DOSEN PENGAMPUH :
SURIYATI , S.ST., M. Keb.
1. ATRISIAH (F0G020059)
2. RISKI ANITA RAHAYU ( F0G020060)
3. KITRI ANDRIYANI (F0G020072)
4. PIPI ULAN SARI (F0G020069)
5. LARA DWI RAMADINI (F0G020083)
Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya. Sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktunya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan
yang telah banyak membantu memberikan sumbang saran sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….………………............
B. Rumusan Masalah………………………………….……...……………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
1. Peran dan fungsi majelis pertimbangan kode etik, peran dan fungsi majelis pertimbangan
etik profesi
2. Tugas sebagai bidan berdasarkan etik dan kode etik profesi
a. Menerapkan kode etik dalam menejemen asuhan kebidanan pada ibu hamil
b. Menerapkan kode etik dalam menejemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin
c. Menerapkan kode etik dalam menejemen asuhan kebidanan pada ibu nifas
d. Menerapkan kode etik dalam menejemen asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita
dan anak pra sekolah
e. Menerapkan kode etik dalam menejemen asuhan kebidanan pada Kesehatan reproduksi
B. RUMUSAN MASALAH
1. Peran dan fungsi majelis pertimbangan kode etik, peran dan fungsi majelis
pertimbangan etik profesi
A. Pengertian
Pengertian majelis etika profesi merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak
melakukan indikasi penyimpangan hukum. Realisasi Majelis Etika Profesi Bidan adalah dalam
bentuk MPEB dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA).
Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma, etika dan agama. Tetapi apabila ada kesalahan dan
menimbulkan konflik etik, maka diperlukan wadah untuk menentukan standar profesi, prosedur
yang baku dan kode etik yang di sepakati, maka perlu di bentuk Majelis Etika Bidan, yaitu
MPEB dan MPA.
Tujuan dibentuknya Majelis Etika Bidan adalah untuk memberikan perlindungan yang seimbang
dan objektif kepada Bidan dan Penerima Pelayanan.
MPEB merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan sehubungan dengan adanya
tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan
hukum.
Latar belakang dibentuknya Majelis Pertimbangan Etika Bidan atau MPEB adalah adanya unsur-
unsur pihak-pihak terkait:
Dasar penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi adalah Majelis Pembinaan dan
Pengawasan Etik Pelayanan Medis (MP2EPM), yang meliputi:
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan
bahaya bagi kesehatan.
Dasar Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan atau MDTK adalah sebagai berikut:
D. Tujuan
2. Untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan penerima
pelayanan.
3. Untuk memberikan keadilan pada bidan bila terjadi kesalah pahaman dengan pasien atas
pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa menimbulkan tuntutan dari pihak pasien.
6. Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran terhadap kode etik
bidan Indonesia.
Meliputi :
2. Melakukan suvei lapangan, termasuk tentang teknis dan pelaksanaan praktik, termasuk
penyimpangan yang terjadi. Apakah pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan Standar Praktik
Bidan, Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan, juga batas-batas kewenangan bidan.
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang umum kesehatan, khususnya yang berkaitan atau
melandasi praktik bidan.
1. Majelis etik kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri, otonom dan non
struktural.
2. Majelis etik kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.
3. Majelis etik kebidanan pusat berkedudukan di ibu kota negara dan majelis etik kebidanan
propinsi berkedudukan di ibu kota propinsi.
6. Masa bakti anggota majelis etik kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya, jika berdasarkan
evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku, maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
7. Anggota majelis etik kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh menteri kesehatan
G. Tugas
Tugas MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan
berkoordinasi dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara internal
memberikan saran, pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang dihadapi
khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan aggota.
1. Mengkaji
2. Menangani
Pelayanan kebidanan disuatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik. Setiap
institusi pelayanan memiliki norma dalam memberikan pelayanan yang terdiri dari beberapa
praktisi kesehatan.
Walaupun demikian subjek pelayanan hanya satu yaitu manusia atau individu sehingga individu
harrus jelas batas wewenang. Kewenangan bidan tertuang daalam KEPMENKES
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan . mengenai kejelasan peran
bidan diatur dalam standar praktik kebidanan dan standa pelayanan kebidanan . Asuhan adalah
bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu, klien (Depkes, 1996:3).
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan berdasarkan ilmu kebidanan pada wanita
sesuai wewenang dan tanggung jawab seorang bidan.
a. Definisi
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami
kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan
kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
fisik dan mentalnya.
Semua perubahan fisik pada ibu mengakibatkan terjainya perubahan psikis berupa rasa tidak
percaya diri terhadap penampilan dirinya. Pada masa ini, ada ibu yang ,merasa enggan
berpergian, bahkan ada yang sampai menarik diri dari aktivitas kehidupan social sebagai seorang
ibu. Untuk mengantisipasi supaya dampak-dampak negative seperti yang dipaparkan di atas tidak
terjadi terlalu berat pada ibu, dan untuk mengantisipasi supaya persalinan berlangsung aman dan
tidak terjadi trauma terlalu berat, baik terhadap ibu maupun janin, ibu hamil perlu diberi asuhan
kehamilan.
Semakin bertambah usia kehamilan, akan mengakibatkan bentuk tubuh ibu berubah yang semula
langsing menjadi tidak langsing lagi. Buah dada mulai membesar, pembulih-pembuluh darah
pada perut tampak biru, perut semakin menonjol kedepan.
Asuhan ibu hamil oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,menetapkan diagnosis
dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk menjamin keamanan dan kepuasan serta
kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan.
b. Tujuan
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan
pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetric selama
kehamilan
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puer perium
normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis, dan social.
Proses manajemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yang harus dilaksanakan
secara brurutan,dan secara periodic perlu di ulang-ulang sesuai dengan kondisi ibu hamil yang
diberi asuhan.Penerapan 7 langkah manajemen menurut varney dalam member asuhan kebidanan
pada ibu hamil secara sistematis adalah sebagai berikut:
Pada langkah ini data subjektif dan data objektif yang dikaji di analisis menggunakan
teiri fisiologis dan patologis,sesuai dengan perkembangan kehamilan berdasarkan umur
kehamilan itu pada saat diberi asuhan,termasuk teori tatang kebutuhan fisik dan psikologis ibu
hamil.Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusab diagnosis kehamilan.
Selanjutnya,rumuskan masalah yang terjadi sesuai dengan kondisi ibu saat diberi asuhan.
Masalah juga merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan perkembangan fisiologis
kehamilan, adaptasi ibu yang tidak positif terhadap kehamilan.
3. Merumuskan diagnosis atau masalah potensial, dan tindakan segera sebagai antisipasinya
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi
klien.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat
menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
Rencana asuhan yang menyeluruh mengacu pada diagnosis, masalah asuhan serta
kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi client.
Sebagai contoh memberikan penyuluhan kepada ibu terhadap kebutuhan ibu hamil.
Pelaksanaan rencana asuhan bias dilaksanakan oleh bidan langsung, bias juga dengan
memperdayakan ibu. Misalnya pada rencana asuhan. Diatas, setelah ibu mendapat layanan
konseling dari biadan tentang cara menghindarkan diri dari kontak dengan asap rokok, dibuat
kesepakatan tentang cara/tindakan yang digunakan. Setelah ibu melaksanakan hasilnya
dievaluasi oleh bidan.
b. Tujuan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek saying ibu dan sayang bayi.
c. Langkah-langkah
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
1) Kala I yaitu, dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses
ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
Tindakan yang dilakukan:
a) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga atau teman
dekat.
b) Mengatur aktivitas dan posisi ibu
c) Membumbing ibu untuk rileks saat ada his
d) Menjelaskan tenteng kemajuan persalinan
e) Menjaga kebersihan diri
f) Mengatasi rasa panas
g) Masase
h) Pemberian cukup minum
i) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
j) sentuhan
2) Kala II yaitu,dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Seorang bidan harus mendukung
ibu atas usahanya untuk melahirkan bayinya. Berikut adalah tindakan atau penanganan yang
dilakukan selama persalinan (kala II):
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Menghadirkan seseorang untuk menyemangati, memberi minum, mengipasi atau memijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri Bersihkan cairan yang ada untuk menghindari infeksi pada ibu
c) Mengipasi dan masase Menambah kenyamanan bagi ibu
d) Memberikan dukungan mental Mngurangi kecemasan ibu dengan cara:
3) Kala III yaitu: Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
Tidakan:
a) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
b) Memberikan oksitosin
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CTT/Centroled Cord Traction)
d) Masase fundus
4) Kala IV yaitu: dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Masa post
partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu terutama kematian yang
diakibatkan karena pendarahan. Tindakan pemeriksaan:
a) Fundus: rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di atau dibawah umbilicus.
Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan
Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
Masase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi
b) Plasenta: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa
dalam uterus
c) Selaput ketuban: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang
tersisa dalam uterus
d) Perineum: periksa luka robekan pada perineum dan vaginayang membutuhkan jahitan
e) Memperkirakan pengeluaran darah
f) Lochia: periksa apakah ada darah keluar langsung. Jika lochia berkontraksi kuat, lochia
kemungkinan tidak lebih dari menstruasi.
g) Kandung kemih: pastikan kandung kemih tidak terisi penuh. Kandung kemih yang terisi
penuh akan membuat uterus naik keatas dan menyebabkan tidak berkontraksi kuat.
h) Kondisi ibu: apabila kondisi ibu tidak stabil, pantau terus kondisinya dan penuhi apa yang
ibu inginkan.
i) Kondisi bayi baru lahir: pastikan kondisi bayi sehat.
Asuhan bidan:
a) Ikat tali pusat
b) Pemeriksaan fundus dan masase
c) Nutrisi dan hidrasi
d) Bersihkan ibu
e) Istirahat
f) Peningkatan hubungan ibu dan bayi Biarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dengan bayi.
g) Memulai menyusui
Bayi sangat siap segera saat dilahirkan. Hal ini sangat tepat untuk mulai memberikan asi.
Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
h) Menolong ibu ke kamar mandi
Pastikan ibu telah buang air kecil dalam 3 jam selama postpartum
i) Mengajari ibu dan anggota keluarga
Beri tahu pada ibudan keluarga bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi dan
tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.
D. Tujuan PNC
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah :
1. Menjagakesehatanibudanbayinya,baikfisikmaupunpsikologis.
2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari hari. 4.
MemberikanpelayananKB.
E. Kunjungan PNC
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir.
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1. KunjunganI:6–8jamsetelahpersalinan Tujuannya :
a. Mencegahperdarahanmasanifaskarenaatoniauteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. PemberianASIawal.
e. Melakukanhubunganantaraibudanbayi.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah melahirkan atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan Tujuannya :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilaiadanyatanda–tandademaminfeksiatauperdarahanabnormal.
c. Memastikanibumendapatcukupmakanan,minumandanistirahat.
d. Memastikanibumenyusuidengandanmemperhatikantanda–tandapenyakit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari. 3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan ) 4.
KunjunganIV:6minggusetelahpersalinan.
Tujuannya :
a. Menanyakanibutentangpenyakit–penyakityangdialami.
b. MemberikankonselinguntukKBsecaradini(Mochtar,1998).
F. PerawatanPadaMasaNifas
1. EarlyAmbulation
a. Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
b. Keuntunganearlyambulation:
Penderitamerasalebihsehatdanlebihkuat Faalususdankandungkencinglebihbaik
Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya : memandikan, mengganti pakaian,
memberi makanan, dll
C. Diet
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dan
memberikan ASI, makanan yang baik mempercepat menyembuhan alat-alat kandungan
MiksidanDefekasi
Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya penderita disuruh kencing 4 jam post
partum. Bila kandung kencing penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi
Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terdapat kesulitan dapat diberikan obat
laksans peroral atau per rectal
Perawatanpayudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
4. Hakuntukmendapatkanjaminankesehatan
5.Hakuntukmendapatkanpendampingansuamiataukeluargadalampelayanan 6.
Hakuntukmendapatkanpelayanansesuaipilihan.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut, bidan berkewajiban memberikan asuhan sesuai
standar. Standar asuhan pada ibu nifas telah diatur dalam KEPMENKES 369/ MenKes/ 2007.
Implementasi hak hak untuk ibu postnatal dan bayi, bisa diartikan dengan gerakan sayang ibu.
Gerakan sayang ibu merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan dalam upaya membantu salah
satu program pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan
yang berdampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan
nifas. Program ini bertujuan memberikan stimulant dalam memperhatikan gizi keluarga terutama
ibu hamil, dan ibu menyusui.
Metode yang digunakan pada program ini adalah meningkatkan kepahaman pada keluarga
dengan pendampingan dan penyuluhan, pembentukan komunitas (kelompok masyarakat) yang
terdiri dari masyarakat sasaran dan stakeholders.
Selain hak untuk mendapatkan pendampingan dalam gerakan sayang ibu, implementasi hak ibu
post natal juga dapat berupa hak ibu dalam menyusui bayi. Kita tidak dapat memaksa ibu untuk
menyusui kalau tidak ingin. Karena menyusui itu juga melibatkan keikhlasan ibu, bukan hanya
sekedar memberikan ASI kepada bayinya. Sebaliknya, tidak ada seorangpun yang boleh
menghalangi seorang ibu memenuhi haknya untuk menyusui bayinya.
Selain ibu, bayi juga punya hak. Mendapatkan ASI ibu adalah hak bayi. Hal ini juga diatur dalam
konvensi Hk anak pasal 24 yang menyatakan bahwa anak (atau bayi) berhak atas standar
kesehatan tertinggi yang dapat diadakan. Yang paling
essensial dari hak ini adalah hak hidup si anak. Dia berhak mendapatkan kehidupan yang layak
di muka bumi ini.
A. Kesimpulan
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang dalam suatu sistem. Bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pendidik,
pengelola, dan peneliti, sedangkan fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan
sesuai dengan perananya. Dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai fungsi sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti
DAFTAR PUSTAKA