Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASPEK LEGAL DAN ISSUE ETIK DALAM


PELAYANAN KEBIDANAN
DOSEN PENGAJAR : Eliyana Lulianthy, S.ST.,M.Keb

Di SUSUN OLEH
NAMA KELOMPOK 4 :
1. Dewi Sartika (20011222)
2. Dhia Wavanibala (20011223)
3. Nuraini (20011236)
4. Santi (20011242)
5. Ulya Ramada Yanti (20011248)

PRODI D III KEBIDANAN


POLITEKNIK ‘AISYIYAH PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan atas karunianya kami dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Asuhan Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi baginda agung Rasulullah
SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Adapun penulisan makalah bertema Aspek Legal dan Issue Etik dalam Pelayanan Kebidanan
ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Asuhan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.
Semoga makalah ini mendapatkan manfaat serta bisa memberikan ilmu pembelajaran untuk
mahasiswa.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidakesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Hormat Kami

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................ 1
1.3 Manfaat...................................................................................... 1
BAB II..............................................................................................................
PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan..............................................
B. Issue Etik Dalam Pelayanan Kebidanan ..............................................
C. Issue Moral Dalam Pelayanan Kebidanan ...........................................
BAB III ............................................................................................................
PENUTUP .......................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspek legal dalam pelayanan kebidanan adalah profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, yang harus di
pertanggungjawabkan dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-
batas wewenang profesi yang bersangkutan. Dengan adanya legitimasi
kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri
untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis
dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk melakukan legalisasi dalam
pelayanan kebidanan yang efektif pada pasien. Adapun mengenai pengertian,
unsur, serta upaya yang dapat dilakukan dalam pendokumentasian pelayanan
rawat inap akan dibahas di bab kedua pada makalah ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini sebagai berikut

1. Menjelaskan tentang Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan


2. Menjelaskan Issue Etik dan Dilema Pelayanan Kebidanan
3. Menjelaskan tentang Issue Moral dan Dilema Moral
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini sesuai dengan tujuan di atas yaitu
1. Mengetahui Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan
2. Mengetahui Issue Etik dan Dilema Pelayanan Kebidanan
3. Mengetahui tentang Issue Moral dan Dilema Moral
BAB II
PEMBAHASAN
ASPEK LEGAL DAN ISSUE ETIK DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
A. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-
batas wewenang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya legitimasi
kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan
mandini untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika
profesi.Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Penelitian dalam bidang kebidanan.
3.Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji Kompetensi.
8. Lisensi.

 Otonomi dalam pelayanan keidanan


Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002
Tentang registrasi dan praktik bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007
Tentang Standar Prof esi Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
organisasi dan tata kerja Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/
Menkes/ Per/ IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana;
a. UU No. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b. UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan di Dalam Rumah Tangga.
 Legislasi, registrasi, lisensi pelayanan kebidanan Legislasi
Peran legislasi adalah:
1. Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi
sendiri,
2. Legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan profesional.
Bidan dikatakan profesional, memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
a) Mandiri.
b) Peningkatan kompetensi.
c) Praktek berdasarkan evidence based.
d) Penggunaan berbagai sumber informasi

Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas, serta


butuh perlindungan sebagai pengguna jasa profesi. Ada beberapa hal yang
menjadi sumber ketidakpuasan pasien atau masyarakat, yaitu:
1. Pelayanan yang aman.
2. Sikap petugas kurang baik.
3. Komunikasi yang kurang.
4. Kesalahan prosedur.
5. Sarana kurang baik.
6. Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau informasi atau pendidikan
kesehatan.

Legislasi adalah proses pembuatan Undang-undang atau


penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian
kegiatan Sertifikasi (pengaturan kompetensi), Registrasi (pengaturan
kewenangan), dan Lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
 Tujuan Legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan.
Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi:
1. Mempertahankan kualitas pelayanan.
2. Memberikan kewenangan.
3. Menjamin perlindunganhukum.
4. Meningkatkan profesionalisme.

 Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan


yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
 Registrasi (Pengaturan Kewenangan) Registrasi adalah sebuah proses di
mana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan dirinya pada suatu
badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan dan hak
untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tersebut.
 Registrasi bidan artinya proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal
kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan,
sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik
profesinya.
 Tujuan umum registrasi adalah Melindungi masyarakat dari mutu
pelayanan profesi.
 Tujuan Khusus Registrasi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam
mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang
berkembang pesat.
b. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif
dalam penyelesaian kasus mal praktik.
c. Mendata jurnlah dan kategori melakukan praktik.

Aplikasi proses Registrasi dalam Praktik kebidanan adalah sebagai berikut,


bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan
registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana Institusi pendidikan
berada guna memperoleh SIB (Surat Ijin Bidan) selambat-lambatnya satu bulan
setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No.
900/ Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan, fotokopi
transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2
lembar. SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan
dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB (Surat Ijin Praktik
Bidan). Bentuk formulir permohonan registrasi atau SIB dapat dilihat pada
lampiran. SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas dasar ketentuan Perundang-
undangan yang berlaku, habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan
atas permintaan sendiri.
 Lisensi (Pengaturan Penyelenggaraan Kewenangan) Pengertian lisensi adalah
proses ministrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang berupa
surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi
untuk pelayanan mandiri.Tujuan umum lisensi adalah: Melindungi masyarakat
dan pelayanan profesi.
Tujuan khusus lisensi adalah:
a. Memberikan kejelasan batas wewenang.
b. Menetapkan sarana dan prasarana.Aplikasi Lisensi dalam praktik
kebidanan adalah dalam bentuk SlPB (Surat Ijin Praktik Bidan).
SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga
bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan
cara mengajukan permohonan kepada Kepa1a Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan
atasan, surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi
profesi, pas foto. Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi setelah
terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan
praktik bidan.Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan
inilah yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji
Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi.
 Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba di
beberapa wilayah, namun terdapat beberapa propinsi yang menerapkan
kebijaksanaan daerah untuk penyelenggaraan uji kompetensi dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan bidan, misalnya Propinsi Jawa Tengah,
Yogyakarta dan beberapa propinsi lainnya, dengan menempatkan uji
kompetensi pada tahap pengajuan SIB.
 Uji kompetensi sedang dalam pembahasan termasuk mengenai bagaimana
dasar hukumnya. Dengan diselenggarakannya uji kompetensi diharapkan
bahwa bidan yang menyelenggarakan praktik kebidanan adalah bidan yang
benar-benar kompeten.
 Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan, mengurangi medical error atau malpraktik dalam tujuan utama
untuk menurunkan angkakematian ibu dan anak. Dalam rancangan uji
kompetensi apabila bidan tidak lulus uji kompetensi, maka bidan tersebut
menjadi binaan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) setempat.
 Materi uji kompetensi sesuai 9 area kompetensi dalam standar profesi
bidan Indonesia.Namun demikian uji kompetensi belum di bakukan
dengan suatu dasar hukum, sehingga baru pada tahap draft atau rancangan.
Menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 SIPB berlaku
sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dan dapat diperbaharui
kembali.Bentuk permohonan SIPB dapat dilihat pada lampiran.

B. Issue Etik Dalam Pelayanan Kebidanan


 Pengertian dan bentuk ETIK
Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan
dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh
kehandak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan.
Bentuk Etika sebagai berikut:
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang
tingakh laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-
hai,mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut
oleh masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi:
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan
dengan kondisi manusia untuk bertindak etis dalam
mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-
prinsip moral.
b. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika
Terapan.
a) Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan
hubungan antarsesama manusia dalam aktivitasnya,
b) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-
kewajiban manusia sebagai pribadi,
c) Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
 ISSUE ETIK yang terjadi antara Bidan dengan Klien, Kelurga, dan
Masyarakat Teman Sejawat,Teman kesehatan lainya, Organisasi profesi.
a. Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien,keluarga, masyarakat
Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan
masyarakat mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan. Seorang bidan dikatakan profesional bila
ia mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya yang
bertanggung jawab menolong persalinan. Dengan demikian
penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, bidan yang bekerja di RS,
RB atau institusi kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktek
mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri.
Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan etik.
Contoh Kasus:
Kasus Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka
praktek kurang lebih selama satu tahun. Pada suatu hari datang
seorang klien bernama Ny „A‟ usia kehamilan 38 minggu dengan
keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa sakit sejak 5 jam
yang lalu. Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3 dan
ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan
menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara
operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di
Rujuk dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi
bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di
Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak
mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi
keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut.
Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong
persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena
pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain
itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan
bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan
letak sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya
bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong
persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala
janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah
meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan
tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakatpun juga
tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat
lambat dan tidak sesuai prosedur.
 KONFLIK : Keluarga terutama suami menolak untuk di rujuk ke
Rumah sakit danmelahirkansecara operasi SC dengan alasan tidak
punya biaya untuk membayar operasi.
 ISSU : Di mata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau
melakukan tindakan tidak sesuai prosedur dan tidak profesioanl.
Selain itu juga masyarakat menilai bahwa bidan tersebut dalam
menangani pasien dengan kelas ekonomi rendah sangat lambat atau
membeda-bedakan antara pasien yang ekonomi atas dengan ekonomi
rendah.
 DILEMA :Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan tindakan yang
tepat untukmenolong persalinan Resiko Tinggi. Dalam hal ini letak
sungsang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan sendiri dengan
keterbatasan alat dan kemampuan medis. Seharusnya ditolong oleh
Dokter Obgyn, tetapi dalam hal ini diputuskan untuk menolong
persalianan itu sendiri dengan alasan desakan dari kelurga klien
sehingga dalam hatinya merasa kesulitan untuk memutuskan sesuai
prosedur ataukah kenyataan di lapangan.
 Issue Etik yang terjadi antara Bidan dengan Teman Sejawat
 ISSUE ETIK adalah topic yang cukup penting untuk dibicarakan
sehingga mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap
masalah tersebut sesuai dengan asas ataupun nilai yang berkenaan
dengan akhlak, niali benar salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
 Contoh : Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa
tersebut ada dua orang bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang
sama –sama memiliki BPS dan ada persaingan di antara dua bidan
tersebut.Padasuatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan
di BPS bidan “B” yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan
“A”.Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum
lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut
tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa
hal tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi
mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan
“A”.Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B”
tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A” akan melaporkan
bidan “B” untuk menjatuhkan bidan “B” karena di anggap melanggar
wewenang profesi bidan.
 ISSU MORAL : seorang bidan melakukan pertolongan persalinan
normal.
 KONFLIK MORAL : menolong persalinan sungsang untuk
nendapatkan pasien demi persaingan atau dilaporkan oleh bidan “A”.
 DILEMA MORAL : Bidan “B” tidak melakukan pertolongan
persalinan sungsang tersebut namun bidan kehilangan satu pasien.
Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh
bidan “A” dengan di laporkan ke lembaga yang berwewenang
 Issu Etik Bidan dengan Team Kesehatan Lainnya
Pengertian Yaitu perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan
tenaga medis lainnya. Sehingga menimbulkan ketidak sepahaman atau
kerenggangan social.
 Kasus : Disuatu desa yang ada sebuah BPS, suatu hari ada seorang Ibu
berusia 35 Tahun keadaannya sudah lemah. bidan menanyakan kepada
keluarga pasien apa yang terjadi pada pasien. Dan suami pasien
menjawab ketika dirumah Px jatuh & terjad iperdarahan hebat. Setelah
itu bidan memberikan pertolongan , memberikan infuse dst.. Bidan
menjelaskan pada keluarga, agar istrinya di bawa ke rumah sakit untuk
dilakukan curretase.Kemudian keluarga pxmenolak saran bidan tsb, dan
meminta bidan yang melakukan currentase. selang waktu 2 hari
pxmengalami perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke
RS.Dokter menanyakan kapeda suami px, apa yang sebenarnya terjadi
dan suami px menjelaskan bahwa 3 hari yang lalu istrinya mengalami
keguguran & di currentase bidan didesany. dokter mendatangi bidan
terebut. Maka Terjadilah konflik antara bidan & dokter.
 ISSUE ETIK : Mall Praktek Bidan melakukan tindakan diluar
wewenangnya.
 KONFLIK : bidan melakukan currentase diluar wewenangnya sehingga
terjadilah konflik antara bidan & dokter.
 DILEMA : jika tidak segera dilakukan tindakan takutnya merenggut
nyawa px karena BPS jauh dari RS. Dan jika dilakukan tindakan bidan
merasa melanggar kode etik kebidanan & merasa melakukan tindakan
diluar wewenangnya.
 Issue Etik Yang Terjadi Antara Bidan Dan Organisasi Profesi
PENGERTIAN
Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu
topic masalah yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan
organisasi profesi karena terjadinyasuatu hal-hal yangmenyimpang dari
aturan-aturan yang telah ditetapkan.
 Kasus Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal
kehamilan ibutersebut memang sudah sering memeriksakan
kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan Ibu tersebut
mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir
pervaginanyasangat beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu
menjadi tinggi. Jik atidak dirujuk maka beresiko terhadap janin dan
kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadigawat janin dan
perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi.
Tapi lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan
komisinya dari pada dirujuk kermah sakit. Setelah janin lahir Ibu
mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal.
Saaat berita itu terdengar organisasi profesi ( IBI ), maka IBI
memberikan sanksiyang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah
merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek ( BPS ) bidan A
dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.
 Issue etik:
1). Terjadi malpraktek
2). Pelangaran wewenang Bidan Dilema etik
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada
organisasi profesi dan diberikan penangan.
 ISSUE ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. Pengertian Issue
Isu adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu
lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian.2.
Issue Etik Dalam Pelayanan Kebidanan Etik merupakan bagian dari filosofi
yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalm menghargai suatu
tindakan, apakah benar atau salah dan apakah pernyataan itu baik atau
buruk. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan opic yang penting
yang berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang
menyangkut baik dan buruknya.
Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah
sebagai berikut :
a) Persetujuan dalam proses melahirkan.
b) Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan.
c) Kegagalan dalam proses persalinan.
d) Pelaksanan USG dalam kehamilan.
e) Konsep normal pelayanan kebidanan.
f) Bidan dan pendidikan seks.
g) Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi:
a. Perawatan intensif pada bayi.
b. kreening bayi.
c. Transplantasi organ.
d. Teknik reproduksi dan kebidanan.
h) Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:
a. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik.
b. Otonomi bidan dan kode etik profesional.
c. Etik dalam penelitian kebidanan.d
d. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif.
i) Biasanya beberapa contoh mengenai isu etik dalm pelayananan
kebidanan adalah berhubungan dengan masalah-masalah sebagai
berikut:
a. Agama / kepercayaan.
b. Hubungan dengan pasien.
c. Hubungan dokter dengan bidan.
d. Kebenaran.
e. Pengambilan keputusan.
Bidan dituntut untuk berprilaku hati-hati dalm setiap tindakannya dalam
memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang etis dan
profesional.

C. Issue Moral Dalam Pelayanan Kebidanan


Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik
dan buruk yang mempengaruhi siakap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik
buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan,
pendidikan, sosial budaya, agama, dll. Hal ini yang disebut kesadaran moral. Isu
moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada
kaitannya dengan pelayanan kebidanan.
Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari:
a. Kasus abortus.
b. Euthanansia.
c. Keputusan untuk terminasi kehamialn.
d. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti yang menyangkut konflik dan perang.

Dilema dan Konflik Moral Dilema moral menurut Campbell adalah suatu
keadaan dimana dihadapkan pada dua alternative pilihan, yang kelihatannya sama
atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema muncul karena
terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan antara nilai-
nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung
jawab profesional, yaitu:
1) Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien
atau klien.
2) Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian
[omission], disertai ras tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan
pasien atau klien.
3) Konflik moral menurut Johnson adalh bahwa konflik atau dilema pada
dasarnya sama , kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas
yang mana sering menyebabkan dilema.
 Ada 2 tipe konflik:
1. Konflik yang berhubungan dengan prinsip.
2. Konflik yang berhubungan dengan otonomi.
Dua tipe konflik ini merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan.
 contoh issue Moral ISSU MORAL :
seorang bidan melakukan pertolongan persalinan normal.
 KONFLIK MORAL : menolong persalinan sungsang untuk nendapatkan
pasien demi persaingan atau dilaporkan oleh bidan “A”.
 DILEMA MORAL:
1) Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut
namun bidan kehilangan satu pasien.
2) Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan
“A” dengan di laporkan ke lembaga yang berwenang.
 Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema Etik/ Moral pelayanan
kesehatan Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih
alternatif yang ada.

Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:


1) Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh
2) Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu
kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu
kasus
3) Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
4) Wewenwng lebih bersifat rutinitas
5) Rasional, keputusan bersifatobyektif, trasparan, konsisten
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1) Posisi/kedudukan
2) Masalah, terstruktur, tidak tersruktur, rutin,insidentil
3) Situasi:faktor konstan, faktor tidak konstan
4) Kondisi, faktor-faktor yang menentukandaya gerak
5) Tujuan, antara atau obyektif Kerangka Pengambilan Keputusan Sistem
pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam
praktek suatu profesi. Keberadaan yang sangat penting, karena akan
menentukan tindakan selanjutnya.
 Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting
karena dipengaruhi oleh 2 hal :
1) Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi
dan bidan bisa memenuhi kebutuhan.
2) Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk
memenuhi kebutuhan.( Empat ) Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral
Dalam Pengambilan Keputusan Ketika Menghadapi Delima Etik.
 TK I
Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau
pengalaman rekan kerja.
 TK II
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi,
kerahasiaan dan kesetiaan ( menepati), Bidan sangat familiar, tidak
meninggalkan kode etik danpanduan praktek profesi.

 TK III
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
1) ANTONOMY, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan
dan pilihan individu.
2) BENETICENCE, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien,
selain itu berbuat terbaik untuk orang lain.
3) NON MALETICENCE, tidak melakukan tindakan yang
menimbulkan penderitaan apapun kerugian pada orang lain.
4) YUSTICE, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan
keuntungan. ( Beaucamo & Childrens 1989 dan Richard, 1997)

Bentuk pengambilan keputusan


1) Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan
masa depan, rencana bisnis dan lain-lain.
2) Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan
komunitas.
3) Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart
praktik kebidanan.

Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :


1) Mengenal dan mengidentifikasi masalah
2) Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan
sekarang.
3) Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
4) Mempertimbangkan pilihan yang ada.
5) Mengevaluasi pilihan tersebut.6) Memilih solusi dan menetapkan atau
melaksanakannya.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS


Ciri cirinya:
1) Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
2) Sering menyangkut pilihn yang sukar
3) Tidak mungkin dielakkan
4) Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial
Kesulitan Dalam Mengerti Situasi :
1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetauan kita
2) Pengertian kita terhadp situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka
dan faktor 2 subyektif lain.

Bagaimana Kita Memperbaiki Pengertian Kita Tentang Situasi:


1) Melakukan penyelidikan yang memadahi
2) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3) Memperluas pandangan tentang situasi
4) Kepekaan terhadap pekerjaan
5) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :


1) Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang
lain.
2) Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
3) Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
4) Pilih solusi yang lebih baik.
5) Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.

Pengambilan Keputusan Klinis Tergantung:


1) Pengetahuan
2) Latihan Praktek
3) Pengalaman

Pengambilan Keputusan Klinis yang benar dan tepat:


1) Menghindari pekerjan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dgn kebutuhan
klien
2) Meningkatkan efektitivitas dan efesiensi pelayanan yang diberikan
3) Membiasakan Bidan berfikir dan bertindak sesuai standart
4) Memberikan kepuasan pelanggan
TEORI-TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1) Teori Utilitarisme : Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan,
meminimalkan ketidaksenangan.
2) Teori Deontology Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila
bertindak baik. Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan
3) Teori Hedonisme : Menurut Aristippos , sesui kodratnya, setiap manusia
mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.
4) Teori Eudemonisme: Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap
kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik
bagi kita.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan
oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur
batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya
legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi
dan mandini untuk bertindak secara profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai
kegiatan bidan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus
menerus ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Penelitian dalam bidang kebidanan.
3.Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji Kompetensi.
8. Lisensi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa
bidan nantinya dapat bekerja secara profesional dalam menjalankan tugas
dan kewajiban sebagai seorang bidan yang ideal dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Arimbi, Diah. 2014. Etkolegal Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Dwienda Ristica, Octa & Juliarti, Widya. 2014 Prinsip Etika Dan
Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish

Endang dan Siwi Walyani, Elisabeth. 2015. Etikolegal Dalam Praktik


Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

IBI. 2005.Etika dan Kode Etik Kebidanan. IBI

Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan.


Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Pp: 30-6

Puji Wahuningsih, Heni. 2006. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta:


Fitramaya

Tribowo, Cecep. 2014. Etika & Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Anda mungkin juga menyukai