A. Pengertian
Pengertian majelis etika profesi merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak
melakukan indikasi penyimpangan hukum. Realisasi Majelis Etika Profesi Bidan adalah
dalam bentuk MPEB dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA).
Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma, etika dan agama. Tetapi apabila ada kesalahan
dan menimbulkan konflik etik, maka diperlukan wadah untuk menentukan standar profesi,
prosedur yang baku dan kode etik yang di sepakati, maka perlu di bentuk Majelis Etika
Bidan, yaitu MPEB dan MPA.
Tujuan dibentuknya Majelis Etika Bidan adalah untuk memberikan perlindungan yang
seimbang dan objektif kepada Bidan dan Penerima Pelayanan.
Dasar penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi adalah Majelis Pembinaan dan Pengawasan
Etik Pelayanan Medis (MP2EPM), yang meliputi:
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan dalam menjalankan
profesinya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
3. Surat keputusan Menteri Kesehatan no. 640/Menkes/Per/X/1991, tentang pembentukan
MP2EPM.
Dasar Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan atau MDTK adalah sebagai berikut:
D. Tujuan
· Untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan penerima
pelayanan.
· Untuk memberikan keadilan pada bidan bila terjadi kesalah pahaman dengan pasien atas
pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa menimbulkan tuntutan dari pihak pasien.
· Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran terhadap kode etik
bidan Indonesia.
Meliputi :
2. Melakukan suvei lapangan, termasuk tentang teknis dan pelaksanaan praktik, termasuk
penyimpangan yang terjadi. Apakah pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan Standar Praktik Bidan,
Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan, juga batas-batas kewenangan bidan.
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang umum kesehatan, khususnya yang berkaitan atau
melandasi praktik bidan.
1. Majelis etik kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri, otonom dan non
struktural.
2. Majelis etik kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.
3. Majelis etik kebidanan pusat berkedudukan di ibu kota negara dan majelis etik kebidanan
propinsi berkedudukan di ibu kota propinsi.
6. Masa bakti anggota majelis etik kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya, jika berdasarkan
evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku, maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
7. Anggota majelis etik kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh menteri kesehatan
G. Tugas
Tugas MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan berkoordinasi dengan
pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara internal memberikan saran, pendapat dan
buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan
kode etik bidan dan pembelaan aggota.
1. Mengkaji
2. Menangani
Dalam menjalankan tugasnya, sehubungan dengan pelaksanaan kode etik profesi, bidan
dibantu oleh suatu lembaga yang disebut Majelis Pertimbangan Kode Etik Bidan Indonesia dan
Majelis Pertimbangan Etika Profesi Bidan Indonesia.
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan pengurus pusat.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus pusat.
4. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya ditentukan pengurus.
2. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat, pasien dan keluarga yang dirugikan oleh
pelayanan kebidanan
4. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsultasi ke majelis etik kebidanan pada
tingkat pusat
5. Sidang majelis etik kebidanan paling lambat tujuh hari, setelah diterima pengaduan.
Pelaksanaan sidang menghadirkan dan meminta keterangan dari bidan dan saksi-saksi.
6. Keputusan paling lambat 60 hari dan kemudian disampaikan secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang.
7. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah IBI ditingkat
propinsi.
H. Peran
Majelis Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) secara internal
berperan memberikan saran, pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang
dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan anggota.
I. Fungsi
Dewan Pertimbangan Etika Bidan (DPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) memiliki fungsi,
antara lain:
· Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan pengurus pusat
· Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara berkala
· Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus pusat
A .MENERAPKAN KODE ETIK DALAM MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
Pelayanan kebidanan disuatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik. Setiap institusi
pelayanan memiliki norma dalam memberikan pelayanan yang terdiri dari beberapa praktisi
kesehatan.
Walaupun demikian subjek pelayanan hanya satu yaitu manusia atau individu sehingga individu
harrus jelas batas wewenang. Kewenangan bidan tertuang daalam KEPMENKES
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan . mengenai kejelasan peran bidan
diatur dalam standar praktik kebidanan dan standa pelayanan kebidanan .
Asuhan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu, klien (Depkes, 1996:3).
Kebidanan adalah bentuk pelayanan kesehatan yang komperhensif dan karakteristik berdasarkan
ilmu dan seni kebidanan yang ditujukan pada wanita atau khususnya dalam masa prakonsepsi, masa
kehamilan, masa nifas dan bayi baru lahir, upaya masa interval dengan upaya promotif, preventative
dan rahabilitatif baik secara individu, keluarga, kelompok masyarakat sesuai wewenang, tanggung
jawab dan kode etik profesi bidan (Sumarto, 1995 : 16).
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan berdasarkan ilmu kebidanan pada wanita sesuai
wewenang dan tanggung jawab seorang bidan.
a. Definisi
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami
kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan
kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
fisik dan mentalnya.
Semua perubahan fisik pada ibu mengakibatkan terjainya perubahan psikis berupa rasa tidak
percaya diri terhadap penampilan dirinya. Pada masa ini, ada ibu yang ,merasa enggan berpergian,
bahkan ada yang sampai menarik diri dari aktivitas kehidupan social sebagai seorang ibu. Untuk
mengantisipasi supaya dampak-dampak negative seperti yang dipaparkan di atas tidak terjadi terlalu
berat pada ibu, dan untuk mengantisipasi supaya persalinan berlangsung aman dan tidak terjadi
trauma terlalu berat, baik terhadap ibu maupun janin, ibu hamil perlu diberi asuhan kehamilan.
Semakin bertambah usia kehamilan, akan mengakibatkan bentuk tubuh ibu berubah yang semula
langsing menjadi tidak langsing lagi. Buah dada mulai membesar, pembulih-pembuluh darah pada
perut tampak biru, perut semakin menonjol kedepan.
Asuhan ibu hamil oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,menetapkan diagnosis dan
rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk menjamin keamanan dan kepuasan serta
kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan.
b. Tujuan
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan
pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetric selama kehamilan
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puer perium normal,
dan merawat anak secara fisik, psikologis, dan social.
c. Langkah langkah
Proses manajemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yang harus dilaksanakan secara
brurutan,dan secara periodic perlu di ulang-ulang sesuai dengan kondisi ibu hamil yang diberi
asuhan.Penerapan 7 langkah manajemen menurut varney dalam member asuhan kebidanan pada
ibu hamil secara sistematis adalah sebagai berikut:
Pada langkah ini data subjektif dan data objektif yang dikaji di analisis menggunakan teiri fisiologis
dan patologis,sesuai dengan perkembangan kehamilan berdasarkan umur kehamilan itu pada saat
diberi asuhan,termasuk teori tatang kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil.Hasil analisis dan
interpretasi data menghasilkan rumusab diagnosis kehamilan.
Selanjutnya,rumuskan masalah yang terjadi sesuai dengan kondisi ibu saat diberi asuhan. Masalah
juga merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan perkembangan fisiologis kehamilan, adaptasi
ibu yang tidak positif terhadap kehamilan.
3. Merumuskan diagnosis atau masalah potensial, dan tindakan segera sebagai antisipasinya
Menetapkan perlunya tindakan segera dan melaksanakannya berdasarkan masalah potensial yang
dirumuskannya. Tindakan segera bisa meruapakan interfensi langsung oleh bidan maupun
kolaborasi dengan profesi lain.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau
nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu
Rencana asuhan yang menyeluruh mengacu pada diagnosis, masalah asuhan serta kebutuhan yang
telah sesuai dengan kondisi client.
Sebagai contoh memberikan penyuluhan kepada ibu terhadap kebutuhan ibu hamil.
Pelaksanaan rencana asuhan bias dilaksanakan oleh bidan langsung, bias juga dengan
memperdayakan ibu. Misalnya pada rencana asuhan. Diatas, setelah ibu mendapat layanan
konseling dari biadan tentang cara menghindarkan diri dari kontak dengan asap rokok, dibuat
kesepakatan tentang cara/tindakan yang digunakan. Setelah ibu melaksanakan hasilnya dievaluasi
oleh bidan.
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS/BIODATA
………………………………………………………………………………
ð Diterima
ð Tidak diterima
Kawin II : ……………………………………………………………….
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
Alkohol ð Ya ð Tidak
HPHT : …………………………………………………………
ð < 15’ ð > 15’ ð ……………………………………..
Keluhan-keluhan …………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Bayi L
……………………………………………………………………………
Jantung
Hepar
Diabetes Mellitus
P.H.S
Campak
Malaria
T.B.C
a. Pola makan (sebelum hamil dan saat hamil muda) : …………………
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
g. Immunisasi TT :
Conjungtiva : ………………….
Sklera mata : ………………….
Mammae : ……………………………………………………………………...
Benjolan : ……………………………………………………………………...
Striae : ……………………………………………………………………...
Areola : ……………………………………………………………………...
Nyeri : ð Ya ð Tidak
6. Ekstremitas
7. Abdomen
Oedema : ð Ada ð Tidak
Acites : ð Ada ð Tidak
Letak : …………………………………………………..
Presentasi : …………………………………………………..
Punggung : …………………………………………………..
Kontraksi : …………………………………………………..
Kekuatan : …………………………………………………..
8.3 Auskultasi :
9. Genitalia
9.1 Inspeksi
Luka : ð Ada ð Tidak
Kemerahan : ð Ada ð Tidak
Nyeri : ð Ada ð Tidak
Lain-lain : ð Ada ð Tidak
Promontorium : ……………………………………………………………
Sacrum : ……………………………………………………………
II. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal ………………………………
R.P.R : ……………………..
Reduksi : ………………