Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH Etika Profesi dan Hukum Kesehatan

WAKTU

DOSEN

TOPIK Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan


Kode Etik
Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 1

SUB TOPIK
1. Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik

OBJEKTIF PERILAKU SISWA


Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik

REFERENSI

1. Marimbi, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia
Press; Jogjakarta; 2008.
2. Wahyuningsih HP, Yetty Asmar. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta;2005.
3. Guwandi. Etika dan Hukum Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, balai Penerbitan FKUI, 1991
4. Berten k. Etika. Gramedia Pustaka utama, Jakarta : 2001
5. Setiawan dan Maramis. Etika Kedokteran. Airlangga University Press;
Surabaya; 1999.
6. Dep kes. RI, Etika dan kode etik profesi. Jakarta :Dep kes RI; 2002.
7. Jones. R Shirley. Ethics in midwafery. London : Mosby; 2000.
8. Suryani S. Etika kebidanan dan hukum kesehatan : EGC; 2005
9. Taher,tarmizi. Medical etics. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta; 2003.

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 2

PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN


KODE ETIK

Etika berasal dari bahasa Yunani. Menurut etimologi berasal dari kata
ETHOS yang artinya kebiasaan atau tingkah laku manusia. Dalam bahasa Inggris
disebut ETHIS yang artinya sebagai ukuran tingkah laku atau prilaku manusia yang
baik, yakni tindakan manusia yang tepat yang harus dilaksanakan oleh manusia itu
sesuai dengan etika moral pada umumnya. Etika merupakan suatu cabang ilmu
filsafat yang mengatur prinsip-prinsip tentang moral dan tentang baik buruknya suatu
perilaku.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam
situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing
manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai
yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan
etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik professional.

Sedangkan Kode etik itu sendiri adalah suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-
nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.

Kode etik merupakan norma-norma yang harus dilaksanakan oleh setiap profesi di
dalam melaksanakan tugas profesinya dan di dalam kehidupan di masyarakat.
Maka secara sederhana juga dapat dikatakan bahwa etika adalah disiplin yang
mempelajari tentang baik buruknya sikap tindakan atau perilaku.

Tujuan kode etik profesi adalah :


1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
2. Untuk menjunjung tinggi dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 3

Di dalam pelaksanaannya penetapan kode etik IBI harus dilakukan oleh Kongres IBI.
Hal ini terjadi karena kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang
kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi, jika semua orang menjalankan
profesi yang sama tersebut tergabung dalam suatu organisasi profesi. Hal ini menjadi
lebih tegas dengan pengertian bahwa apabila setiap orang yang menjalankan suatu
profesi maka secara otomatis dia tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan
profesi. Apabila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik maka barulah ada suatu
jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap
anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan
sangsi dalam menjalankan tugasnya.

Sehubungan dengan pelaksanaan kode etik profesi, bidan di bantu oleh suatu
lembaga yang disebut Majelis Pertimbangan Kode Etik Bidan Indonesia dan Majelis
Pertimbangan Etika Profesi Bidan Indonesia. Dalam organisasi IBI terdapat Majelis
Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA).

PENGERTIAN
Majelis Etika Profesi merupakan badan perlindungan hokum terhadap para bidab
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan
dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum.
Realisasi majelis etika profesi bidab adalah dalam bentuk MPEB (Majelis
Pertimbangan Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan Anggota).

LATAR BELAKANG
Latar belakang dibentuknya MPEB (Majelis Pertimbangan Etika Bidan) adalah
adanya unsur unsur pihak yang terkait :
1. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Tenaga pemberi pelayanan yaitu bidan

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 4

Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma, etika, dan agama. Tetapi apabila ada
kesalahan dan menimbulkan konflik etik, maka diperlukan wadah ubtuk menetukan
standar profesi, prosedur yang baku dank ode etik yang disepakati, maka perlu
dibentuk MPEB (Majelis Pertimbangan Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan
Anggota).

Dasar penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi adalah Majelis Pembinaan


dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis (MP2EPM), yang meliputi :
1. Kepmenkes RI no554/menkes/Per/XII/1982
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan
terhadap semua profesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis.
2. Peraturan Pemerintah no.1 tahun 1988 Bab V Pasal 11
Pembinaan dan Pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesinya dilakukan oleh Mentri
Kesehatan atau pejabat yang ditunjuk.
3. Surat Keputusan Mentri Kesehatab no. 640/Menkes/per/XI/1991
tentang pembentukan MP2EPM.

TUJUAN
Tujuan dibentiknya Majelis Etika Bidan adalah untuk memberikan perlindungan
yang seimbang dan objektif kepada bidan dan penerima pelayanan.
Dengan kata lain, untuk memberikan keadilan pada bidan bila terjadi
kesalahpahaman dengan pasien atas pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa
menimbulkan tuntutan dari pihak pasien. Dengan catatan, bidan sudah melakukan
tugasnya sesuai dengan standar kompetensi bidan dan sesuai dengan standar praktek
bidan.

LINGKUP
Lingkup Majelis Etika Kebidanan meliputi :
1. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai dengan standar profesi
pelayanan bidan

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 5

2. Melakukan supervise lapangan, termasuk tentang teknis dan pelaksanaan


praktek termasuk penyimpangan yang terjadi. Apakah pelaksanaan praktek
bidan sesuai dengan standar praktek bidan, standar profesi dan standar
pelayanan kebidanan, juga batas batas kewenangan bidan.
3. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus kasus dalam praktek kebidanan.
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hokum kesehatan, khususnya
yang berkaitan atau melandasi praktik bidan.

PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian Majelis Etika Kebidanan adalah sebagai berikut :
1. Majelis Etika Kebidanan merupakan lembaga orgabisasi yang mandiri, otonom
dan non structural
2. Majelis Etika Kebidanan dibentuk di tingkat provinsi dan pusat
3. Majelis Etika Kebidanan pusat berkedudukan di ibukota Negara dan Majelis
Etika Kebidanan Profinsi berkedudukan di ibukota provinsi
4. Majelis Etika Kebidanan pusat dab profinsi dibantu oleh sekretaris
5. Jumlah angggota masing masing terdiri dari lima orang
6. Masa bakti anggota Majelis Etika Kebidanan selama tiga tahun dan
sesudahnya, jika berkedudukan evaluasi masalah memenuhi ketentuan yang
berlaku maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
7. Anggota Majelis Etika Kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh Mentri
Kesehatan.
8. Susunan organisasi Majelis Etika Kebidanan terdiri dari :
a. Ketua dengna kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan dibidang
hukum
b. Sekretaris merangkap anggota
c. Anggota Majelis Etika Bidan

PERAN
Majelis Pertimbangan Etika Bidan ( MPEB ) dan Majelis Pembelaan anggota (MPA)
secara internal berperan memberikan saran, pendapat dan buah pikiran tentang

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 6

masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode
etik bidan dan pembelaan anggota.

FUNGSI
Dewan Pertimbangan Etika Bidan ( DPEB ) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA)
memiliki fungsi antara lain :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan
Pengurus Pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas Pengurus
Pusat
4. Membentuk Tim Teknis sesuai dengan kebutuhan.

TUGAS
MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan
berkoordinasi dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara
internal memberikan saran, pendapat, dan buah pikiran tentang masalah pelik yang
sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan
pembelaan anggota.
DPEB dan MPA memiliki tugas antara lain :
1. Mengkaji
2. Menangani
3. Mendampingi anggota yang mengalami permasalahan dalam praktek
kebidanan yang berkaitan dengan permasalahan hukum.

Dalam menjalankan tugasnya, sehubungan dengan pelaksanaan kode etik profesi,


bidan dibantu oleh suatu lembaga yang disebut Majelis Pertimbangan Kode Etik
Bidan Indonesia dan Majelis Pertimbangan Etika Profesi Bidan Indonesia.
Tugasnya secara umum ialah :
1. merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat.

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 7

2. melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.


3. memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
4. membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan tanggung jawabnya
ditentukan pengurus.

Tugas Majelis Etika Kebidanan adalah meliputi :


1. Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam
menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh bidan
2. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat, pasien dan keluarga yang
dirugikan oleh pelayanan kebidanan
3. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data
4. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsul ke Majelis Etik
Kebidanan pada tingkat pusat
5. Sidang Majelis Etik Kebidanan paling lambat tujuh hari, setelah diterima
pengaduan. Pelaksanan sidang menghadirkan dan minta keterangan dari bidan
dan saksi-saksi.
6. Keputusan paling lambat 60 hari, dan kemudian disampaikan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang
7. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah IBI
di tingkat propinsi.

KEANGGOTAAN
Keanggotaan MPEB dan MPA terdiri dari :
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Anggota

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 8

EVALUASI
1. Dewan Pertimbangan Etika Bidan ( DPEB ) dan Majelis Pembelaan Anggota
(MPA ) memiliki fungsi, kecuali :
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan
Pengurus Pusat.
b. Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara
berkala
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
Pengurus Pusat
d. Membentuk Tim Teknis setiap waktu
Jawab D
2. Lingkup Majelis Etika Kebidanan meliputi :
a. Majelis Etika Kebidanan dibentuk di tingkat provinsi dan pusat
b. Majelis Etika Kebidanan pusat berkedudukan di ibukota Negara dan
Majelis Etika Kebidanan Profinsi berkedudukan di ibukota provinsi
c. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hokum kesehatan,
khususnya yang berkaitan atau melandasi praktik bidan.
d. Jumlah angggota masing masing terdiri dari lima orang
Jawab C
3. Majelis Pertimbangan Etika Bidan ( MPEB ) dan Majelis Pembelaan anggota
(MPA) secara internal berperan
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan
Pengurus Pusat
b. memberikan saran, pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik
yang sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode
etik bidan dan pembelaan anggota.
a. Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara
berkala
b. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
Pengurus Pusat
Jawab B

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan


Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik 9

4. DPEB dan MPA memiliki tugas antara lain, kecuali :


a. Mengkaji
b. Menangani
c. Mendampingi anggota yang mengalami permasalahan dalam praktek
kebidanan yang berkaitan dengan permasalahan hukum.
d. membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan tanggung jawabnya
ditentukan pengurus.
Jawab D
5. Keanggotaan MPEB dan MPA terdiri dari, kecuali :
a. Pendamping
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
Jawab A

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai