Kelompok 4 : 1. Malikah Fitriana Agustin 2. Nur Laila Kadariyah 3. Syafia Khusna 4. Yohani Fransiska Niken Dasar Pembentukan 1. Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/1982 : Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan terhadap semua profesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis. 2. Peraturan pemerintah No.1 tahun 1988 Bab V pasal 11 : Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya dilakukan oleh mentri kesehatan atau pejabat yang ditunjuk. 3. Surat keputusan mentri kesehatan No,640/Menkes/Per/x/1991, tentang pembentukan MP2EPM ( Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etik Pelayanan Medis ) Dasar majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK)
1. Pasal 4 ayat 1 uud 1945
2. Undang undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan diganti dengan uu no 36 tahun 2009 3. Keputusan presiden tahun 1995 tentang pembentukan MDTK Tugas majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK)
Adalah meneliti menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian
dalam menerapkan stadar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Pusat 1. Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga kesehatan kepada menteri. 2. Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode etik kedokteran gigi, perawat,bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit. 3. Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi dengan instansi terkait 4. MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk mengurus persoalan etik tenaga kesehatan. Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Provinsi 1. Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi persoalan kode etik , dan mengadakan konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalan kode etik. 2. Memberi nasehat, membina dan mengembangkan serta mengawasi secara aktif etik profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya bekejasama dengan organisasi profesi seperti IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRS2I. 3. Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait. 4. MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor Wilayah Departemen Kesehatan Profinsi berwenang memanggil mereka yang bersangkutan dalam suatu etik profesi. Tujuan dibentuknya Majelis Pertimbangan Kode Etik Profesi 1. Untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan penerima pelayanan 2. Untuk memberikan keadilan kepada bidan bila terjadi kesalahpahaman dengan pasien atas pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa menimbulkan tuntutan dari pihak pasien 3. Meningkatkan citra IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. 4. Terbentuknya lembaga yang akana menilai ada atau tidaknya perlanggaran terhadap kode etik bidan Indonesia 5. Meningkatkan kepercayaan diri anggota IBI 6. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan pelayan. Majelis Etika Profesi Bidan
Majelis etika profesi adalah merupakan badan perlindungan hukum
terhadap para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum.Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam bentuk majelis pertimbangan etika bidan (MPEB) dan majelis pembelaan anggota (MPA). Unsur-unsur pihak dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB 1. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien 2. Sarana pelayanan kesehatan 3. Tenaga pemberi, yaitu bidan. Ruang Lingkup Majelis Etika Kebidanan 1. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan bidan (Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002. sekarang kepmenkes 369/Menkes/SK/III/2007 2. Melakukan supervisi lapangan,termasuk tentang tehnis,dan pelaksanaan praktik,termasuk penyimpangan yang terjadi.apakan pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan Standar Praktik Bidan,Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan,juga batas-batas kewenangan bidan. 3. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan 4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan,khususnya yang berkaitan atau melandasi praktik bidan. Pengorganisasian Majelis Etik Kebidanan 1. Majelis Etik Kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri,otonom dan nonstruktural. 2. Majelis etik Kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat. 3. Majelis Etik Kebidanan pusat berkedudukan di Ibukota negara dan Majelis Etik Kebidanan propinsi berkedudukan di ibukota propinsi. 4. Majelis Etik Kebidanan pusat dan propinsi dibantu oleh sekretaris. 5. Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang. Lanjutan .... 6. Masa bakti anggota Majelis Etik Kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya,jika berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku,maka anggota tersebut dapat dipilih kembali. 7. Anggota Majelis Etik Kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh Mentri Kesehatan. 8. Sususunan organisasi Majelis Etik Kebidanan terdiri dari : 9. Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan di bidang hukum. 10. Sekretaris merangkap anggota. 11. Anggota Majelis Etik Bidanan Tugas Majelis Etik kebidanan 1. Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menetapkan standar profesi yang dilakukan oleh bidan. 2. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat,pasien,dan keluarga yang dirugikan oleh pelayanan kebidanan. 3. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data. 4. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsul ke Majelis Etik Kebidanan pada tingkat pusat. Lanjutan .... 5. Sidang Majelis Etik Kebidanan paling lambat tujuh hari,setelah diterima pengaduan. Pelaksanaan sidang menghadirkan dan minta keterangan dari bidan dan saksi-saksi. 6. Keputusan paling lambat 60 hari,dan kemudian disampaikan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang. 7. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah IBI di tingkat propinsi. Terimakasih
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu