Setelah itu, bagi bidan lulusan D3 yang melakukan praktik mandiri
dapat mengikuti penyetaraan Bidan lulusan profesi melalui rekognisi pembelajaran lampau.

Selanjutnya pada Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan dalam rangka melindungi masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Setiap
tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik keprofesiannya harus memiliki izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 menjelaskan dalam menjalankan praktik kebidanan, bidan
paling rendah memiliki kualifikasi jenjang pendidikan Diploma Tiga Kebidanan. Selain itu,
setiap bidan yang akan menyelenggarakan praktik kebidanan harus memiliki Surat Tanda
Registrasi Bidang (STRB). STRB diperoleh setelah bidan memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Disampingnya itu pula, setiap bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki
Surat Izin Praktik Bidan (SIPB). SPIB ini diberikan kepada bidan yang telah memiliki STRB.
SIPB diterbitkan oleh instansi pemberi izin yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan


pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, serta memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan KB.

Selain itu, praktik mandiri bidan harus memasang papan nama dan paling sedikit memuat nama
bidan, nomor STRB, nomor SIPB, dan waktu pelayanan. Kemudian praktik mandiri bidan juga
harus melaksanakan pengelolaan limbah medis melalui kerjasama dengan institusi yang memiliki
instalasi pengelolaan limbah. Hal ini dilakukan demi menghindari dari penyalahgunaan limbah
tersebut

Kompetensi bidan menurut Permenkes No 320 Tahun 2020 ini merupakan penyempurnaan dari
standar kompetensi bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan yang tertuang dalam keputusan
Menteri kesehatan nomor 369 tentang standard profesi bidan dan pearturan menteri kesehatan no
28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan stanar tersebut disusun
berdasakan body Knowledge, Falsafah dan paradigma pelayanan kebidanan serta pola hubungan
kemitraan (Patnership) bidan dan perempuan yang berfokus pada kebutuhan perempuan.
Standard komptensi ini memuat standard kompetensi lulusan pendidikan profesi bidan dengan
sebutan bidan dan lulusan pendidikan diploma III kebidanan dengan sebutan ahli madya
kebidnan.

a. Diktum Kesatu Keputusan Menteri Kesehatan No 320 tahun 2020 tentang standard
profesi bidan menyatakan bahwa standard kompetensi dan Kode etik profesi

b. Dictum kedua Keputusan menteri Kesehatan No 320 Tahun 2020 menyatakan bahwa
mengesahkan standard kompetensi bidan sebagaimana dimaksud dalam dictum kesatu
hurup a tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan menteri ini.

c. Dictum ketiga Keputusan Menteri KesehatanNo 320 Tahun 2020 menyatakan bahwa
kode etik profesi sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatuan huruf b ditetapkan oleh
organisasi profesi.

d. Dictum keempat keputusan Menteri kesehatan no 320 tahun 2020 menyatakan bahwa
pada saat keputusan menteri ini mulai berlaku keputusan menteri kesehatan no
369/menkes/SK/III/2007 tentang standard profesi bidan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Berikut adalah area kompetensi bidan yang meliputi 7 area termasuk komponen kompetensi
didalamnya:

1) Etik legal dan keselamatan klien

a. Memiliki perilaku profesional


b. Mematuhi aspek etik legal dalam praktik kebidanan
c. Menghargai hak dan privasi perempuan serta keluarganya
d. Menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan

2) Komunikasi efektif

a. Berkomunikasi dengan perempuan dan anggota keluarganya


b. Berkomunikasi dengan masyarakat
c. Berkomunikasi dengan rekan sejawat
d. Berkomunikasi dengan profesi lain/tim kesehatan lain
e. Berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)

3) Pengembangan diri dan profesionalisme

a. Bersikap mawas diri


b. Melakukan pengembangan diri sebagai bidan profesional
c. Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan perempuan,
keluarga, dan masyarakat

4) Landasan ilmiah praktik kebidanan

a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:
1) Bayi baru lahir (neonates)
2) Bayi, balita dan anak prasekolah
3) Remaja
4) Masa sebelum hamil
5) Masa kehamilan
6) Masa persalinan
7) Masa pasca keguguran
8) Masa nifas
9) Masa antara
10) Masa klimakterium 6
11) Pelayanan keluarga berencana
12) Pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan
b. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan situasi
kegawatdaruratan dan sistem rujukan
c. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Kebidanan

5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan

a. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada bayi


baru lahir (neonatus), kondisi gawat darurat, dan rujukan
b. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada bayi,
balita dan anak pra sekolah, kondisi gawat darurat, dan rujukan
c. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi kesehatan
reproduksi pada remaja perempuan
d. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi kesehatan
reproduksi pada masa sebelum hamil
e. Memiliki keterampilan untuk memberikan pelayanan anc komprehensif untuk
memaksimalkan, kesehatan ibu hamil dan janin serta asuhan kegawatdaruratan dan
rujukan
f. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada ibu
bersalin, kondisi gawat darurat dan rujukan
g. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada pasca
keguguran, kondisi gawat darurat dan rujukan
h. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada ibu
nifas, kondisi gawat darurat dan rujukan
i. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualtias pada masa
antara
j. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada masa
klimakterium
k. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
pelayanan keluarga berencana
l. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas 7
m. Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik klinis kebidanan
6) Promosi kesehatan dan konseling

a. Memiliki kemampuan merancang kegiatan promosi kesehatan reproduksi pada


perempuan, keluarga, dan masyarakat
b. Memiliki kemampuan mengorganisir dan melaksanakan kegiatan promosi kesehatan
reproduksi dan seksualitas perempuan
c. Memiliki kemampuan mengembangkan program kie dan konseling kesehatan reproduksi
dan seksualitas perempuan

7) Manajemen dan kepemimpinan

a. Memiliki pengetahuan tentang konsep kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya


kebidanan
b. Memiliki kemampuan melakukan analisis faktor yang mempengaruhi kebijakan dan
strategi pelayanan kebidanan pada perempuan, bayi, dan anak
c. Mampu menjadi role model dan agen perubahan di masyarakat khususnya dalam
kesehatan reproduksi perempuan dan anak
d. Memiliki kemampuan menjalin jejaring lintas program dan lintas sector
e. Mampu menerapkan manajemen mutu pelayanan kesehatan

Keputusan menteri no 320 tahun 2020 ini dimaksudkan utuk memastikan masyarakat
mendapatkan pelayanan kebidanan berstandar oleh bidan yang berkompeten. Tujuan umum
tersedianya dokumen yang menggambarkan kerakteristik pengetahuan keterampilan, dan prilaku
bidan sebagai acuan semua pihak memerlukan referensi untuk mengetahui dan memahami
kopentensi bidan.

Tujuan khusus dari keputusan menteri kesehatan no 320 tahun 2020:

a. tersedianya referensi untuk penyusunan kurikulum pendidikan kebidanan “ penyusunan


pedoman program pengembangan profesi secara berkelanjuta” dan akreditasi institusi
pendidikan kebidanan.

b. Tersedianya acuan untuk “penyusunan standarraktik dan pelayanan kebidanan” dan


kegiatan pembinaan dan evaluasi pelayanan kebidanan.

Manfaat adanya keputusan menteri kesehatan no 320 tahun 2020

a. bagi bidan manfaatnya sebagaipedoman dalam pelaksanaan praktik kebidanan dan alat
ukur kemampuan diri.

b. Bagi organisasi profesi manfaatnya sebagai standarisasi kompetensi bidan dan dasar
referensi pengembangan profesi bidan.

c. Bagi asosiasi institusi pendidikan kebidanan adalah sebagai dasar referensi


penyelengaraan dan pengembangan pendidikan kebidanan.

d. Bagi pemerintah / pengguna adalah sebagai referensi dalam menentukan remunerasi


profesi bidan, Dasar pengaturan dalam pendayagunaan karir bidan,
e. sedangkan bagi masyarakat manfaatnya adalah: memperoleh gambaran tentang profesi
bidan dan menentukan pilihan dalam memperoleh pelayanan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai