Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MENERAPKAN KODE ETIK DALAM MANAJEMEN ASUHAN


KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN IBU NIFAS

DISUSUN

OLEH

NABILA SAUNA

NIM: 21020008

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, taufik, dan
hidayahNya sehingga kami bisa menyelesaikan  makalah dengan judul
“Menerapkan Kode Etik Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin dan Ibu Nifas” tanpa ada halangan suatu apapun.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
penulisan makalah ini tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Pihak – pihak yang telah memberikan dukungan
dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Sigli, 18 Mei 2022


Penulis

Nabila Sauna

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Peran Dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik Dan Fungsi Majelis
Pertimbangan Etik Profesi........................................................................2
B. Tugas Sebagai Bidan Berdasarkan Etik Dan Kode Etik Profesi..............5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang dalam suatu sistem. Bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pendidik,
pengelola, dan peneliti, sedangkan fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan
sesuai dengan perananya. Dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai fungsi
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti

B. RUMUSAN MASALAH
1. Peran dan fungsi majelis pertimbangan kode etik, peran dan fungsi majelis
pertimbangan etik profesi
2. Tugas sebagai bidan berdasarkan etik dan kode etik profesi
a) Menerapkan kode etik dalam menejemen asuhan kebidanan pada ibu
bersalin
b) Menerapkan kode etik dalam menejemen asuhan kebidanan pada ibu
nifas

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK DAN


FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK PROFESI
1. Pengertian
Pengertian majelis etika profesi merupakan badan perlindungan hukum
terhadap para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan
yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum. Realisasi
Majelis Etika Profesi Bidan adalah dalam bentuk MPEB dan Majelis Pembelaan
Anggota (MPA).
Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma, etika dan agama. Tetapi apabila
ada kesalahan dan menimbulkan konflik etik, maka diperlukan wadah untuk
menentukan standar profesi, prosedur yang baku dan kode etik yang di sepakati,
maka perlu di bentuk Majelis Etika Bidan, yaitu MPEB dan MPA.
Tujuan dibentuknya Majelis Etika Bidan adalah untuk memberikan
perlindungan yang seimbang dan objektif kepada Bidan dan Penerima Pelayanan.
2. Unsur-Unsur Majelis Pertimbangan Etika Bidan
MPEB merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan
tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum.
Latar belakang dibentuknya Majelis Pertimbangan Etika Bidan atau MPEB
adalah adanya unsur-unsur pihak-pihak terkait:
a. Pemeriksa pelayanan untuk pasien
b. Sarana pelayanan kesehatan
c. Tenaga pemberi pelayanan yaitu bidan.
3. Dasar Penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi
Dasar penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi adalah Majelis
Pembinaan dan Pengawasan Etik Pelayanan Medis (MP2EPM), yang meliputi:

2
a. Kepmenkes RI no. 1464/Menkes/X/2010.
Memberikan pertimbangan, pembinaan, pengawasan, dan mengikut
sertakan terhadap semuaprofesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan
medis.
b. Peraturan Pemerintah no. 1464 Tahun 2010 BAB V Pasal 21
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesinya untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap
segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
c. Surat keputusan Menteri Kesehatan no. 640/Menkes/Per/X/1991,
tentang pembentukan MP2EPM.
Dasar Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan atau MDTK adalah sebagai
berikut:
1) Pasal 14 Ayat 1 UUD 1945
2) UU no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3) KEPRES tahun 1995 Tentang Pembentukan MDTK.
4. Tujuan
a. Pembentukan Majelis Pertimbangan Etika Bidan
b. Untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada
bidan dan penerima pelayanan.
c. Untuk memberikan keadilan pada bidan bila terjadi kesalah pahaman
dengan pasien atas pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa
menimbulkan tuntutan dari pihak pasien.
d. Keberadaan Majelis Pertimbangan Etika Bidan
e. Meningkatkan Citra IBI dalam meningkatkan Mutu Pelayanan yang
diberikan.
f. Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran
terhadap kode etik bidan Indonesia.
g. Meningkatkan Kepercayaan diri anggota IBI.
h. Meningkatkan kepecayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan
pelayanan.

3
5. Lingkup Majelis Etika Kebidanan
Meliputi :
a. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi
pelayanan bidan (Permenkes No. 1464/Menkes/PER/2010/tahun 2010).
b. Melakukan suvei lapangan, termasuk tentang teknis dan pelaksanaan
praktik, termasuk penyimpangan yang terjadi. Apakah pelaksanaan
praktik bidan sesuai dengan Standar Praktik Bidan, Standar Profesi dan
Standar Pelayanan Kebidanan, juga batas-batas kewenangan bidan.
c. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.
d. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang umum kesehatan, khususnya
yang berkaitan atau melandasi praktik bidan.
6. Perorganisasian Majelis Etik Kebidanan
a. Majelis etik kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri,
otonom dan non struktural.
b. Majelis etik kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.
c. Majelis etik kebidanan pusat berkedudukan di ibu kota negara dan majelis
etik kebidanan propinsi berkedudukan di ibu kota propinsi.
d. Majelis etik kebidanan pusat dan propinsi dibantu oleh sekretaris.
e. Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang
f. Masa bakti anggota majelis etik kebidanan selama tiga tahun dan
sesudahnya, jika berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang
berlaku, maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
g. Anggota majelis etik kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh menteri
kesehatan
h. Susunan organisasi majelis etik kebidanan terdiri dari:
 Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan dibidang
hukum
 Sekretaris merangkap anggota
 Anggota majelis etik bidan

4
7. Tugas
Tugas MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi
dan berkoordinasi dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara
internal memberikan saran, pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik yang
sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan
pembelaan aggota.
DPEB dan MPA memiliki tugas antara lain:
a. Mengkaji
b. Menangani
c. Mendampingi anggota yang mengalami permasalahan dalam praktek
kebidanan yang berkaitan dengan permasalahan hukum.

B. TUGAS SEBAGAI BIDAN BERDASARKAN ETIK DAN KODE ETIK


PROFESI
1. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
a. Definisi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal
dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social
bagi ibu dan keluarga. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah
penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibuagar seluruh
rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman dan baik bagi ibu
maupun bagi bayi yang dilahirkan.
b. Tujuan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek saying ibu dan sayang bayi.
c. Langkah-langkah
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
1) Kala I yaitu, dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam)

5
serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks
membuka dari 3 sampai 10 cm.
Tindakan yang dilakukan:
a) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti
suami, keluarga atau teman dekat.
b) Mengatur aktivitas dan posisi ibu
c) Membumbing ibu untuk rileks saat ada his
d) Menjelaskan tenteng kemajuan persalinan
e) Menjaga kebersihan diri
f) Mengatasi rasa panas
g) Masase
h) Pemberian cukup minum
i) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
j) sentuhan

2) Kala II yaitu,dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi


lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi. Seorang bidan harus mendukung ibu atas usahanya untuk
melahirkan bayinya. Berikut adalah tindakan atau penanganan yang
dilakukan selama persalinan (kala II):
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Menghadirkan seseorang untuk menyemangati, memberi minum,
mengipasi atau memijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri Bersihkan cairan yang ada untuk
menghindari infeksi pada ibu
c) Mengipasi dan masase Menambah kenyamanan bagi ibu
d) Memberikan dukungan mental Mngurangi kecemasan ibu dengan
cara:

– Menjaga privasi ibu


– Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

6
– Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
keterlibatan ibu
e) Mengatur posisi ibu
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong
g) Memberikan cukup minum
h) Memimpin mengedan
i) Bernafas selama persalinan
j) Pemantauan denyut jantung janin
k) Membantu melahirkan bayi:
– Menolong kelahiran kepala
– Periksa tali pusat
– Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya

l) Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh


tubuh
m) Merangsang bayi

3) Kala III yaitu: Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tidakan:
a) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
b) Memberikan oksitosin
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT
(CTT/Centroled Cord Traction)
d) Masase fundus

4) Kala IV yaitu: dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama


post partum. Masa post partum merupakan saat paling kritis untuk
mencegah kematian ibu terutama kematian yang diakibatkan karena
pendarahan. Tindakan pemeriksaan:

7
a) Fundus: rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di
atau dibawah umbilicus.
– Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan
– Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
– Masase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi
b) Plasenta: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada
bagian-bagian yang tersisa dalam uterus
c) Selaput ketuban: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak
ada bagian-bagian yang tersisa dalam uterus
d) Perineum: periksa luka robekan pada perineum dan vaginayang
membutuhkan jahitan
e) Memperkirakan pengeluaran darah
f) Lochia: periksa apakah ada darah keluar langsung. Jika lochia
berkontraksi kuat, lochia kemungkinan tidak lebih dari menstruasi.
g) Kandung kemih: pastikan kandung kemih tidak terisi penuh.
Kandung kemih yang terisi penuh akan membuat uterus naik keatas
dan menyebabkan tidak berkontraksi kuat.
h) Kondisi ibu: apabila kondisi ibu tidak stabil, pantau terus
kondisinya dan penuhi apa yang ibu inginkan.
i) Kondisi bayi baru lahir: pastikan kondisi bayi sehat.
Asuhan bidan:
a) Ikat tali pusat
b) Pemeriksaan fundus dan masase
c) Nutrisi dan hidrasi
d) Bersihkan ibu
e) Istirahat
f) Peningkatan hubungan ibu dan bayi Biarkan bayi pada ibu untuk
meningkatkan hubungan ibu dengan bayi.
g) Memulai menyusui

8
Bayi sangat siap segera saat dilahirkan. Hal ini sangat tepat untuk
mulai memberikan asi. Menyusui juga membantu uterus
berkontraksi.
h) Menolong ibu ke kamar mandi
Pastikan ibu telah buang air kecil dalam 3 jam selama postpartum
i) Mengajari ibu dan anggota keluarga
Beri tahu pada ibudan keluarga bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi dan tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

d. Konsep dasar Kebijakan pelayanan asuhan ibu bersalin:


a. Semua persalinan harus dihadiri atau dipantau oleh petugas kesehatan
terlatih
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk
menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24
jam
c. Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harustersedia bagi
seluruh petugas terlatih

2. Menerapkan Manajemen Asuhsan Kebidanan Pada Ibu Nifas


Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Pernyataan ini juga
diperjelas oleh Abdul Bari (2000) yang menyatakan bahwa masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Dengan kata lain
asuhan masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan
Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk
mempercapat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan, ibu dan bayi selama periode nifas.

9
a. Standar Pelayanan Nifas
Standart 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai beyi baru lahir untuk memastikan
pernapasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelaianan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah dan menangani hipotermi.
Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.
Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal
hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu untuk memulai pemberian
ASI.
Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah
persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau
perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikann penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.
b. Tujuan PNC
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah :
1) Menjagakesehatanibudanbayinya,baikfisikmaupunpsikologis.
2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan
bayi sehari hari.
4) MemberikanpelayananKB.

10
c. Kunjungan PNC
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir.
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1) KunjunganI: 6–8 jam setelah persalinan Tujuannya :
a) Mencegahperdarahanmasanifaskarenaatoniauteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) PemberianASIawal.
e) Melakukanhubunganantaraibudanbayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah melahirkan atau sampai keadaan
ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2) Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan Tujuannya :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
b) Menilaiadanyatanda–tandademaminfeksiatauperdarahanabnormal.
c) Memastikanibumendapatcukupmakanan,minumandanistirahat.
d) Memastikanibumenyusuidengandanmemperhatikantanda–
tandapenyakit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3) Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4) Kunjungan IV: 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a) Menanyakanibutentangpenyakit–penyakityangdialami.

11
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar,1998).
d. Perawatan Pada Masa Nifas
a) EarlyAmbulation
– Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas
mungkin berjalan
– Keuntungan earlyambulation:
 Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
 Faalusus dan kandung kencing lebih baik
 Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya :
memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dll
b) Diet
– Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk
dapat meningkatkan kesehatan dan memberikan ASI, makanan
yang baik mempercepat menyembuhan alat-alat kandungan
Miksi dan Defekasi
 Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya
penderita disuruh kencing 4 jam post partum. Bila kandung
kencing penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi
 Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
terdapat kesulitan dapat diberikan obat laksans peroral atau
per rectal
c) Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya

e. Implementers Hak hak Ibu Nifas


Bila bayi meninggal, maka laktasi harus dihentikan dengan cara:
1) Pembalutan mammae sampai tertekan

12
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral
dan periodel
Beberapa hak hak pasien secara umum adalah :
1) Hak untuk memperoleh informasi
2) Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas
3) Hak untuk mendapatkan perlindungan dalam pelayanan
4) Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
5) Hak untuk mendapatkan pendampingan suami atau keluarga dalam
pelayanan
6) Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut, bidan berkewajiban
memberikan asuhan sesuai standar. Standar asuhan pada ibu nifas telah diatur
dalam KEPMENKES 369/ MenKes/ 2007.
Implementasi hak hak untuk ibu postnatal dan bayi, bisa diartikan
dengan gerakan sayang ibu. Gerakan sayang ibu merupakan suatu gerakan
yang dilaksanakan dalam upaya membantu salah satu program pemerintah
untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang
berdampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil,
melahirkan dan nifas. Program ini bertujuan memberikan stimulant dalam
memperhatikan gizi keluarga terutama ibu hamil, dan ibu menyusui.
Metode yang digunakan pada program ini adalah meningkatkan
kepahaman pada keluarga dengan pendampingan dan penyuluhan,
pembentukan komunitas (kelompok masyarakat) yang terdiri dari masyarakat
sasaran dan stakeholders.
Selain hak untuk mendapatkan pendampingan dalam gerakan sayang
ibu, implementasi hak ibu post natal juga dapat berupa hak ibu dalam
menyusui bayi. Kita tidak dapat memaksa ibu untuk menyusui kalau tidak
ingin. Karena menyusui itu juga melibatkan keikhlasan ibu, bukan hanya
sekedar memberikan ASI kepada bayinya. Sebaliknya, tidak ada seorangpun
yang boleh menghalangi seorang ibu memenuhi haknya untuk menyusui
bayinya.

13
Selain ibu, bayi juga punya hak. Mendapatkan ASI ibu adalah hak
bayi. Hal ini juga diatur dalam konvensi Hk anak pasal 24 yang menyatakan
bahwa anak (atau bayi) berhak atas standar kesehatan tertinggi yang dapat
diadakan. Yang paling essensial dari hak ini adalah hak hidup si anak. Dia
berhak mendapatkan kehidupan yang layak di muka bumi ini.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang dalam suatu sistem. Bidan memiliki peran sebagai
pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti, sedangkan fungsi merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan perananya. Dalam
menjalankan tugasnya bidan mempunyai fungsi sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik dan peneliti

15
DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani, Dwiana. 2008. Konsep Kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya


Runjati, M.Mid. 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Wahyuningsih, Heni Puji.2009. Etika Profesi Kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya
Bryar, Rosamund. 1995. Theory for Midwifery Practice. Macmillan: Houndmills.
Baston H, Hall J. 2013. Midwifery Essentials Antenatal. Elsevier, UK.
Cunningham, Mac Donald, Gant. 2009. William Obstetric. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Diane MF, Cooper MA. 2009. Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta: EGC.
JHPIEGO. 2003. Panduan Pengajaran Kebidanan Fisiologi Bagi Dosen Diploma III
Kebidanan. Buku Ante Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
JNPKKR – POGI. 2004. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBP – SP.
JNPKKR – POGI. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP- SP.
Kusmiyati Y, Wahyuningsih HP. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta:
Fitramaya. Pusdiknakes. 2001. Asuhan Antenatal. Jakarta: WHO:JHPIEGO.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono.
Varney H, Kriebs JM, Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
WHO dan Pusdiklatnakes. 2011. Panduan Asuhan Antenatal Untuk
Preseptor/Mentor. Jakarta: Pusdiknakes.

16

Anda mungkin juga menyukai