Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GAWAT DARURAT MATERNAL NEONATAL II


ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PATOLOGIS PADA
NY. “H” DENGAN RETENSIO PLASENTA
DI RSDIA SITI FATIMAH MAKASSAR
TANGGAL 18 MARET 2022

Dosen Pembimbing :
Suriani Tahir, SST., SKM., M.Kes

Disusun Oleh :
Fahira Hairunnisha
10512112119

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah Swt, yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN
INTRANATAL PATOLOGIS PADA NY. “H” DENGAN RETENSIO
PLASENTA DI RSDIA SITI FATIMAH MAKASSAR TANGGAL 18 MARET
2022”. Solawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW., keluarga, sahabat, dan kita sebagai penerus hingga akhir zaman.
Namun, saya sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari
segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata
untuk masyarakat luas.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 18 Maret 2022

Fahira Hairunnisha

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................1

C. TUJUAN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................2

A. DEFINISI...........................................................................................2

B. ETIOLOGI.........................................................................................2

C. TANDA GEJALA...............................................................................2

D. FAKTOR RESIKO.............................................................................2

E. KOMPLIKASI....................................................................................2

F. PENATALAKSANAAN......................................................................2

BAB III METODE STUDI KASUS...........................................................3

BAB IV PENUTUP..................................................................................5

A. KESIMPULAN................................................................................5

B. SARAN.......................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kematian maternal menurut batasan dari The TentH Revision Of

Internasional Classification Ff Disease (ICD-10) adalah kematian

wanita yang terjadi pada saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah

berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi

kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan

kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut, atau

penanganannya, akan tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh

kecelakaan atau kebetulan (Fibriana, 2007).

Angka kematian maternal menurut World Health Organization

(WHO) setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal

sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan

sehingga diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400

per 100.000 kelahiran hidup (Ramadhani, 2010).

Dalam angka kematian ibu atau (AKI) dikenal istilah (3T) terlambat

dan (4T) terlalu. Istilah 3M yaitu terlambat mengenali tanda bahaya

dan memutuskan untuk mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan

kesehatan; terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan yang

memadai; dan terlambat dalam menerima pelayanan kesehatan yang

cukup memadai di setiap tingkatan. Sedangkan istilah 4T yaitu terlalu

1
muda untuk menikah, terlalu sering atau terlalu banyak melahirkan,

terlalu dekat jarak kehamilan dan terlalu tua untuk hamil.

Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung sebesar

90%, juga diakibatkan oleh komplikasi yang terjadi saat persalinan

dan segera setelah bersalin. Penyebab tersebut dikenal dengan Trias

Klasik yaitu : perdarahan (285), eklamsi (24%) dan infeksi (11%)

(Depkes, 2008).

Berdasarkan penyebab perdarahan, salah satu disebabkan oleh

retensio plasenta dengan frekuensi (16-17%) dan penyebab yang lain

ya itu atonia uteri dengan frekuensi (50-60%), laserasi jalan lahir

dengan frekuensi (23-24%), pembekuan darah dengan frekuensi (0,5

sampai 0,8%).

Pada kejadian retensio plasenta, perdarahan merupakan bahaya

secara umum yang mengancam jiwa seorang ibu yang kemungkinan

terjadi pada proses persalinan kala III dalam proses pengeluaran

plasenta. Menurut WHO 2019 tentang merupakan prosedur kebidanan

secara umum yang dilakukan pada kala III persalinan sebagai

penanganan plasenta yang tertahan apabila tidak dirujuk lebih dari 30

menit (vijayalakshmi dan Shavi, 2015:5078). Hal ini tampak pada

angka kejadian di negara maju atau berkembang yang diperoleh dari

gambaran angka kematian ibu dan etiologi karena perdarahan.

Menurut WHO 2008 angka kematian ibu didunia karena perdarahan

2
(25%) dan kematian ibu karena retensio plasenta (15%-25%)

(Riyanto, 2015:38).

Penyebab retensio plasenta secara fungsional dapat terjadi karena

his kurang kuat, dan plasenta sukar terlepas karena insersi,

bentuknya dan ukurannya, biasanya terjadi pada plasenta adhesive.

Faktor risiko yang dapat menimbulkan retensio plasenta adalah umur,

paritas dan jarak kelahiran. Umur sangat berpengaruh terhadap

terjadinya retensio plasenta karena usia ≥35 tahun fungsi reproduksi

ibu mulai menurun utamanya rahim yang berpengaruh terhadap

tertanamnya plasenta, sedangkan pada paritas semakin sering ibu

melahirkan maka semakin besar terjadinya retensio plasenta

(Ruqyah,2019).

Kompetensi bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan

retensio plasenta adalah penanganan plasenta manual untuk

melepaskan plasenta dari rahim dan mencegah terjadinya perdarahan

dengan adanya masalah dari data diatas, maka penulis tertarik

membahas kasus tentang retensio plasenta yang dituangkan dalam

manajemen asuhan kebidanan yang diuraikan dalam tujuh langkah

varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP di RSDIA Siti

Fatimah Pada tanggal 18 Maret Tahun 2022.

3
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Retensio Plasenta ?

2. Apa saja Etiologi Retensio Plasenta ?

3. Seperti apa Tanda gejala Retensio Plasenta ?

4. Bagaimana Faktor Resiko jika pasien mengalami Retensio

Plasenta ?

5. Apa saja Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Retensio

Plasenta ?

6. Bagaimana cara Penatalaksanaan Retensio Plasenta ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Pengertian Retensio Plasenta

2. Untuk mengetahui Etiologi Retensio Plasenta

3. Untuk mengetahui Tanda gejala Retensio Plasenta

4. Untuk mengetahui Faktor Resiko jika pasien mengalami Retensio

Plasenta

5. Untuk mengetahui Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien

Retensio Plasenta

6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Retensio Plasenta

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan

melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan

yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas

sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera

(Manuaba, 2008). Selanjutnya menurut koontz Sri 2007 retensio

plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah

jam setelah persalinan bayi, dapat terjadi retensio plasenta berulang

( habitual retensio ) oleh karena itu plasenta harus dikeluarkan karena

dapat menimbulkan bahaya perdarahan.

B. ETIOLOGI

1. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena melekat dan

tumbuh lebih dalam, menurut tingkat perlekatannya:

a. Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan terjadi

perdarahan tetapi bila sebagian plasenta telah terlepas maka

akan terjadi perdarahan, hal ini akan menjadi indikasi untuk

segera mengeluarkannya.

b. Plasenta kemungkinan tidak keluar disebabkan oleh vesika

urinaria atau kandung kemih dan rektum penuh, hal yang harus

dilakukan dengan mengosongkannya.

5
c. Dapat diketahui plasenta terlepas atau belum saat tindakan

pemeriksaan dalam dan tarikan tali pusat serta terjadi lebih dari

30 menit maka dapat dilakukan plasenta manual ( maryunani,

Yulianingsih, 2009 ).

2. Plasenta telah terlepas dari dinding uterus, namun belum keluar

karena atonia uteri atau adanya kontraksi pada bagian bawah

rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang menyebabkan

plasenta tidak lahir (plasenta inkarserata) (Walyani, Purwoastuti,

2015:91). Penyebab fungsional terjadinya retensio plasenta yakni

his kurang kuat (sebab terpenting), plasenta sukar terlepas karena

tempat insersi di sudut tuba, bentuknya plasenta membranacra,

plasenta anularis dan ukuran plasenta sangat kecil disebut

plasenta adhesive. Sedangkan sebab patologis-anatomis yakni

klasifikasi dari perlekatan plasenta (Pudiastuti,2012:85).

C. TANDA dan GEJALA

1. Tanda

a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit kelahiran bayi.

b. Perdarahan segera.

c. Konsistensi uterus kenyal.

d. Kontraksi uterus berkurang.

e. TFU setinggi pusat.

f. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya. (insersi di sudut

tuba).

6
2. Gejala

D. FAKTOR RESIKO

Faktor penyebab terjadinya retensio plasenta

(Prawoiroharjo,2014).

1. Faktor fungsional

a. His kurang kuat

b. Plasenta tidak terlepas karena tempat implementasinya di

sudut tuba bentuknya dan ukurannya.

7
2. patologi anatomi

a. Plasenta adhesiva : implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme

safarasi fisiologi.

b. Plasenta akreta : implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta : implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding

uterus.

d. Plasenta perkreta : implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan serosa dinding uterus hingga perimetrium.

e. Plasenta inkarserata : tertahannya plasenta di dalam kavum

uteri disebabkan oleh kontraksi ostium uteri.

3. retensio plasenta lebih dominan terjadi pada wanita dengan usia

>35 tahun, dikarenakan menurunnya fungsi otot rahim.

4. Paritas kejadian retensio plasenta sering terjadi pada grande

multipara dan multipara dibandingkan pada primipara hal ini dipicu

karena fungsi rahim yang berkurang akibat seringnya terjadi

persalinan.

5. Jarak kelahiran mempengaruhi terjadinya retensio plasenta, karena

semakin seringnya ibu bersalin dengan jarak yang berdekatan

maka tempat tertanamnya akan kembali berulang.

8
E. KOMPLIKASI

Menurut manuaba (2010), plasenta harus dikeluarkan karena dapat

menimbulkan bahaya :

1. Perdarahan

Setiap persalinan pasti akan mengeluarkan darah. Yang dimaksud

perdarahan ialah bila darah yang keluar lebih dari 500 ml. Indikasi

lain ialah tensi darah menurun dibawah 90, denyut nadi berdetak

cepat, lemas atau lemah, dan pandangan kabur. Dalam kondisi ini

pasien sudah masuk dalam fase syok. Setelah melahirkan,

kontraksi rahim harus bagus sehingga pembuluh darah yang

terbuka menjadi terjepit oleh otot-otot rahim. Bagus atau tidaknya

kontraksi rahim dapat diketahui oleh penolong persalinan dengan

memegang perut pasien. Kontraksi yang tidak kencang membuat

pembuluh darah rahim tetap terbuka dan darah terus mengalir.

Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit

pelepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang

melekat membuat luka tidak menutup.

2. Infeksi

Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim

meningkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan port de'entry

dari tempat perlengkapan plasenta, selain itu apabila terjadi

perdarahan dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan

kuman-kuman mudah masuk sehingga dapat menimbulkan infeksi.

9
3. Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami

infeksi sekunder dan nekrosis.

4. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma

Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologis

dapat berubah menjadi patologik (displastik- dikariotik) dan

akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan akan

berjalan terus. Sel ini tampak normal tetapi tidak ganas. Para

ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel

ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang

berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa

menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal

merupakan keadaan rekan kerja yang bisa berubah menjadi

kanker.

5. Syok hemoragik

Syok hemoragik adalah kondisi darurat di mana jantung tidak

mampu memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat

volume darah yang kurang. Kurangnya pasokan darah ini

umumnya dipicu oleh perdarahan. Darah mengandung oksigen

dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan jaringan

tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Bila perdarahan hebat

terjadi, otomatis pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan

berkurang secara drastis dan organ tidak mendapat pasokan

darah zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Akibatnya organ-

10
organ dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Keadaan

inilah yang disebut sok hemoragik yang ditandai dengan

penurunan tekanan darah. Jika tidak ditangani secara cepat dan

tepat kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

F. PENATALAKSANAAN

Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta

sebaiknya bidan harus mengambil beberapa sikap dalam menghadapi

kejadian retensio plasenta:

1. Sikap umum bidan : melakukan pengkajian data secara subjektif

dan objektif antara lain : keadaan umum penderita. Apakah ibu

anemis, bagaimana jumlah perdarahannya, keadaan umum

penderita, keadaan fundus uteri, mengetahui keadaan plasenta,

apakah plasenta inkarserata, melakukan tes plasenta lepas dengan

metode kustner, metode Klein, metode starsman, metode

manuaba, memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

2. Sikap khusus bidan : pada kejadian retensio plasenta atau plasenta

tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan

manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas

plasenta secara manual dari tempat implantasi nya dan kemudian

melahirkan nya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).

11
3. Prosedur plasenta manual dengan cara :

a. Persiapan : pasang infuse, jelaskan pada ibu prosedur dan

tujuan tindakan, lanjutkan Anastasia verbal atau analgesia

rektal, siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.

b. Tindakan penetrasi kedalam kavum uteri : pastikan kandung

kemih dalam keadaan kosong, kemudian jepit tali pusat dengan

klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu

tangan sejajar lantai.

c. Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan

menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi

bawah tali pusat setelah mencapai bukaan serviks, kemudian

minta seorang asisten untuk menegangkan klem tali pusat

kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.

d. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga

ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta,

bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti memberi

salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain merapat).

Tentukan implantasi plasenta temukan tepi plasenta, paling

bawah. Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali

pusat tetap di atas dan sisipkan ujung jari tangan di antara

plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan

menghadap kebawah.

12
e. Bila korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali

pusat dan sisipkan ujung-ujung jari tangan di antara plasenta

dan dinding uterus di mana punggung tangan menghadap

keatas. Setelah ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding

uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan

menggeser tangan dan tangan kiri sambil digeserkan ke atas

hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

f. Sementara satu tangan masih dalam kavum uteri, lakukan

eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.

g. Pindahkan tangan luar dari fundus ke suprasimfisis (tahan

segmen bawah uterus) kemudian intruksikan asisten/penolong

untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa

plasenta keluar (hindari adanya percikkan darah).

h. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra

simfisis) uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan

dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan.

i. lakukan tindakan pencegahan infeksi dengan cara

dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan

peralatan yang digunakan lepaskan dan rendam sarung tangan

dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir.

j. Lakukan pemantauan pasca tindakan : periksa kembali tanda

vital ibu, catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan, tuliskan

13
rencana pengobatan tindakan yang perlu dilakukan dan asuhan

lanjutan. Dan sampaikan kepada keluarga bahwa tindakan telah

selesai dan tetap memerlukan pemantauan.

14
BAB III

METODE STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PATOLOGIS PADA

NY. “S” GIP0A0 GESTASI 38 MINGGU DENGAN RUPTUR UTERI DI

RSDIA SITI FATIMAH MAKASSAR

TANGGAL 11 MARET 2022

A. LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR

B. LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL

C. LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

D. LANGKAH IV : IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA/ KONSULTASI/

KOLABORASI/ RUJUKAN

E. LANGKAH V : INTERVENSI

F. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

G. LANGKAH VII : EVALUASI

15
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL

PATOLOGIS PADA NY. “S” GIP0A0 GESTASI 38 MINGGU DENGAN

RUPTUR UTERI DI RSDIA SITI FATIMAH MAKASSAR

TANGGAL 11 MARET 2022

A. SUBJEKTIF

B. OBJEKTIF

C. ASSESSMENT

D. PLANNING

16
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut maka ada beberapa hal yang

dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut. Retensio Plasenta adalah

keadaan di mana plasenta tidak lahir selama dalam waktu atau lebih

dari 30 menit setelah bayi lahir. Ada dua keadaan yang menyebabkan

terjadinya retensio plasenta yaitu :

1. Plasenta belum lepas dari dinding rahim dikarenakan plasenta

tumbuh melekat lebih dalam dan

2. Plasenta telah terlepas akan tetapi belum dapat dikeluarkan.

(masih ada sisa-sisa potongan plasenta di rahim)

masalah yang terjadi akibat dari retensio plasenta adalah

perdarahan bahkan bisa berakibat syok.

B. SARAN

Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut WHO adalah

perdarahan, semoga dalam makalah ini dapat memberikan wawasan

sehingga dapat mencegah terjadinya kematian karena perdarahan

akibat dari retensio plasenta.

Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari referensi

lain tentang retensio plasenta pada kehamilan dan juga perdarahan

untuk diaplikasikan sehingga dapat mencegah dan menurunkan

angka kematian ibu di Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hemoragik, Utomo . Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta.

1998

Manuaba, G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifah. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono prawirohardjo

18

Anda mungkin juga menyukai