Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MORAL PENUNJANG ETIKA PROFESI

DI SUSUN OLEH:

DINCHE YULLIA ADHA (1903021195)


INRENO SELVI NOVERIA (1903021280)
KARTIKA RANU (1903021281)
OKTRIKA (1903021216)
RUHAIDA (1903021227)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
(D IV KEBIDANAN)

STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU


2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
segala kenikmatan kepada kita semua, sehingga dengan ridho-Nya penyusunan Makalah
Moral Penunjang Etika Profesi ini dapat terselesaikan.

Makalah Moral Penunjang Etika Profesi ini disusun sebagai tugas kelompok dalam
mata kuliah Humaniora pada program studi kebidanan program sarjana terapan
(DIV Kebidanan).

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
selalu mendorong dan membantu kami dalam penyelesaian dan penyusunan makalah ini.
semoga Allah SWT selalu memberi keberkahan dan keselamatan kepada kita semua,
Amin.

Akhirnya dengan penuh kesadaran dan keterbatasan kemampuan kami, bahwa


Makalah Moral Penunjang Etika Profesi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Tim

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

A. PENGERTIAN MORAL ................................................................................... 1


B. PENGERTIAN ETIKA ..................................................................................... 1
C. PENGERTIAN PROFESI.................................................................................. 1
D. PROFESI LUHUR ........................................................................................... 2
E. BENTUK – BENTUK PROFESI ......................................................................... 3
F. PENGERTIAN ETIKA PROFESI ........................................................................ 3
G. ETIKA PROFESI............................................................................................. 3
H. MAFAAT ETIKA PROFESI .............................................................................. 4
I. PERILAKU ETIS PROFESIONAL ...................................................................... 5
J. PENTINGNYA ETIKA DAN MORAL ................................................................. 7
K. FAKTOR- FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN ETIKA .............. 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

iii
A. PENGERTIAN MORAL

a. Kata Moral berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari
bahasa latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif
b. Moral adalah perbuatan / atau tingkah laku / ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakat, maka orang itu di nilai mempunyai nilai
yang baik, begitu juga sebaliknya.
c. Menurut Wikipedia (2012), moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan
dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai – nila yang baik dan buruk.
d. Moral secara etimologi sama dengan Etika, yaitu: nilai – nilai dan norma – norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.

B. PENGERTIAN ETIKA

a. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Ethos. Dalam bentuk tunggal berarti
tempat tinggal yang biasa, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap dan cara berfpikir. Sedangkan dalam arti jamak (La Etha) berarti adat
kebiasaan. Dapat dipahami secara etimologis, etika berarti Ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
b. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Etika dipahami sebagai ilmu
tentang apa yang buruk dan apa yang baik, dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
c. Etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang yang baik dan
yang buruk, menjadi panutan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik
(menurut Rosita Noer).

C. PENGERTIAN PROFESI

a. Profesi merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan hidup dari seseorang yang
ditekuni ketika bekerja .
b. Kata profesi berasal dari bahasa latin professus, yang berarti kegiatan yang
berhubungan dengan sumpah dan janji yang bersifat religius.

1
c. Profesional suatu sifat yang dimiliki seseorang secara tehnis dan operasional
ditetapkan dalam batas – batas etika profesi.
d. Pengertian profesi menurut Onstien dan Live 1984: Melayani masyarakat,
merupakan karir yang dilakukan sepanjang hayat. Melakukan bidang dan ilmu dan
keterampilan tertentu. Memerlukan latihan khusus dalam jangka waktu yang
lama. Melakukan status sosial dan ekonomi tinggi.
e. Menurut De George, ptofesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai bagian
pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
f. Profesi oleh berbagai ilmu diartikan sebagai pekerjaan dengan keahlian khusus
menuntut pengetahuan tinggi, dengan berbagai pelatihan khusus.

D. PROFESI LUHUR

Frans Magnis Suseno membedakan profesi menjadi profesi pada umumnya dan
profesi luhur. Profesi luhur merupakan profesi yang menekankan pada pengabdian
kepada masyarakat sehingga merupakan sutu pelayanan pada manusia atau masyarakat
dengan motivasi utama bukan memperoleh nafkah dari pekerjaannya. Terdapat pula dua
kategori untuk profesi luhur yaitu, mendahulukan orang yang dibantu, sera mengabdi
pada tuntutan luhur profesi.

Pelaksanaan profesi luhur yang baik menurut Magnis Suseno harus didukung dengan
moralitas yang tinggi. Berkaitan dengan moralitas tinggi magnis menyatakan terdapat tiga
ciri:

1. berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi
2. Sadar akan kewajibannya
3. Memiliki edealisme yang tinggi

Profesi luhur tidak hanya menjadi pendapat para ahli akan tetapi telah diterapkan
dalam peraturan perundangan , seperti undang - undang nomor 18 tahun 2003 tentang
Advokat. Catur Wangsa penegak hukum seperti Polisi, Jaksa, Hakim, Advokat.

Sikap seorang yang profesional

a. Komitmen tinggi
b. Tanggung Jawab
c. Berpikir Objektif
d. Menguasai Materi
e. Berfikir Sistematis

2
Prinsip Etika Profesi

a. Tanggung jawab
b. Kebebasan
c. Kejujuran
d. Keadilan
e. Otonomi

E. BENTUK BENTUK PROFESI

Berdasarkan bentuknya, profesi dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok besar :

a. Profesi Khusus
Yang merupakan profesi yang menekankan kepada nafkah atau penghasilan
sebagai tujuan utamanya
b. Profesi Luhur
Lebih menekankan kepada jiwa luhur dan pengabdian

F. PENGERTIAN ETIKA PROFESI

a. Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota
masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama.
b. Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
c. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsi – prinsip
moral dasar atau norma – norma etis umum pada bidang – bidang khusus
(profesi) kehidupan manusia.
d. Etika profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan
profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering
(rekayasa), science, medis / dokter, dan sebagainya.

G. ETIKA PROFESI

Sikap moral yang ada pada umumnya dijadikan pedoman bagi manusia ketika
mengambil suatu tindakan. Renungan terhadap moralitas tersebut merupakan pekerjaan

3
etika. Dengan demikian, setiap manusia siapapun dan apapun profesinya membutuhkan
perenungan – perenungan atas moralitas yang terkait dengan profesinya. Dalam konteks
inilah lalu timbul suatu cabang etika yang disebut etika profesi.

Etika profesi harus dinamis mengikuti perkembangan masyarakat sesuai dengan


prinsip – prinsip moral yang berkembang dan hidup di masyarakat, karena logika dari
terbentuknya hukum karena kehendadak masyarakat guna kepentingan masyarakat.
Cicero mengemukakan dimana ada masyarakat disana pasti ada hukum.

Etika merupakan hasil perenungan dari moralitas yang dirasakan perlu adanya etika
dalam kehidupan, karena merupakan kewajiban moral untuk mewujudkan sesuatu yang
baik bagi diri sendiri, kelompok, masyarakat, maupun bangsa dan negara.

Etika yang berakitan dengan etika profesi merupakan etika yang senantiasa
mengikuti perkembangan modernisasi yang tak dapat di bendung, sehingga perlunya
etika yang kritis untuk mengatasi kendala yang ada. Tidak dapat dipungkiri penyandang
profesi, pemuka masyarakat/adat, filosof, hukum yang berfungsi sebagai salah satu faktor
penentu etika yang kritis. Keadialan, kepastian hukum, equality before the law
merupakan harapan moral masyarakat yang masih terus diperjuangkan.

H. MAFAAT ETIKA PROFESI

Etika profesi merupakan bagian dari kebutuhan profesi dalam sistem pergulatan
profesi baik diantara profesi itu sendiri maupun terhadap masyrakat.

Adapun manfaat etika profesi dalam perkembangan terdiri dari :

a. Manfaat terhadap diri sendiri


Penyandang profesi memiliki kesempatan luas untuk mengabdikan diri demi
kepentingan publik.
b. Manfaat terhadap masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhannya
mengingat profesi memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki pihak lain.
c. Manfaat terhadap negara
Penyandang profesi dapat berperan serta memajukan negara dengan keahlian
bidang tertentu yang dimilikinya. Segala bidang dengan aktivitas negara salaing
terkait, apabila segala bidang kehidupan dapat berjalan dengan maksimal maka
mekanisme pembangunan dalam segala bidang menjadi maju yang berdampak
pada kemajuan negara.

4
d. Manfaat terhadap hukum
Negara kita adalah negara hukum dan hukum adalah panglima yang tertinggi.

I. PERILAKU ETIS PROFESIONAL

Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang
berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional.
Pengetahuan tentang perilaku yang etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan
berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku
yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku
pengambilan keputusan yang etis utuk membantu memecahkan masalah etika.

Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /
kebidanan.

a. Pendekatan berdasarkan prinsip


Pendeatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk
menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Chilldress (1994)
menyatakan 4 (empat) pendekatan prinsip dalam etika biomedik antara lain :

1. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap


kapasitas otonomi setiap orang;
2. Menghindarkan membuat suatu kesalahan;
3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan
segala konsekuensinya;
4. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi. Dilema etik
muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik
dalam bertindak.

b. Pendekatan berdasarkan asuhan


Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarka prinsip dalam
bioetik mengarahkan banyak perawat atau bidan untuk memandang “care” atau
asuhan sebagai fondasi dan kewajiban moral. Hubungan perawat / bidan dengan
pasien merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana memberikan

5
langsung perhatian khusus kepada pasien, sebagaimana dilakukan sepanjang
kehidupannya sebagai perawat atau bidan.

Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana perawat / bidan


dapat membagi waktu untuk dapat duduk bersama dengan pasien atau sejawat,
merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan bila diterapkan
berdasarkan etika.
Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi :
1. Berpusat pada hubungan internasional dalam asuhan;
2. Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau
pasien sebagai manusia;
3. Mau mendengarkan dan mengolah saran – saran dari orang lain sebagai dasar
yang mengarah kepada tanggung jawab profesional;
4. Mengingat kembali arti tanggung jawab moral yang meliputi kebajikan seperti
kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih sayang, dan menerima
kenyataan. (Taylor, 1993)

Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya kepada pasien dan
belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan salah satu peran
yang sudah dilegitimasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan atau
kebidanan. Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung
hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat atau bidan,
dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan.

Perawat atau bidan yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan


keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sebagai berikut:

1. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap Memegang teguh
komitmen utamanya terhadap pasien;
2. Berikan prioritas utama terhadap pasien dan masyarakat pada umumnya;
3. Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi
dalam kesembuhan pasien. bila menghargai otonomi, perawat atau bidan
harus memberikan informasi si yang akurat, menghormati dan mendukung
hak pasien dalam mengambil keputusan.

Kebidanan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat

6
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang
mengatur hubungan antara bidan dengan pasien adalah etika. Etika dan moral
merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi
penuntun dalam berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak
manusia.

Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari
prinsip-prinsip Suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. Doheny et
All, 1982). Profesi kebidanan mempunyai kontak sosial dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi kebidanan untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan.

J. PENTINGNYA ETIKA DAN MORAL

Harus didukung oleh sikap dalam tutur kata yang baik dan tingkah laku (perbuatan)
yang baik pula, karena pada dasarnya seseorang akan melihat cara kita berbicara dan
tingkah laku kita saat berbicara dengan lawan bicara kita. Misalnya: jika kita tidak dapat
bertutur kata dengan baik dalam dunia bisnis, rekan bisnis kita pasti akan merasa kecewa
karena semula ingin bekerja sama dengan anda, karena melihat dari segi tutur kata atau
tingkah laku anda kurang baik, itu akan menjadi minus bagi anda di mata rekan bisnis
anda.

Begitu juga dalam bermasyarakat, jika dalam lingkungan Perumahan atau sekitar
rumah anda, Anda tidak dapat menjaga etika dan moral, secara sikap dan tingkah laku
maka dalam kehidupan bermasyarakat anda akan mendapatkan predikat yang kurang
baik.

Betapa pentingnya etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari karena jika tanpa
etika dalam dunia pekerjaan dan melakukan aktivitas yang berdialog dengan lawan bicara
tanpa mempunyai etika dan moral yang kurang bagus, akan terasa sekali dampaknya
pada diri kita sendiri, jika dengan etika dan moral yang bagus seseorang akan merasa
nyaman berdialog dengan kita jika tanpa didukung oleh etika yang minim dan moral yang
tidak bagus, seseorang akan segan untuk berdialog atau berkomunikasi dengan kita.

7
K. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN ETIKA
1. Faktor Internal
a. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis sangat berperan penting bagi individu, karena disinilah sikap
individu mulai terbentuk. Misalkan saja seseorang yang tidak mempunyai
kemampuan fisik ( cacat fisik) akan mempunyai tingkat kepercayaan diri yang
berbeda dengan seseorang yang normal. Seseorang cacat fisik cenderung kurang
percaya diri dan menutup diri dari orang lain. Contoh lainnya adalah tingkat
kesanggupan badan untuk melakukan kerja juga akan mempengaruhi sikap
individu.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis juga berperan dalam pembentukan sikap. Karena dengan aspek
psikologis akan berdampak pada sikap individu, jika psikologis seseorang sehat
dan mampu beradaptasi maka akan terbentuk sikap yang positif, sebaliknya jika
aspek psikologis terganggu maka sikap yang ditimbulkan juga mengarah pada
kejahatan dan penyimpangan perilaku.
c. Faktor motivasi
Motivasi sendiri berperan untuk memberikan dorongan Agar suatu tujuan dapat
tercapai titik motivasi juga berdasarkan lingkungan sekitar, bagaimana cara
individu menyesuaikan situasi agar terbentuk sikap yang baik.

2. Faktor Eksternal
a. Faktor pengalaman
Faktor pengalaman pada individu memberikan pengajaran dan pengetahuan pada
seseorang. Dengan pengalaman seseorang akan mengetahui bagaimana
menentukan sikap yang baik atau buruk. Misalkan pada seseorang yang punya
banyak pengalaman berharga, bisa saja ia menjadi orang yang bijaksana atau
bahkan menjadi orang yang sombong.
b. Faktor situasi
Faktor situasi dapat dikatakan sebagai peluang untuk menentukan dan
membentuk sikap. Dalam setiap situasi individu harus mampu beradaptasi karena

8
jika tidak dikawatirkan akan muncul sikap-sikap yang kurang pantas untuk
ditampilkan dalam masyarakat.
c. Faktor norma
Norma dalam kehidupan dapat memberikan batasan-batasan, dalam
hubungannya dengan sikap individu adalah sikap yang timbul dapat bervariasi.
Misalkan saja seseorang yang anggota keluarganya seorang militer, dia akan
membentuk sikap yang cenderung disiplin dan Sedikit keras. Lain halnya pada
seseorang yang anggota keluarganya seorang pencuri, dia akan cenderung lebih
santai dalam menjalani hidup dan bahkan tidak mempunyai sopan santun.
d. Faktor hambatan
Dari kata hambatan saja dapat disimpulkan bahwa faktor ini mempengaruhi
terbentuknya sikap titik hambatan itu sendiri dapat ditemui dalam lingkungan
intrinsik maupun ekstrinsik, dan disini sikap seseorang akan susah untuk
dimunculkan.
e. Faktor pendorong
Faktor pendorong dapat digunakan sebagai pembentuk sikap titik dorongan dapat
timbul oleh pengaruh yang datang dari diri sendiri maupun lingkungan luar,
pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.

Faktor-faktor internal maupun eksternal tersebut dapat berpengaruh dalam


pembentukan sikap, sikap yang terbentuk juga akan menimbulkan sebuah reaksi. Reaksi
tersebut dapat bersifat positif maupun negatif, reaksi yang positif dapat menunjukkan
sikap yang sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat lainnya. Sedangkan reaksi
negatif dapat menunjukkan sikap seseorang yang kurang serasi dalam kehidupan
masyarakat.

Pada akhirnya yang menilai dan yang memantau reaksi tersebut adalah objek sikap.
Objek sikap sendiri berhak untuk menilai apakah sikap dan reaksi yang individu timbulkan
berhak untuk diberi sebuah penghargaan atau bahkan kecaman. Karena di sini seseorang
tidak dapat menilai dirinya sendiri tanpa dukungan dari orang lain.

Contoh Dalam Kehidupan Sehari-Hari:

a. Faktor pengalaman
Seorang perawat profesional mempunyai pengalaman melakukan kegiatan injeksi
dan dia juga pernah menjadi objek mahasiswa coba dalam tes injeksi. Pada saat ia

9
menjadi seorang mahasiswa Iya juga merasa gugup untuk melakukan injeksi,
tetapi karena sekarang ia sudah Mahir maka ia akan bersikap lebih menarik,
tenang. Dan reaksi yang ditimbulkan ia akan memberikan pelayanan yang
memuaskan pada pasien, dan pasien sendiri akan merasa diuntungkan.
b. Faktor psikologis
Misalkan ada seorang perawat mengalami depresi akibat permasalahan
perekonomian keluarga atau bahkan tugas kerja yang dibebankan terlalu banyak.
maka ia akan memunculkan reaksi yang negatif ia akan cepat emosi, tidak fokus
dalam bekerja, dan pihak yang dirugikan adalah pasien. Sudah sakit masih
mendapat perlakuan yang buruk dari perawat dan tidak mendapatkan pelayanan
secara maksimal.
c. Faktor motivasi
Motivasi diperlukan oleh seorang perawat untuk berkembang menjadi yang lebih
baik lagi titik dorongan yang dihasilkan akan membentuk sikap perawat yang
profesional, bertanggung jawab pada tugasnya. Reaksi yang ditimbulkan juga
bermacam-macam, tingkah laku dan penampilan yang menarik, pandai dan
cekatan serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan dapat
menghibur pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Risneni, dkk. 2016. Humaniora Dalam Kebidanan. Bogor: In Media

11

Anda mungkin juga menyukai