Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI NIFAS PADA NY.

Y P5A0M0
POST PARTUM 1 HARI DENGAN RETENSIO PLASENTA DAN
ANEMIA RINGAN DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. III
ANTON SOEDJARWO PONTIANAK TAHUN 2022

LAPORAN MAKALAH KASUS INDIVIDU

DISUSUN OLEH :

ULYA RAMADA YANTI (20011248)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK‘AISYIYAH PONTIANAK

TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI NIFAS PADA NY. Y P5A0M0 POST PARTUM


1 HARI DENGAN RETENSIO PLASENTA DAN ANEMIA RINGAN DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA TK.III ANTON SOEDJARWO TAHUN 2022

Laporan Kasus Ini Telah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan
Pada Tanggal 21 September 2022

MENGESAHKAN

CI Lapangan Pembimbing Lapangan

Sri Indrawati, A.md. Keb Sella Ridha Agfiany, S.ST.,MKM

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, atas semua berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat terselesaikan laporan kasus praktik klinik yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Patologi Nifas Pada Ny. S P5A0M0 Post Partum 1 Hari Dengan
Retensio Plasenta dan Anemia Ringan Di Bhayangkara TK. III Anton Soedjarwo
Tahun 2022” Sebagai salah satu tugas mandiri praktik kebidanan. Dalam hal ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Tilawaty Aprina, S.ST.M.Kes selaku Direktur Politeknik Aisyiyah


Pontianak
2. Ibu Ismaulidia Nurvembrianti, S.ST.M.Keb selaku ketua Program Studi DIII
Kebidanan Politeknik Aisyiyah Pontianak
3. Ibu Sella Ridha Agfiany, S.ST,.MKM selaku pembimbing lapangan praktik
klinik kebidanan
4. Ibu Sri Indrawati, A.md.Keb selaku CI di RS Bhayangkara TK. III Anton
Soedjarwo

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala
kekurangan dalam laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
semua pihak. Terima kasih.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................
D Manfaat Penulisan.......................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta..................................................................................
1. Definisi Retensio Plasenta......................................................................................................
2. Mekanisme Pelepasan Plasenta...............................................................................................
3. Jenis-jenis Retensio Plasenta..................................................................................................
4. Tanda Gejala Retensio Plasenta .............................................................................................
5. Faktor Penyebab Retensio Plasenta 5
6. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Retensio Plasenta 6

B. Tinjauan umum tentang Anemia..............................................................................


1. Definisi Anemia dalam Kehamian..........................................................................................
2. Hubungan Anemia dengan terjadinya Retensio Plasaenta......................................................

C. Tahapan asuhan manajemen kebidanan


1. Pengertian Manajemen Kebidanan.........................................................................................
2. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan....................................................................
3. Manajemen Asuhan Kebidanan dalam Bentuk SOAP.........................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


A. ASUHAN KEBIDANAN NIFAS..........................................................................................

BAB IV PENUTUP

iv
A. Kesimpulan........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di
dalam rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta menyebabkan infeksi dan
perdarahan pasca melahirkan yang mengakibatkan kematian. Persalinan
terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama ibu hamil akan mengalami
kontraksi, yang memicupembukaan pada leher rahim. Kemudian, ibu hamil
memasuki tahap kedua atau proses persalinan. Pada tahap ini, ibu mulai
mendorong bayi keluar setelah bayi lahir, plasenta akan keluar beberapa
menit setelah bayi dilahirkan. Proses keluarnya plasenta ini adalah tahap
ketiga atau tahap terakhir. Plasenta tidak keluar didalam rahim bahkan
hingga lewat dari 30 menit.adalah organ yang terbentuk didalam rahim
ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini berfungsi sebagai penyedia nutrisi
dan oksigen untuk janin, serta membuang limbah sisa metabolisme dari
darah. Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan
merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu
melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%, menurut
WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan
insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan
resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio
plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan
perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jikan tidak mendapat
perawatan medis yang cepat (saifuddin, 2009).
Adapun faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah plasenta
previa, bekas luka section caesarea, pernah kuret berulang, dan paritas.
Faktor predisposisi yang lain menyebabkan terjadinya retensio plasenta
adalah usia, riwayat manual plasenta, anemia, riwayat pembedahan uterus
destruksi endometrium dari infeksi sebelumnya atau bekas endometritis dan
implantasi corneal.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas idenifikasi masalah adalah bagaimana
asuhan kebidanan patologi nifas pada Ny. S P5A0M0 Post Partum 1 hari
dengan Retensio Plasenta dan Anemia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara
TK.III Anton Soedjarwo Pontianak Tahun 2022
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

1
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan patologi nifas pada
Ny.Y P5A0M0 Post Partum 1 hari dengan Retensio Plasenta dan Anemia
Ringan di Rs Bhayangkara TK.III Bhayangkara Anton Soedjarwo 2022
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny.Y
P5A0M0 dengan Retensio Plasenta dan Anemia Ringan pada masa
nifas
b. Mampu menginterpretasikan data pada Ny.Y P5A0M0 dengan
Retensio Plasenta pada masa nifas
c. Mampu menentukan diagnose atau masalah pada Ny.Y P5A0M0
dengan Retensio Plasenta dan Anemia Ringan pada masa nifas
d. Mampu menetapkan kebutuhan pada Ny.Y P5A0M0 dengan Retensio
Plasenta dan Anemia Ringan pada masa nifas
e. Mampu memberikan pentalaksanaan (membuat perencanaan asuhan,
mengimplementasikan perencanaan asuhan dan mengevaluasi asuhan)
pada kasus Ny.Y dengan Retensio Plasenta dan Anemia Ringan pada
masa nifas. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan pelayanan
kebidanan dengan metode SOAP.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan
proses asuhan kebidanan dengan Retensio Plasenta dan Anemia Ringan serta
sebagai acuan bagi rekan-rekan mahasiswi kebidanan dalam penyusunan
laporan praktik klinik berikutnya yang relevan.
2. Bagi lahan praktek
Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam melakukan
penatalaksanaan asuhan kebidanan dengan kasus yang serupa serta sebagai
acuan pemantauan mutu layanan pada klien.
3. Bagi praktikan
Sebagai bahan acuan untuk melakukan penatalaksanaan kasus yang
serupa dan menjadi bahan pembelajaran.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan umum tentang retensio plasenta


1. Definisi retensio plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta sampai
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2014).
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio
plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta harus segera
dikeluarkan karena dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat
terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma
(Manuaba,2010). Retensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir
hingga melewati waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini dapat
disebabkan oleh plasenta yang belum lepas dari dinding rahim atau plasenta
sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Gagalnya plasenta lahir setelah bayi
lahir dapat disebabkan oleh abnormalitas uterus atau perlekatan plasenta
yang abnormal. Selama kehamilan, permukaan uteroplasenta menyatu dan
menjaga keseimbangan permukaan disekitarnya. Ketika bayi lahir, Rahim
akan berkontraksi dan ukuran dari plasenta akan berkurang (Ramadhani
dan Sakurya, 2011). Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian
atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya
perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat
timbul perdarahan. Melalui pemeriksaan dalam atau tarikan pada tali pusat
dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari
30 menit maka dapat melakukan plasenta manual Dari pengertian retensio
plasenta diatas maka dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta adalah
tidak lahirnya plasenta setelah 30 menit bayi lahir. Hal ini dapat disebabkan
oleh plasenta yang belum lepas dari dinding rahim atau plasenta sudah
lepas tetapi belum dilahirkan.

3
2. Mekanisme Pelepasan Plasenta
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama
kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara.
Setelah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus hal ini menyebabkan volume
rongga uterus berkurang dinding uterus menebal. Pada tempat implantasi
plasenta juga terjadi penurunan luas area. Ukuran plasenta tidak berubah,
sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya terlepas dari
dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit. Setelah plasenta
terlepas, plasenta akan menempati segmen bawah uterus atau vagina
(Sumarah, 2009).
Berikut merupakan macam-macam pelepasan plasenta
1) Mekanisme Schultz Pelepasan plasenta yang yang dimulai dari
sentral/bagian tengah sehingga terjadi bekuan retroplasenta. Cara
pelepasan ini paling sering terjadi. Cara pelepasan ini paling sering
terjadi. Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdarahan
tidak terjadi sebelum plasenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera
setelah lahir. (Sumarah, 2009).
2) Mekanisme Duncan Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau
bersamaan dari pinggir ke tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan
terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir (Sumarah, 2009).
3) Terjadi serempak atau kombinasi keduanya Berikut ini merupakan
teknik pengecekan pelepasan plasenta menurut Sulistyawati dan
Nugraheni (2010), dibagi menjadi 3 perasat diantaranya:
a) Perasat kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat,
sementara tangan kiri menekan atas simfisis bila tali pusat masuk
kembali kedalam vagina, berarti plasenta belum lepas, sedangkan
apabila plasenta tetap atau tidak masuk kembali kedalam vagina
berarti plasenta sudah lepas.
b) Perasat starssman

4
Perasat ini dapat dilakukan dengan cara megetuk-ngetuk fundus
uteri dengan tangan kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat
sambil dirasakan apakah ada getaran yang dihasilkan dari gerakan
tangan kiri. Jika terasa getaran artinya plasenta belum lepas dari
dinding rahim, sedangkan jika tidak terasa getaran artinya sudah
lepas dari dinding rahim.
c) Perasat keiln
Untuk melakukan teknik ini, mintalah pasien untuk meneran,
apabila tali pusat terlihat turun atau bertambah panjang artinya
plasenta sudah lepas begitupun sebaliknya
3. Jenis-jenis retensio plasenta
Menurut Prawirohardjo (2014), retensio plasenta dibagi menjadi :
1) Plasenta adhesive Merupakan implantasi yang kuat plasenta dari jonjot
korion hingga dapat menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
2) Plasenta akreta Merupakan implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai atau memasuki bagian lapisan myometrium.
3) Plasenta inkreta Merupakan implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai atau memasuki myometrium
4) Plasenta perkreta Merupakan implantasi jonjot korion plasenta yang sudah
menembus bagian lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
rahim.
5) Plasenta inkarserata Merupakan tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, yang dapat disebabkan oleh kontraksi ostium uteri.
4. Tanda gejala retensio plasenta
Berikut ini merupakan tanda gejala dari retensio plasenta diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Plasenta tidak lahir setelah 30 menit.
2) Perdarahan segera.
3) Kontraksi rahim lemah. Tanda gejala yang kadang-kadang timbul
diantaranya : tali pusat putus akibat traksi yang berlebihan, inversi uteri
akibat tarikan dan perdarahan lanjut (Rukiyah, A. Y. 2014 ).

5
5. Faktor penyebab retensio plasenta
Adapun sebab plasenta belum lahir adalah:
1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
2) Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena kesalahan manajemen aktif
kala III).
3) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
4) Plasenta melekat erat pada dinding uterus yang disebabkan oleh vili
korealis menembus desidua sampai myometrium sampai dibawah
peritoneum (Marmi dkk, 2015).
6. Faktor resiko yang mempengaruhi retensio plasenta
Menurut beberapa sumber, berikut ini merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya retensio plasenta diantaranya :
1) Usia
Usia adalah masa hidup seorang ibu yang di hitung sejak lahir dalam
satuan tahun. Usia adalah lamanya kehidupan seseorang yang dinyatakan
dalam satuan tahun, bulan atau hari. Penyebab kematian ibu dapat
disebabkan dari faktor usia. Pembagian usia dibagi menjadi
a) Umur < 20 tahun, merupakan kategori usia yang beresiko karena organ
reproduksi masih belumberkembang sempurna
b) Umur 20-35 tahun, merupakan kategori usia yang aman untuk hamil
dan melahirkan
c) Umur > 35 tahun , merupakan kategori usia yang bereiko karena wanita
sudah mengalami penurunan fungsi reproduksi. Penyebab kematian ibu
dapat disebabkan dari faktor usia ibu. Diharapkan agar ibu pada saat
hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Usia yang
kurang dari 20 tahun dan lebih sari 35 tahun beresiko mengalami selama
proses kehamilan dan persalinan. Pada umur ibu yang terlalu muda < 20
tahun, pada usia ini uterus dan panggul masih belum berkembang dan
ukurannya masih kecil, secara biologis sudah siap tetapi psikologis masih
belum matang. Sedangkan pada usia terlalu tua > 35 tahun, pada usia ini
organ reproduksi sudah 24 mengalami penuaan, jalan lahir sudah semakin

6
kaku, berpeluang melahirkan anak cacat, beresiko mengalami persalinan
macet dan perdarahan. Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah
20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan post partum yang dapat mengakibatkan kematian maternal.
Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun alat reproduksi wanita
belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada wanita yang lebih
dari 35 tahun fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga terjadi
komplikasi – komplikasi seperti retensio plasenta
2) Paritas
Para dalah istilah yang digunakan untuk menilai wanita yang sudah
melahirkan satu kali atau lebih dengan kelahiran bayi atau bayi telah
mencapai titik bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan sampai pada usia
kehamilan 20 minggu (atau berat janin 500 g), yang merupakan batasan
pada definisi aborsi. paritas dibagi menjadi :
a) Nulipara, merupakan istilah yang digunakan untuk ibu yang belum
pernah melahirkan bayi atau menyelesaikan kehamilan melewati masa
gestasi 20 minggu.
b) Primipara, merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang
sudah pernah melahirkan bayi satu kali.
c) Multipara, merupakan istilah yang digunakan untuk menilai wanita
yang sudah melahirkan lebih dari satu kali (Kamus saku bidan).
Jumlah paritas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
retensio plasenta. Ibu bersalin dengan paritas yang tinggi beresiko
mengalami kesakitan dan kematian maternal. Ibu dengan paritas tinggi
akan mengalami kemunduran dan kecacatan pada bagian
endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas
perlekatan plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga
vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pada janin, plasenta akan mengalami perluasan implatasi dan vili
korealis akan menembus dinding rahim lebih dalam lagi sehingga
akan menyebabkan terjadinya plasenta adhesiva sampai perkreta
(Nikilah dalam Riyanto, 2015). Semakin meningkat paritas semakin

7
meningkat pula kelainan pada tempat implantasi plasenta. Dengan
kehamilan berulang, otot rahim digantikan oleh jaringan fibrosa,
dengan penurunan dari kekuatan kontraktil rahim akhirnya dapat
menyebabkan atonia uteri dan retensio plasenta.Pasien multipara dan
grandemultipara memiliki risiko tinggi terhadap kejadian perdarahan
pasca persalinan dan retensio plasenta (Kusumastuti, 2018). Ibu
bersalin dengan paritas tinggi dapat meningkatkan angka mortalitas
dan mordibitas maternal. Ibu bersalin dengan paritas tinggi atau
melahirkan lebih dari satu kali beresiko 2,250 lebih besar mengalami
retensio plasenta pada saat persalinan (Lathifatuzzahro, 2020). Pada
setiap kehamilan dan persalinan akan menyebabkan terjadinya
penurunan sel desidua yang mengakibatkan terjadinya penurunan sel-
sel desidua atau tidak adanya sel desidua basalis secara total atau
parsial dan kelainan perkembangan lapisan nitabuch (fibrinoid),
sehingga vili plasenta akan melekat sampai ke myometrium (plasenta
akreta). Vili juga bisa sampai menembus kedalam myometrium
(plasenta ikreta), dan bahkan bisa sampai menembus seluruh
ketebalan myometrium (plasenta perkreta) (Cunningham dalam
Lathifatuzzahro, 2020).
B. Tinjauan umum tentang anemia pada kehamilan
1. Definisi Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan merupakan suatu keadaan dimana ibu dengan
kadar Hb < 11 gr% pada trimester I dan trimester III dan <10,5 gr% pada
trimester II. Nilai batas tersebut akan berbeda dengan kondisi wanita tidak
hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester II (Saifuddin,
2015). Pada wanita hamil, anemia dapat meningkatkan jumlah komplikasi
pada kehamilan dan persalinan. Perdarahan antepartum dan postpartum
lebih sering ditemui pada ibu yang mengalami kasus anemia dan dapat
berakibat fatal karena wanita yang mengalami anemia tidak dapat
mentolerir jumlah darah yang hilang (Manuaba, 2010).
2. Hubungan Anemia dengan terjadinya Retensio Plasenta

8
Anemia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian
perdarahan postpartum. Menurut Fraser & Coper dalam Riyanto, (2015)
yaitu anemia pada ibu hamil dan bersalin dapat menyebabkan kontraksi
serat-serat myometrium terutama yang terletak di sekitar pembuluh darah
yang mensuplai darah di tempat perleketan plasenta menjadi lemah
sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya retensio plasenta karena
otot-otot rahim tidak dapat berkontraksi. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara anemia
dengan kejadian retensio plasenta. Ibu yang mengalami anemia beresiko
2,390 kali mengalami retensio plasenta dibandingkan ibu yang tidak
anemia (Permatasari dkk, 2017). Menurut Manuaba (2010), ibu yang
anemia selama masa kehamilannya dapat mengalami gangguan his saat
persalinan. Kala pertama yang terjadi juga dapat berlangsung lama
sehingga partus pun terjadi lama. Kondisi seperti ini dapat diikuti oleh
retensio placenta dan perdarahan postpartum akibat dari atonia uteri.
Selain itu kekurangan Hb dalam darah akan mengganggu jumlah oksigen
yang dibawa ke sel-sel dalam tubuh termasuk yang berada di uterus.
Berkurangnya jumlah oksigen dalam darah inilah yang menyebabkan
otototot uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga terjadilah
retensio placenta.
C. Tahapan manajemen asuhan kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa
data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses
manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana disetiap langkah
disempurnakan secara periodik, proses ini dimulai dari pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Dengan adanya proses manajemen
asuhan kebidanan ini maka mudah kita dapat mengenali dan mengidentifikasi
masalah selanjutnya, merencanakan dan melaksanakan suatu asuhan yang
aman dan efektif.
2. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

9
Manajemen kebidanan terdiri dari dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi .Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang
bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut
bisa dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi
sesuai dengan kondisi klien. Berikut langkah-langkah dalam proses
penatalaksanaan menurut langkah verney. Adapun tahapan manajemen
asuhan kebidanan menurut langkah verney adalah sebagai berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Adapun pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai yang
menyangkut atau keadaan klien, data ini termasuk riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta laporan keterangan
tambahan lain hubungan dengan kondisi klien yang didapatkan melalui
wawancara pada klien ataupun keluarganya. Dalam manajemen kolaborasi,
bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan pada dokter,
bidan akan melakukan upaya konsultasi.
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi
akan menentukan benar tidaknya proses interpretasi pada tahap selanjutnya.
Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif,
objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi
klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan
apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Pengkajian ibu nifas dengan letak lintang dan oligohidramnion meliputi
pertanyaan keluhan utama, data obsteri, riwaya penyakit yang lalu, riwayat
penyakit keluarga yang pernah diderita, dukuangan keluarga, kebiasaan
keseharian, kepercayaan adat istiadat, pola fungsional, data subjektif dan
objektif, pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
analisa data, dan penatalaksaan dan evaluasi.
b. Langkah II (Identifikasi Diagnosia/Masalah Aktual)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpensi yang benar atas data yang dikumpulkan.

10
Diagnosa adalah hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan
dalam menegakkan diagnosa bidan dengan menggunakan pengetahuan
professional sebagai dasar/arahan untuk mengambil tindakan.
c. Langkah III (Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial Yang
Membutuhkan Antisipasi Masalah Potensial)
Identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial lain dilakukan
antisipasi atau pencegahan bila memungkinkan serta waspada dan bersiap
untuk segala sesuatu yang dapat terjadi. Pada step ini sangat vital untuk
perawatan yang aman.
d. Langkah IV (Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera)
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini, mengindentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
e. Langkah V (Penyusunan Rencana)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumya dan semua perencanaan yang dibuatkan harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori up to date,
perawatan berdasarkan bukti (evidence based care). Dalam menyusun
rencana sebaiknya pasien dilibatkan karena pada akhirnya pengambilan
keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui oleh
pasien.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Asuhan)
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan
secara efisien dan aman. Pada kasus ini dimana bidan harus berkolaborasi
dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang
menyeluruh.

11
g. Langkah VII (Evaluasi Asuhan Kebidanan)
Evaluasi ini dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada
langkah ini meliputi evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.
Rencana tersebut dapat diaggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
3. Manajemen Asuhan Kebidanan dalam Bentuk SOAP
Metode 4 langkah pendokumentasian yang disebut SOAP ini
dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk
mendokumentasikan hasil pemeriksaan klien dalam rekaman medis sebagai
catatan perkembangan kemajuan yaitu:
a) Data Subjektif (S)
Merupakan ringkasan dari langkah I dalam proses manajemen
asuhan kebidanan yang diperoleh dari apa yang dikatakan, disampaikan dan
dikeluhkan oleh klien melalui anamnese dengan klien. Analis data subjektif
yang didapatkan pada klien ibu nifas didapatkan keluhan masalah mual,
pusing dan mata berkunang-kunang. Pada kasus retensio plasenta dan
anemia ringan data subjektifnya berupa :
1. Ibu mengatakan mual
2. Ibu mengatakan pusing
3. Ibu mengatakan mata berkunang-kunang
b) Data Objektif (O)
1. keadaan umum ibu lemah
2. Tanda – tanda vital abnormal (Tekanan Darah kurang dari normal 62/42
mmHg)
3) Pemeriksaan laboratorium yaitu Hb 8 %
c) Assesment (A)
Merupakan ringkasan dari langkah II, III dan IV dalam proses
manajemen asuhan kebidanan dimana dibuat kesimpulan berdasarkan dari
data subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan klinis

12
terhadap klien, apakah ibu betul retensio plasenta dan anemia ringan.
Assessment ibu nifas dengan retensio plasenta dan anemia ringan.
d) Planning (P)
Merupakan ringkasan dari langkah V, VI dan VII dalam proses
manajemen asuhan kebidanan dimana planning ini dilakukan berdasarkan
hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klien yang diambil dalam
rangka mengatasi masalah klien dan memenuhi kebutuhan klien SOAP ini
dilakukan pada asuhan terhadap ibu nifas dengan retensio plasenta dan
anemia ringan pada tahap berikutnya. Pada kasus retensio plasenta dan
anemia ringan evaluasi yang diharapkan sudah teratasi sehingga tidak
terjadi penyulit dalam masa nifas.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

No Register : 50xxxxxx
Tanggal Masuk : 18 September 2022
Jam Pengkajian : 16.30 Wib
Lahan Praktik : RS. Bhayangkara Anton Soedjarwo
Pengkaji : Ulya Ramadayanti

IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. Y Nama Suami : Tn. D
Umur : 39 Tahun Umur : 42 Tahun
Suku : Dayak Suku : Dayak
Agama : Khatolik Agama : Khatolik
Pendidikan : S1 Pendidikan : Sma
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Rubini Kel. Terusan
No. Tlp : 0897xxxxxxxx

A. DATA SUBJEKTIF
Tanggal Pengkajian : 19 September 2022 Waktu : 16.30 WIB
Tanggal Persalinan : 18 September 2022 Waktu : 19.50 WIB

14
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan mual, pusing dan mata berkunang-
kunang
Kehamilan Persalinan Nifas Anak
No. K Lama Penyulit Tempa Penolong Jenis Penyulit Penyulit JK BBL Umur Penyulit Ket
e t
1 1 aterm Tdk Ada Rumah Bidan spt Tdk ada Tdk ada p 2.500 19 Th Tdk ada H
2 2 aterm Tdk Ada BPM Bidan Spt Tdk ada Tdk ada p 2.900 18 Th Tdk ada H
3 3 aterm Tdk ada BPM Bidan Spt Tdk ada Tdk ada L 2.600 12 Th Tdk ada H
4 4 aterm Tdk ada BPM Bidan Spt Tdk ada Tdk ada L 2.800 3,2Th Tdk ada H
5 5 aterm Tdk ada BPM Bidan Spt Tdk ada Prdrhn P 2.900 1 Hri Tdk ada H
2. Data Obsteri :
3. Riwayat penyakit yang lalu/Operasi
- Pernah dirawat : Tidak ada Kapan : - Dimana : -
- Pernah Operasi : Tidak ada Kapan : - Dimana : -
4. Riwayat penyakit keluarga yang pernah menderita sakit
- Kanker - Penyakit hati Hipertensi -

- DM - Penyakit jiwa TBC -


Penyakit gijal Hamil kembar Epilepsi -
- -
Kelainan bawaan Alergi
- -

5. Keadaan sosial – ekonomi


Dukungan keluarga dalam membantu klien di rumah : Mendukung
Kebiasaan minum minuman keras dan merokok : Tidak ada
Kepercayaan dan adat istiadat : Tidak ada
6. Pola Fungsional Kesehatan
Pola/Data Makan : Makan 3x/ hari, lauk pauk, nasi, sayur, Tidak ada
Keluhan
Pola/Data Minum : Minum 8 gelas / hari, Tidak ada keluhan
Pola/Data Eliminasi : BAK : -+ 7x/ hari, Tidak ada keluhan
BAB : 1x/ hari, Tidak ada keluhan
Pola/Data Istirahat : Ibu mengatakan tidur kurang nyenyak karena
merasa mual dan pusing

15
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Berat badan : 52 kg Tinggi badan: 150 cm
Tekanan darah : 62/42 mmhg Nadi : 75 x/m Suhu : 36,2 ℃
Pernapasan: 20 x/m
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : Pandangan Kabur - Sklera ikterik -

Konjunctiva pucat -
Payudara : Kolostrum - Bendungan ASI -

Merah bengkak -

Perut : Fundus Uteri : Teraba 1 jari dibawah pusat


Kontraksi uterus : Keras, pendarahan normal
Kandung kemih : Kosong
Vulva/Perineum : Pengeluaran Lokhea : Rubra
Luka Perineum : Tidak ada
Ekstremitas : Edema - Reflek + Tanda Hopman -

3. Pemeriksaan Penunjang
Darah Hb : 8 % Ht : - Urine Protein : - Lain Lain : -

A. ANALISIS
P5A0M0 Post Partum 1 hari dengan Retensio Plasenta dan Anemia Ringan

B. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, ibu dan keluarga
mengerti dengan penjelasan yang di berikan.
2. Menjelaskan keluhan dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu dan
cara mengatasinya, ibu mengerti

16
3. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi yang mengandung
tinggi protein dan zat besi seperti : Sayuran hijau, kacang kacangan, telur,
hati ayam, daging sapi dan lain sebagainya
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan posisi yang benar
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

...............,........................
Mahasiswa Pembimbing

( ) ( )

17
BAB IV
PENUTUP

Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek tentang


asuhan kebidanan patologi nifas pada Ny. Y dengan retensio plasenta dan anemia
ringan maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan
Dalam melakukan pengkajian terhadap ibu nifas dengan retensio plasenta
dan anemia ringan dilaksanakan dengan pengumpulan data subjektif yang
diperoleh dari hasil wawancara dari pasien dengan keluhan mual, pusing, mata
berkunang-kunang dan data objektif di peroleh tekanan darah kurang dari normal,
suhu tubuh normal, tfu teraba 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras,
pendarahan normal, kadung kemih kosong, dan pengeluaran lochea rubra.
Rencana tindakan pada Ny Y dengan retensio plasenta dan anemia ringan
memberikan konseling kepada ibu tentang keadaanya pantau tekanan darah, suhu,
pernafasan, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan melakukan pemasangan
infus RL dengan drip oxsitosin 20 tpm, melakukan tranfusi darah sebanyak 3 kolf
dan melakukan pemberian terapi sesuai resep dokter. Pendokumentasian sangat
penting dilakukan pada setiap tahap dalam manajemen kebidanan, karena
merupakan bukti pertanggung jawaban bidan terhadap asuhan kebidanan yang
telah diberikan terhadap pasien.
B. Saran

18
Diperlukan keterlibatan keluarga untuk lebih memfokuskan perhatian pada
pasien terhadap keluhan ibu, dan segera memberitahu petugas jika terjadi sesuatu
kepada ibu. bidan hendaknya menganggap semua ibu hamil mengalami resiko
komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu. Jadi diharapkan bidan mampu
mendeteksi dini adanya tanda bahaya dan menganjurkan ibu dan keluarga segera
ke pelayanan kesehatan bila mengalami hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Eniyanti dan sholihah. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Walyani dan Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Manuaba. 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Edisi 2. Jakarta
: EGC
Marmi, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pusta Pelajar
Didien Ika Setyarini dan Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Sarwono 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj

19

Anda mungkin juga menyukai